
PWMU.CO – Muhammadiyah terus mengabdi dan memberi. Menyinari negeri tercinta, termasuk di Bumi Cenderawasih. Di Provinsi Papua dan Papua Barat inilah jejak dakwah Muhammadiyah begitu terasa.
Menurut catatan Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, Rustarmadji, Persyarikatan Muhammadiyah memiliki aset dan amal usaha terbanyak dibanding organisasi lainnya di Papua dan Papua Barat.
Di antara amal usaha yang kini dimiliki Muhammadiyah di Bumi Cenderawasih adalah TK Aisyiyah (37), SD Muhammadiyah (13), MI Muhammadiyah (11), SMP Muhammadiyah (7), MTs Muhammadiyah (13).
Juga SMA Muhammadiyah (6), MA Muhammadiyah (1), SMK Muhammadiyah (3), Perguruan Tinggi Muhammadiyah (4), Panti Asuhan Muhammadiyah (7), aset tanah sekitar 300 hektar, dan amal usaha lainnya di bidang ekonomi.
Data tersebut sekaligus menujukkan bahwa dakwah Muhammadiyah bisa diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan Muhammadiyah bisa berkembang pesat di daerah-daerah minoritas Muslim.
Papua dan Papua Barat telah menjadi lahan yang subur untuk dakwah Muhammadiyah. Masyarakat di Bumi Cenderawasih ini telah banyak mengambil manfaat dari kehadiran Muhammadiyah.
Sejumlah pejabat publik, aparat pemerintah, pastur, romo, dan biarawati, pernah mengenyam pendidikan Muhammadiyah di Papua dan Papua Barat. Karena itu, tidak jarang dalam pertemuan resmi pemerintah dan Persyarikatan, para pejabat itu menyampaikan terima kasihnya pada Muhammadiyah.
Sebagai ruang publik, amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan juga siap mendidik putra-putri Papua dan Papua Barat. Sekolah dan kampus Muhammadiyah menerima dengan tangan terbuka dan mendidik mereka yang datang tanpa melihat etnik dan agamanya.
Di Unimuda Sorong, Papua Barat, misalnya, dari 10.000 mahasiswa yang belajar, 70 persen di antaranya beragama Kristen. Bahkan di SMP dan SMK Muhammadiyah Serui, Papua, mendidik lebih dari 92 persen siswa Kristen.
Bukan hanya peserta didik, sekokah dan kampus Muhammadiyah juga merekrut guru dan dosen dari warga asli Bumi Cenderawasih. Sebagian besar mereka tentu saja beragama Kristen.
Semua yang dilakukan Muhammadiyah tersebut menunjukkan organisasi ini telah mengajarkan nilai-nilai pluralisme dan multikulturalisme. Bukan hanya dengan kata-kata, melainkan melali bukti yang nyata.
Karena itu, tidak heran jika pada saat Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar, ada bupati dan walikota di Bumi Cenderawasih menyampaikan terima kasih pada Prof Din Syamsuddin yang saat itu menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dalam pertemuan itu, pejabat tersebut menyampaikan rasa terima kasihnya karena telah dididik Muhammadiyah. Dua pejabat itu merupakan alumni SMP Muhammadiyah.
Sebagai ketua kelas saat belajar di SMP Muhammadiyah Papua, dua pejabat itupun masih hafal doa memulai belajar. Dengan fasih, mereka membaca doa; radlitu billahi Rabba wabil Islami dina wabi Muhammadin Nabiya wa Rasula. Padaha mereka pemeluk Kristen yang taat.
Di tengah suasana Papua dan Papua Barat yang sedang bergejolak, Muhammadiyah berharap agar Bumi Cenderawasih kembali normal. Semoga dakwah pencerahan dan pendidikan Muhammadiyah menjadi oase bagi warga Papua dan Papua Barat untuk mewujudkan kehidupan yang ramah dan harmoni dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)
Oleh Dr Biyanto MAg, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Wakil Sekretaris Pimpipan Wilayah Muhammadiyah Jatim.
Discussion about this post