PWMU.CO – Penampilan Nurul Wakhidatul Ummah membuat peserta Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMP Muhammadiyah 13 Campurejo (Hamas School), Kamis (25/7/19), penasaran alias kepo.
“Ustadzah kok pakai baju NA?” terdengar suara siswa bertanya saat Kepala Hamas School itu memakai seragam nasional Nasyiatul Aisyiyah (NA atau populer dengan sebutan Nasyiah) dengan baju kuning bermotif hitam.
“Anak-anak, sekarang kalian berbeda dengan kemarin. Sekarang menjadi aktivis persyarikatan dalam wadah IPM. Sama dengan ustadzah. Mengapa memakai baju NA? Karena selain mengajar juga aktif di Nasyiatul Aisyiyah,” jawabnya.
Di luar mengemban amanah sebagai Hamas School, Fida—panggilannya—juga diamanahi Ketua Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah Campurejo.
“Selain belajar dan mengajar sebagai shadaqah dan amal sholeh, kita juga membawa peran untuk mensyiarkan agama Islam lewat wadah masing-masing. Kalau ustadzah di NA, maka anak-anak adalah di IPM,” jelasnya.
Dia melanjutkan, “Anak-anak besok bisa memakai seragam IPM, biar kita tahu bahwa sekarang kamu semua ber-IPM,” kata Fida.
Tapi yang paling pentin , sambungnya, adalah mencerminkan karakter IPM. “Karena karakter suatu organisasi itu dipengaruhi oleh orang yang ada di dalamnya,” ujarnya.
Dia berpesan, sebagai kader persyarikatan agar tidak lelah berbuat kebajikan walau hanya mengajak wudhu yang baik, shalat dengan khusuk, atau memberi nasihat ringan lainnya. “Karena lelahnya berbuat baik akan disayang oleh Allah SWT,” jelasnya.
Ayahanda di Muhammadiyah membentuk IPM guna memiliki enam karakter. “Sebagai anggota IPM, apalagi pimpinan di dalamnya harus memiliki karakter tersebut agar menjaga karakter IPM,” pesannya. “Kalau anak-anak berlaku sebaliknya berarti sama dengan mengubah karakter IPM.”
Enam karakter IPM adalah: berjuang menegakkan agama Islam; hormat dan patuh kepada orangtua dan guru; bersungguh-sungguh menuntut ilmu; bekerja keras, mandiri, dan berprestasi; rela berkorban dan menolong sesama; dan keenam, siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa.
“Jangan lelah berbuat kebajikan, guru Hamas School beserta siswanya harus menjadi aktivis persyarikatan,” katanya. (*)
Penulis Nurkhan. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post