
PWMU.CO – Sains atau ilmu pengetahuan menjadi salah satu hal penting dalam membangun peradapan manusia.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA dalam opening ceremony ‘International Training on Education’ di Hotel Kampi Surabaya, Rabu (24/9/19).
Mengutip Alquran surat Alfathir ayat 27-29, Saad menjelaskan tugas saintis (ilmuwan sains) dalam perspektif Islam. Pertama, mengenal alam semesta dengan ilmu pengetahuan yang harus berangkat dari ke-Maha Besar-an Allah SWT.
“Bangunan peradapan Islam dengan selalu menghadirkan Allah dalam setiap kemajuan kehidupan akan melahirkan sains yang sangat dahsyat sehingga tidak ada saintis yang sekularisme nantinya,” jelasnya.
Kedua, memaknai waminannasi wadawabbi … dari potongan ayat ke-28—yang memiliki arti dan demikian di antara manusia dan hewan-hewan melata dan seterusnya—dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini menjelaskan saintis tidak hanya ahli dalam memahami fenomena alam, tapi dalam kehidupan sosial.
Ketiga, Saad mengutip surat Alfathir ayat ke-29 yang berbunyi, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezekinya yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.”
Berdasarkan ayat itu, Saad menegaskan, seorang saintis tidak hanya menguasai fenomena alam, tetapi juga harus memahami fenomena sosial. “Dan keduanya membawa kepada ketakwaan kepada Allah yang diverifikasikan dengan kitabullah dan ajaran Islam. Wujud keteguhan pengetahuan dalam kehidupan adalah waaqimishalah yaitu menegakkan shalat dan memiliki jiwa humanis atau kemanusiaan,” jelasnya.
Oleh karena itu, kata dia, yang terpenting dari proses pendidikan tidak hanya berguna dalam membangun relasi dengan orang lain, untuk hidup bersama, atau saling sharing pengetahuan dan wawasan. Akan tetapi, seluruh pengetahuan yang dimiliki dapat membawanya pada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
“Kita harus percaya kehidupan dunia terbatas. Ada kehidupan setelahnya yang harus dipersiapkan yaitu akhirat. Sehingga seluruh pengetahuan harus membawa kepada Allah SWT,” ujanya. (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post