PWMU.CO – Warga Muhammadiyah sudah tidak asing ketika melihat anak usia sekolah memakai seragam Hizbul Wathan (HW)—yang wajib dikenakan tiap Jumat.
Tapi, ketika yang memakainya adalah anak berusia 5 tahun, bahkan 2,5 tahun, tentu menjadi sesuatu tak lazim. Namun, keluarga Agus Hargianto SPd—Ketua Kwarcab HW Watukebo, Jember—berhasil membuktikannya.
Ketiga anaknya: Najwa Insanida Nahla (13), Muhammad Brifelgi Usaid (5), dan Beril Gigas Ababil (2,5) sudah biasa berseragam lengkap HW, karena ketiganya selalu diikutsertakan dalam kegatan perkemahan orangtuanya.
Maklum, Agus dan istrinya—Efi Fidyawati SPd, seorang guru TK Aisyiyah—sama-sama aktivis HW. Hal inilah yang membuat ketiga anaknya sudah dididik jiwa kepanduannya bahkan sejak belia.
Kepada PWMU.CO, Ahad (10/11/19), Efi berkisah ketika kali pertama membawa Najwa mengikuti kemah saat berusia dua tahun. “Saat itu kemah di Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Latihan) HW di Pasuruan, kalau tidak salah tahun 2007,” ujar perempuan yang kerap dipanggil Bunda tersebut.
Dia mengaku sepakat dengan sang suami untuk terus melibatkan anak-anaknya dalam kegiatan organisasi agar mempunyai ghirah perjuangan.
Terbukti, sampai memiliki anak tiga pun, pasangan ini selalu membawa anak-anaknya dalam kegiatan HW. “Tahun lalu (2018) ketiganya saya ajak ke acara Silatnas (Silaturahmi Nasional) HW di Cibubur,” ujarnya di sela Perayaan Milad K-107 Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Jember.
Efi mengaku tetap enjoy meskipun harus mengerahkan tenaga esktra membawa tiga anaknya. “Bahkan waktu acara Milad Ke-104 Muhammadiyah di Bangkalan tahun 2016, saya hamil empat bulan anak ketiga dan anak nomor dua masih berusia tiga tahun,” ungkapnya.
Efi berharap agar kelak anak-anaknya yang sudah dididik sejak dini di HW itu bisa menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Dan harapan itu mulai tampak pada diri Najwa.
Seperti diakui Agus. Dia senang karena anak pertamanya itu telah aktif dalam kepanduan HW. “Bahkan sekarang menjadi anggota Corps Drumband Surya Melati HW Watukebo, Jember, sebagai pemegang senar,” terangnya.
Agus mengaku dia juga bagian dari hasil proses pengkaderan yang dilakukan ayahnya, Imam Charomen, yang juga berkecimpung di HW. Menurut Agus, ayahnya mendidik dia di HW juga sejak kecil. Imam Charomen adalah salah satu pelopor kebangkitan HW di Watukebo pada tahun 2000. Sebelumnya pada tahun 1961 HW sempat dilebur ke dalam Pramuka. (*)
Kontributor Disa Yulistian. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post