PWMU.CO – Anak usia dini merupakan penjelajah sejati, peniru ulung, dan perekam cepat karena mereka berada pada usia emas. Hal tersebut disampaikan Luluk Iffatur Rocmah MPd dalam Pelatihan Kurikulum PAUD 2013 yang diadakan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) di Aula Graha Wiyata Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Jalan Ketintang Wiyata Nomor 15 Surabaya, Sabtu (6/7/19).
Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pelatihan bertema ‘Kurikulum PAUD 2013: Wujudkan Generasi Unggul, Mandiri, dan Islami’ ini diikuti 80 guru dan pengelola PAUD Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia.
Luluk mengatakan, salah satu cara mengasah kecerdasan anak usia dini adalah dengan sains dan teknologi. Menurutnya, pembelajaran sains penting diajarkan karena bagian dari kehidupan. “Selain itu juga penting untuk pengembangan diri anak sehingga dapat mencapai tujuan hidup yang lebih baik,” ujarnya.
Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu menjelaskan, guru perlu memberikan kesempatan eksplorasi yang memadai untuk siswa. “Berikan keleluasaan, waktu yang cukup, berhati-hati dalam mengalihkan, perkaya lingkungan bekajar anak, dan jadilah fasilitator signifikan,” jelasnya.
Ia menekankan, interaksi pedagogis yang bermutu juga sangat berpengaruh dalam membangun hubungan di kegiatan sains. Menurutnya, guru harus berhati-hati memotong gagasan sains anak. “Respon yang dapat memperkaya terms sains anak. Gunakan kata-kata pembangun karakter,” tegasnya.
Selain itu, kata Luluk, dukungan logika efektif juga penting dalam membangun hubungan sains. “Ajukan pertanyaan efektif, gunakan simple illustration (ilustrasi sederhana), dan berikan kesempatan mengalami,” tuturnya.
Perempuan kelahiran Sidoarjo, 23 Desember 1986 itu mengatakan, guru sains bermutu itu mengalami sains terlebih dahulu. “Ia memiliki keterampilan memperkaya pengalaman sains anak dan merekam serta melaporkan kemajuan sains anak,” paparnya.
Selain sains, lanjutnya, pengenalan teknologi pada anak juga penting, baik sebagai media pembelajaran maupun sebagai bahan ajar. “Sebagai bahan ajar bisa dengan senter, kalkulator, setrika, radio, televisi, komputer, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain,” ujarnya memberi contoh.
Bagi Luluk, hal itu penting untuk dapat mengetahui fungsi, bahaya, dan cara penggunaannya. “Teknologi ini juga menunjukkan kepada siswa mensimulasikan proses yang sulit dilakukan secara manual,” jelasnya.
Ia menegaskan, semua sentra bisa dimasuki sains. “Yang paling penting adalah berikan ruang berpikir kreatif kepada peserta didik, untuk sama-sama bermain logika dan memecahkan masalah atau menemukan jawaban,” pesannya. (Vita)
Discussion about this post