PWMU.CO – Menilai anak, bukan untuk menilai benar atau salah. Menilai anak adalah melihat hal-hal yang dicapai anak setelah mendapatkan stimulasi dalam setiap aspek perkembangannya.
Hal itu ditegaskan Ratih Nia Pangastuti dalam Pelatihan Kurikulum PAUD 2013 yang diadakan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) di Aula Graha Wiyata Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Jalan Ketintang Wiyata Nomor 15 Surabaya, Sabtu (6/7/19).
Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pelatihan bertema ‘Kurikulum PAUD 2013: Wujudkan Generasi Unggul, Mandiri, dan Islami’ ini diikuti 80 guru dan pengelola PAUD Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia.
Asesor BAN PAUD dan Dikmas itu menjelaskan, penilaian merupakan proses pengukuran terhadap hasil kegiatan belajar anak. “Penilaian kegiatan belajar di PAUD menggunakan pendekatan otentik yang mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan dalam enam aspek perkembangan berdasarkan fakta yang sesungguhnya,” jelasnya.
Sekretaris Himpaudi Jawa Timur itu menekankan, penilaian penting untuk mengetahui tumbuh kembang anak selama mengikuti program. “Selain itu juga sebagai umpan balik memperbaiki kegiatan pembelajaran dan sebagai dasar mengoptimalkan fisik dan psikis dengan memberi kegiatan yang sesuai minat, kekuatan, dan kebutuhan anak,” paparnya.
Tak kalah penting, lanjutnya, penilaian ini untuk memberi informasi kepada orangtua agar mampu menjadi tim bagi pendidik dalam melaksanakan pendidikan di rumah. “Semakin kita terlibat aktif dalam mengamati dan menilai anak, kita akan semakin memahami anak,” tuturnya.
Perempuan kelahiran Pasuruan, 5 Mei 1979 itu mengatakan, salah satu prinsip penilaian itu mendidik, yang berarti mendorong anak meraih capaian perkembangan yang optimal. “Selain itu juga harus otentik, berorientasi pada kegiatan belajar berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan kemampuan anak saat melaksanakan kegiatan,” jelas ibu dua anak tersebut.
Prinsip lainnya, kata Ratih, penilaian harus objektif, didasarkan pada indikator capaian perkembangan serta bebas dari pengaruh subjektivitas penilai dan yang dinilai. “Juga harus akuntabel, sesuai prosedur dan kriteria yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan,” tegasnya.
Ketua Himpaudi Kota Pasuruan itu menambahkan, penilaian juga harus transparan. “Laksanakan sesuai prosedur dan dapat diakses oleh orangtua dan semua pemangku kepentingan yang relevan,” imbuhnya.
Pengelola PAUD Terpadu Taman Firdaus itu menekankan pentingnya membuat catatan hasil karya anak. Menurutnya, penting bagi guru menanyakan kepada anak tentang hasil karya yang dibuatnya tanpa asumsi guru. “Tuliskan semua yang dikatakan anak untuk mengkonfirmasi hasil karya yang dibuatnya agar tidak salah saat guru membuat interpretasi karya tersebut,” tuturnya.
Ratih kemudian menjelaskan langkah-langkah mengolah data atau informasi tentang anak untuk dianalisis sampai data tersebut menjadi rapor yang kemudian dilaporkan kepada orangtua.
Ia mengingatkan, isi laporan menggambarkan kemajuan perkembangan anak yang telah mencapai tahap ‘Berkembang Sesuai Harapan (BSH)’ dan ‘Berkembang Sangat Baik (BSB)’ di setiap indikator. “Lalu berikan rekomendasi yang dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan kemampuan anak yang indikator perkembangannya masih dalam ‘Belum Berkembang (BB)’ dan ‘Mulai Berkembang (MB)’,” pesannya. (Vita)
Discussion about this post