PWMU.CO – Orangtua, termasuk guru di sekolah, kadang butuh keberanian untuk berkonflik bersama anak dalam melatihkan kebaikan dan pembiasaan Islam.
Hal ini disampaikan oleh Yugo Triawanto MSi dalam kegiatan sosialisasi program kelas IX tahun pelajaran 2019-2020 di Andalusia Hall SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas), Sabtu (31/8/19).
Mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Elly Risman psikolog spesialis pengasuhan anak yang menyatakan bahwa ketika kehilangan orangtua itu kehilangan masa lalu. Namun, kehilangan anak berarti kehilangan masa depan. Maka, Yugo mengajak kepada 203 wali siswa kelas IX agar memberikan fasilitas, arahan, dan pendampingan terhadap kebutuhan anak dalam proses tumbuh dan berkembang termasuk di dalam pencapaian sukses di kelas akhir jenjang SMP dan program pembiasaan.
“Pagi hari di depan pagar sekolah anak datang disambut dengan semangat, melakukan pembiasaan perilaku disiplin, menghafal doa harian, hadits, dan sebagainya. Hal ini dilakukan karena guru menyadari anak adalah anugerah yang luar biasa apalagi sedang proses menimba ilmu,” katanya.
Menyempatkan waktu sejenak bersama anak dengan bersepeda ria atau mendampingi belajar dan mengajak ibadah bersama adalah wujud apresiasi yang bisa diberikan kepada anak untuk menabung masa depannya.
“Tidak ada anak yang nakal, cuman butuh diajak untuk melakukan kebaikan, mari ajarkan kebaikan terbaik, meski kita harus berani berkonflik denganya dari pada hilang masa depannya kelak,” ajaknya.
Waka Kesiswaan Spemdalas ini menyampaikan, pembiasaan positif yang telah diprogramkan akan efektif dan berdampak bagi kehidupan masa depan siswa butuh untuk terus dilatihkan dan dikawal.
“Ketika anak tidak mau shalat Subuh ke masjid, ya harus dibiasakan. Ketika tidak bisa bangun pagi ya harus dibiasakan termasuk bila belum bisa belajar fokus selama 30 menit. Semua itu butuh pembiasaan dan pendampingan orangtua di rumah dan guru di sekolah,” tuturnya.
Mengutip dari Hadits Rasulullah SAW tentang tiga amalan yang tidak terputus hingga setelah meninggal yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang akan mendoakannya, maka Yugo mengingatkan anak adalah tabungan hidup masa depan orangtua di akherat kelak.
Oleh karenanya, lulusan Magister Sains Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini mengajak agar para orangtua lebih bersemangat dan memberikan perhatian terhadap pembiasaan siswa apalagi sedang berada di masa remaja ini, meskipun kadang harus berselisih atau berkonfrontasi dulu dengan anak. Begitu sebaliknya apresiasi secara verbal, tulisan, atau perilaku itu juga diperlukan dalam membangun masa depan siswa.
“Andai saja apreasiasi bagi yang shalat Subuh berjamaah di masjid divisualisasikan di dunia. Pastinya, parah jamaah akan banyak berdatangan dan berebut di shaf terdepan. Namun Allah memberikan cara tersendiri agar para makhluknya bisa berlomba dalam kebaikan dan menentukan masa depan akhiratnya,” katanya. (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post