
PWMU.CO – Di tengah padatnya kesibukan, Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatulloh MSi masih menyempatkan diri untuk hadir di acara Rapat Kerja Pimpinan dan Struktural Lembaga Lembaga Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran Lamongan Awal Tahun Pelajaran 2019-2020, Ahad (20/7/19).
Pak Dayat, sapaan akrabnya, berbagi pengalaman sukses (best practice) dalam mengelola SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo dan Umsida dengan tema “Mengelola Lembaga Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0” di hadapan Pengasuh Pondok Pesantren, Ustadz Hakam Mubarok dan seluruh jajarannya.
Ayah tiga anak ini memulai paparannya dengan mengangkat Alquran Surat Alhashr 18, Asshaff 4, dan poin 6 pedoman pengelolaan amal usaha Muhammadiyah (AUM) di PHIWM (Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah).
“Pimpinan AUM harus selalu berusaha meningkatkan dan mengembangkan AUM dengan sepenuh hati, sehingga mempunyai keunggulan dan berdaya saing tinggi,” tuturnya pada para pejabat struktural mulai dari TK hingga pendidikan tinggi.
“Jika Anda ingin memiliki lembaga pendidikan yang besar dan meningkat, maka Anda harus serius dalam mengelolanya,” imbuhnya.
Menurut Pak Dayat, tidak boleh mengelola lembaga pendidikan itu sambil lalu, sak kobere (saat sempat) dan sak enake (sesukanya). “Tetapi harus sangat serius, terlebih di era revolusi industri 4.0 ini yang menunjukkan terjadinya percepatan perubahan peradaban manusia,” tandasnya.
Menurut rektor ketiga Umsida ini, revolusi industri 4.0 tidak hanya memberikan kemudahan dan percepatan, tetapi sekaligus juga mengakibatkan menurunnya pola hubungan organik antarmanusia. Hubungan antarmanusia sangat mekanis seperti mesin dan robot, sehingga ada problem kemanusiaan.
“Oleh karena itu, dalam proses pendidikan kita tidak boleh mengorbankan aspek kemanusiaan ini, karena hakikat dari pendidikan itu adalah proses untuk mengembangkan tiga potensi dasar manusia, yaitu knowledge (pengetahuan), skills (ketrampilan), dan attitute (sikap),” ucapnya.
Penguasaan kowledge dan attitute, sambungnya, mungkin bisa diatasi oleh mesin dan teknologi informasi. “Tetapi masalah membangun attitute harus melalui pendekatan humanis yang penuh dengan keteladanan dan pembiasaan, dan hal ini menuntut adanya perjumpaan antara guru dan peserta didik,” lanjutnya.
Menyangkut pengelolaan lembaga pendidikan Pak Dayat menegaskan akan dua hal pokok, yaitu perlunya melakukan penguatan kepemimpinan dan tata kelola yang baik, sehingga mampu mewujudkan pendidikan bermutu dan berdaya saing tinggi.
“Konsep kepemimpinan yang kami lakukan berparadigma TORSIE yaitu trust (kepercayaan), openness (terbuka), responsibility (tangung jawab), sinergy (sinergi), interdependence (saling terkait), dan empowering (memberdayakan),” urainya.
Sedangkan dalam kaitannya dengan tata kelola yang baik, lanjutnya, harus didasarkan pada tujuh prinsip. “Yaitu kejujuran, transparasi, akuntabilitas, partisipasi, efektif dan efisien, profesional, dan berkelanjutan,” ujarnya. (Dian)
Discussion about this post