PWMU.CO – “And expectation is what you believe will or will not happen.” Kalimat inilah yang kali pertama disampaikan oleh Waka kesiswaan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik Yugo Triawanto MSi saat menyampaikan materi pada Diklat Wali Kelas yang diadakan Sinergi Human Resources Development (HRD) dan Sinergi Kesiswaan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB di SMP Muhammadiyah 12 GKB, Kamis (5/7/19).
Yugo menanyakan tentang arti dari kalimat “Dan harapan itu adalah apa yang kamu percaya akan atau tidak akan terjadi” tersebut kepada 30 peserta diklat yang terdiri atas para wali kelas SD Muhammadiyah 1 GKB. Semua peserta tampak antusias ketika diajak untuk berpikir menyampaikan harapan-harapan apa yang harus dilakukan agar tujuan-tujuan di kelasnya tercapai.
Selanjutnya, Yugo mengingatkan kembali tentang jenis-jenis penghargaan yang seringkali diucapkan kepada siswa. “Sebagai orangtua atau guru kita harus bisa memberikan penghargaan. Penghargaan yang diberikan bisa berupa penghargaan intrinsik, perhatian, pujian, percakapan referensi, aktivitas, dan hadiah materi,” papar Yugo.
Memberikan penghargaan kepada siswa merupakan hal yang penting karena dapat memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik lagi.
Salah satu contoh penghargaan intrinsik disampaikan oleh Nanda Ekawati Dahlia SPd. Lia, sapaan akrabnya, memberikan contoh penghargaan yang sering ia terapkan di kelas. “Siapa yang sudah membantu mamanya di rumah? Kalau sudah berarti kalian adalah anak yang hebat,” ujarnya.
Yugo kemudian memberi pertanyaan, “Tentu kita pernah mengalami siswa kita tidak mengikuti aturan yang telah disepakati bersama. Jika itu terjadi, bagaimana cara ustadz dan ustadzah menegur anak tersebut?” Peserta diklat pun bersahutan menjawab sesuai dengan pengalamannya masing-masing.
Yugo juga menjelaskan ada beberapa teknik menegur yang bisa diterapkan oleh wali kelas yaitu memandang dengan visual dengan cara menunjuk sambil mata melotot, menyampaikan pernyataan tidak langsung, mempertanyakan, pertanyaan langsung, dan campur tangan fisik.
Hanifiatus Samhah SPd menceritakan pengalamannya selama menjadi wali kelas V A. “Ketika saya mengajar Matematika, kan itu mata pelajaran yang agak berat ya, jadi butuh konsentrasi penuh. Kalau ada satu saja yang berisik, bisa kacau. Biasanya yang rame langsung saya tunjuk, saya beri peringatan sekali dua kali. Kalau masih saja gaduh saya suruh keluar, baru anak itu langsung bisa tenang,” papar Hani, sapaannya.
Selanjutnya Yugo menjelaskan tentang teguran dengan cara memandang. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara menunjuk siswa yang tidak tertib sambil memelototkan mata yang menunjukkan bahwa itu adalah tindakan yang kurang tepat. Menegur siswa juga dapat disampaikan melalui pernyataan tidak langsung. “Contohnya begini, ‘Siapa ya yang menaruh sampah di sini?’ Akhirnya yang merasa naruh akan tersindir dan segera membuang sampah tersebut,” ungkap Yugo.
Yugo kemudian melanjutkan penjelasannya dengan memberikan contoh teguran dalam bentuk kalimat pertanyaan, “Kelas kita enaknya bersih atau kotor ya?”
Teguran tersebut juga dapat disampaikan melalui pertanyaan langsung pada siswa dengan contoh “Kamu ya yang naruh di sini? Ayo buang!”
Selanjutnya teguran berupa campur tangan fisik bisa dicontohkan dengan mendatangi siswa yang ramai kemudian menuntunnya. “Bilang gini saja ustadzah, Kalau kamu rame terus, silakan kunci pintunya, tapi dari luar ya. Dijamin siswa tersebut langsung tenang kembali,” ujar Yugo. (Kaiis/Mar’a)
Discussion about this post