PWMU.CO – Wakil Gubernur Jawa Timur Dr Emil Elestianto Dardak MSc mengatakan era industri 4.0 harus kita jalani, bukan sebatas dipelajari saja.
Emil menyataka itu dalam Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil), Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah Jawa Timur yang digelar Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Auditorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jalan Majapahit Nomor 666 B Sidoarjo, Sabtu (6/7/19).
Menurut Emil, revolusi industri 4.0 memiliki kekuatan penuh hari ini karena fakta membuktikan bahwa kecepatan dan dampak terobosan saat ini tidak seperti sebelumnya.
Emil menganalogikan teknologi pengiriman pesan zaman sekarang dan zaman dulu. Menurutnya kecepatan pengiriman pesan zaman sekarang jauh lebih cepat dan efisien.
“Dulu kirim SMS terbatas jumlah karakter, tapi aplikasi perpesanan seperti WhatsApp berhasil mematahkan hal itu,” jelasnya. Kasus lain, lanjut Emil, untuk bertatap muka dengan orang lain kita tidak perlu bertemu orang tersebut. “Cukup video call kita sudah bisa bertatap muka dengan kawan kita.”
Emil lalu mengajak peserta membayangkan bagaimana dulu susahnya menelepon kerabat karena keterbatasan pulsa. “Namun, hal itu tidak berlaku lagi, karena sekali lagi, teknologi perpesanan seperti WhatsApp dan yang lainnya sudah menyediakan fitur voice message, voice call, dan video call.
“Sekarang saya tanya, informasi kegiatan hari ini Bapak Ibu dapat dari mana? Pos atau gadget?” tanyanya kepada peserta. Sontak mereka menjawab dengan kompak, “Dari gadget.”
Terobosan seperti ini, lanjut Emil, yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan. Artinya untuk pembuatan media dan pembelajaran bisa lebih difokuskan ke era 4.0.
Menurut Emil, informasi sudah tidak terbatas ruang dan waktu. Kecepatan informasi melalui gadget sudah melebihi apapun. “Anak bisa mencari sumber ilmu di internet secara real time,” ungkapnya serius. “Apakah mungkin murid bisa lebih pandai dari gurunya?”
Dengan unlimited velocity information (kecepatan informasi yang tak terbatas) saat ini, lanjutnya, sangat mungkin kepandaian seorang murid melebihi kepandaian gurunya. Kendati demikian, Emil menekankan kepada semuanya bahwa secanggih apapun teknologi tidak akan bisa membuat guru useless (tak berguna).
“Secanggih apapun teknologi tetap teknologi, tidak bisa menggantikan guru yang memiliki hati,” ujarnya diikuti riuh tepuk tangan peserta. (Nasafi)