
PWMU.CO – Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Gresik Drs Musaini memberangkatkan 32 peserta Spemdalas Study in Japan di Sinergi Room SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Senin (16/9/20\19).
Tampak para orangtua turut mengantarkan putra-putrinya yang akan melakukan pembelajaran bersama siswa dari Minami Gakuen Gimu Kyouko dan Tsukuba Gakuen University selama enam hari Senin-Sabtu (16-21/9/19).
Musaini menyampaikan sister school program tahun ini memilih negara Jepang sebagai negara dengan tingkat pendidikan yang unggul dan maju, memiliki perkembangan teknologi yang canggih sekaligus sikap kedisplinan yang baik.
Pada tahun sebelumnya kegiatan serupa dilakukan didua negara yaitu Singapura dan Malaysia. Harapan besarnya agar siswa Spemdalas yang berasal dari siswa VIII dan IX ini dapat memperoleh pengerahuan dan wawasan global.
“Ke Jepang nanti kalian adalah belajar, belajar, dan belajar ya bukan nglencer lho. Karena kalianlah nanti yang akan memimpin negara ini di tahun 2040-2045,” pesanya.
Indonesia dengan adanya bonus demografi, sambungnya, maka bekal ilmu dan skill yang dimiliki harus setingkat dunia. Bagi generasi sekarang harus lebih baik daripada yang berusia lebih lanjut seperti dirinya, maka kuncinya adalah belajar,” kata Pengawas Majelis Dikdasmen Bidang Mutu Pembelajaran ini.
Kepada para peserta dan tiga guru pendamping yang ditunjuk, dia berpesan agar pembiasaan yang sudah dijalankan di sekolah tidak luntur saat di Jepang nanti. Praktik ibadah shalat sebagai seorang musafir, tadarus Alquran, dan bacaan doa harian termasuk karakter positif.
“Perkuat keterampilan bahasa Inggris dan bahasa Jepang di sana nanti dan tunjukan bahwa pelajar Indonesia juga punya disiplin yang tinggi,” pesannya.
Sementara, Lussy Novarida Ridwan yamg turut serta mendampingi kegiatan pemberangkatan Spemdalas Study in Japan mengajak peserta untuk menerapkan budaya Horenzo. “Ini filosofi dari kata bayam di Jepang yang berarti harus dikomunikasikam dan didiskusikan,” ujarnya.
Dosen Tsukuba Gakuen University itu menjelaskan, Horenso adalah budaya yang sudah melekat pada sistem pendidikan dan biasa diterapkan di perusahan di Jepang. Bahwa setiap aktivitas harus dikomunikasikan dan diskusikan terlebih dulu bersama tim sehingga tidak ada yang tertinggal atau berjalan dengan kemauan sendiri.
“Jika nanti ada teman kalian yang lepas tali sepatunya maka ingat horenzo. Tunggu dia, sampaikan kepada pendamping kelompoknya. Termasuk bila ingin ke toilet,” pesannya kepada peserta. (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post