
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Prof Dr Zainuddin Maliki MSi memberi apresiasi pada tiga siswa MIM 2 Campurejo yang berpidato dalam tiga bahasa secara bergantian yakni Nur Irsyadul A (Indonesia), Huraiyah Farzana (Inggris), dan Aghnia Rizky Qolbiyah (Arab).
“MIM 2 Campurejo telah berhasil mendidik anak-anak yang pandai berkomunikasi secara lisan dan mudah-mudahan juga dalam tulisan. Selamat kepada adik-adik yang sudah berprestasi, ini bisa dijadikan bekal untuk jenjang berikutnya,” ujarnya.
Zainuddin menyampaikan hal itu saat memberikan ceramah dalam Wisuda Purnasiswa dan Kreasi Seni yang diselenggarakan Perguruan Muhammadiyah Campurejo, Panceng, Gresik, Kamis (27/5/19).
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) ini menjelaskan, salah satu kategori orang yang berhasil dan hidup sukses di abad 21 ini atau era industri 4.0, adalah yang bisa berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan baik.
Menurut dia, ketrampilan seperti itu adalah salah satu hasil dari proses pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah dengan sungguh-sungguh sebagai bagian dari konsep taawun (saling menolong) untuk negeri. “Muhammadiyah menanamkan kepada warganya untuk memberi. Orang Muhammadiyah baru merasa bahagia ketika memberi,” tuturnya.
Dia melanjutkan, pendidikan di Muhammadiyah itu menjadi amal usaha yang dijadikan pilar dari dakwah Muhammadiyah itu sendiri. “Waktu itu KH Ahmad Dahlan melihat penduduk Indonesia pendidikannya sangat tertinggal, sehingga mudah dijajah,” cerita mantan Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur ini.
Dia menjelaskan, KH Ahmad Dahlan berpikiran untuk memperbaiki iman, ilmu, dan amal. Caranya dengan mencerdaskan dan mendidik anak bangsa. Dan hasilnya bisa dilihat sampai sekarang, termasuk di Campurejo. “Saya sangat bangga di Perguruan Muhammadiyah Campurejo ini ada pendidikan mulai dari jenjang PAUD, TK, MI, hingga SMP,” ujarnya.
Doktor Program Studi Ilmu Sosial Universitas Airlangga ini lalu menceritakan masa lalunya saat mengenyam pendidikan di TK, SD, MI, MTs, dan MA di desa terpencil, sekitar 35 km dari pusat Kota Tulungagung.
“Itulah sebabnya di desa itu ada seorang anak desa yang jadi profesor. Nah, profeor itu sekarang berdiri di depan Ibu-Bapak,” kata dia memotivasi kepada puluhan hadirin yang hadir. Hadirin pun bertepuk tangan meriah.
Zainuddin juga berpesan perlunya menanamkan sikap kerja keras, akhlak baik, pola hidup disiplin tertib, dan bersih. “Mendidik anak untuk lulus ujian sekolah lebih mudah dari pada mendidik anak untuk disiplin, berpola hidup tertib dan bersih,” ujarnya.
Pendidikan di negara kita ini, sambungnya, masih mendewakan nilai ujian. Belum sunggiuh-sungguh memikirkan pembentukan watak, karakter, akhlak. Belum sesungguh dan seserius mengurusi ujian nasional, ini yang membuat bangsa Indonesia belum bisa maju.
“Pendidikan kita salah arah. Mulai sekarang, orangtua, dan guru harus berpikir bahwa mendidik anak adalah mendidik watak, karakter, akhlak, bukan hanya kecerdasan,” pesan anggota DPR RI terpilih dari Pemilu 2019 ini. (Fillah)