PWMU.CO–Panti asuhan itu untuk anak-anak yang darurat. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Bidang Kepantian Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Zaenal Abidin MSi saat menjadi pemateri pada Bimbingan Teknis Akreditasi Panti Asuhan Aisyiyah dan Penerapan Standar Nasional Pengasuhan Anak (SNPA) se-Indonesia.
Bimtek diselenggarakan oleh Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah di Hall Taman Sengkaling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (19/10/19).
Menurut Zaenal Abidin, coba posisikan diri kita sebagai keluarga anak asuh. Kalau salah satu pasangan suami-istri meninggal dunia, apakah langsung anak-anaknya dimasukkan ke panti asuhan. “Tentu tidak kan. Maka akan diusahakan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Jika tidak sanggup bisa diasuh oleh kerabat dekatnya,” ujarnya.
Muhammadiyah, sambung dia, telah mendukung asuhan keluarga internasional. “Maka sebagai warga persyarikatan kita wajib tunduk dengan aturan itu. Kita itu sering sambat atau mengeluh ketika banyak anak asuh, tapi ketika ada asuhan luar kok juga masih protes,” ungkapnya.
Menjadi pengurus panti harus bisa menjadi teladan. Kadang kita memberi perintah kepada anak untuk bersih-bersih kamar tetapi kamar pengasuhnya tidak bersih.
Kemampuan menjalani hidup (lifeskills) anak perlu diperhatikan. Fasilitasi semampunya panti. “Jangan otomotif semua atau menjahit semua. Cari lifeskills lain yang kreatif,” jelasnya.
Dia menyarankan pengasuh panti sekali-kali berkunjung ke panti Nasrani sebagai bahan perbandingan. “Mereka itu pantinya bersih, wangi, cara menerima tamu bagus dan pakaiannya rapi,” paparnya.
Ditegaskan, jangan jadi panti asuhan yang tidak srawung atau tidak peduli dengan lingkungan. Kalau ada kelebihan uang maka santuni tetangga panti yang membutuhkan. “Kalau ada kegiatan RT atau desa boleh melibatkan anak-anak, seperti pada peringatan Kemerdekaan RI,” terangnya. (*)
Penulis Sugiran Editor Sugeng Purwanto