PWMU.CO – Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tidak hanya dilakukan warga yang tinggal di Tanah Air, tetapi juga dilaksanakan di luar negeri. Salah satunya oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia bersama Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Malaysia dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Malaysia.
Bertempat di Bamboo Resort, Kuala Langat – Selangor, Malaysia, Sabtu (31/8/19) warga dan simpatisan serta kader Muhammadiyah yang ada di seputar Lembah Klang Selangor dan Kuala Lumpur sejak pagi hari berkumpul untuk mengikuti kegiatan peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-74.
Ada enam Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) dan lima Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah (PRIA) yaitu Kampung Baru, Klang Lama, Kepong, Pandan, Sungai Way dan Ampang, yang mengikuti acara. Ditambah dari unsur PCIM dan IMM.
Kegiatan dimulai dengan melaksanaan upacara bendera dengan komandan upacara Ahmad Shidqi Mukhtasor, kader mahasiswa Muhammadiyah S1 Usuluddin asal Surabaya yang sedang menuntut ilmu di International Islamic University Malaysia (IIUM).
Dalam amanatnya, Inspektur Upacara Dr Sonny Zulhuda berpesan kepada peserta untuk senantiasa mengingat jasa para pahlawan yang nota bene-nya kebanyakan adalah para pemimpin umat Islam pada masanya.
“Muhammadiyah mempunyai peran yang sangat besar dalam memerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan. Oleh karenanya sudah wajar warga Muhammadiyah juga harus terus berperan dalam mengisi dan membangun bangsa ini menuju cita-cita yang diidamkan para pendiri bangsa,” ujar Ketua PCIM Malaysia ini.
Dia menambahkan, di Malaysia ini kita jangan lupa juga untuk tetap menjaga nama baik persyarikatan dan NKRI. “Serta tetap menjunjung akhlak dan istiadat negeri Malaysia di mana kita berpijak,” tutur pria yang juga dosen muda Fakultas Hukum Universitas Islam Antarabangsa Malaysia itu.
Dia mengajak melanjutkan amanat para pendiri NKRI dan amanat para pemimpin persyarikatan yang menitipkan negara ini. “Amanat Kiai Dahlan, amanat Ki Bagus Hadikusumo, Panglima Besar Jendral Soedirman, Bung Karno, maupun Mr Kasman Singodimedjo. Merdeka!” tegas pria asli Jakarta ini.
Sedikit berbeda dengan di Indonesia, upacara di Malaysia ini tidak ada prosesi pengibaran bendera ke tiang tinggi. “Hanya ada petugas yang membawa bendera yang sudah terpasang di tiang pendek ke lapangan upacara,” ungkapnya.
Selain pengibaran dan penghormatan bendera Merah Putih, juga ada menyanyikan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta. “Lengkap juga dengan pembacaan Pancasila, pembacaan teks Proklamasi serta Pembukaan UUD 1945. Mayoritas petugasnya anggota IMM,” paparnya.
Meski sederhana, sekitar 200 peserta bisa mengikuti seluruh rangkaian upacara dengan khidmat. “Peserta kami kelompokkan per ranting satu regu. Tadi beberapa peserta nampak terharu dan menitikkan air mata saat menyanyikan Indonesia Raya dan mengheningkan cipta,” imbuh Sonny.
Salah satu peserta yang tidak dapat menahan air mata adalah Hasnah. “Meski sudah puluhan tahun tinggal di Malaysia, saya tidak bisa menahan air mata kalau menyanyikan lagu Indonesia Raya,” ungkap wanita asal Medan ini.
Saat mengheningkan cipta, Nurul Oktovia, seorang ekspatriat asal Bugis lulusan Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang tinggal di Kuala Lumpur sejak zaman kuliah, juga tidak bisa menahan tangisnya.
Begitu juga Andi Pramawijaya, alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang kini sedang S2 Hukum di IIUM. “Saya terharu dan bangga karena masih bisa merasakan hikmatnya upacara bendera meski berada di Malaysia,” tutur Andi. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post