PWMU.CO-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi mengapresiasi warga Muhammadiyah yang selalu menunjukkan gerilya dan semangat luar biasa dalam melakukan kegiatan-kegiatan persyarikatan.
Hal itu dia sampaikan dalam acara Konsolidasi Nasional Pimpinan Muhammadiyah di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Senin (18/11/2019).
“Hampir kami di Pimpinan Pusat sampai kekurangan waktu melayani Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Daerah (PD) bahkan Pimpinan Ranting yang begitu rupa melaksanakan kegiatan. Hal ini menunjukkan persyarikatan selalu bergerak akseleratif. Sampai-sampai pergerakan itu seperti melebihi udara,” tuturnya.
Dalam melihat perkembangan keberagamaan saat ini Haedar menyampaikan beberapa poin yang perlu dilaksanakan Muhammadiyah ke depan dalam menyebarkan Islam yang menjadi fondasi dan sumber nilai. Islam yang menjadi alam pikiran dan cita-cita bersama.
Dia menyebutkan sembilan masalah yang perlu dikonsolidasikan bersama. Pertama, menanamkan nilai dasar Muhammadiyah. Haedar menilai kajian-kajian keislaman saat ini mulai tumbuh subur di dalam tubuh umat Islam. Menurutnya, warga Muhammadiyah perlu mempunyai pandangan Islam yang kokoh.
“Termasuk contoh heboh masalah cadar. Ini tidak sederhana. Bagi Muhammadiyah itu sudah selesai. Ikuti saja fatwa tarjih, bahwa muka dan telapak tangan bukan aurat,” katanya.
Kedua, memperkaya pemikiran. Menurut Haedar, saat ini masyarakat dihadapkan pada spektrum pemikiran yang luas. Kalau kader Muhammadiyah tidak mempunyai referensi yang kaya terhadap nilai-nilai Islam maka tidak bisa memberi solusi bagi permasalahan keagamaan.
“Kalau kita kering dalam pemahaman keagamaan, kita tidak akan bisa memberi solusi bagi masyarakat yang sedang haus,” tegasnya.
Ketiga, penguatan dan pengembangan pranata kelembagaan. “Kita ini kuat di bidang pendidikan yang melebihi negara. Bahkan peran Muhammadiyah di kawasan terjauh, terluar sangat signifikan. Tapi seiring perkembangan zaman jangan sampai lembaga Muhammadiyah tertinggal dari yang lain hanya karena kita abai dan lalai dengan birokrasi yang kita ciptakan sendiri. Kita harus selalu kreatif mengembangkan sekoci,” tuturnya.
Keempat, gerakan dakwah komunitas. Haedar mengatakan, gerakan dakwah khusus menangani komunitas sudah diputuskan dalam Muktamar Makassar dan perlu dilaksanakan lebih progresif.
Kelima, kaderisasi menjadi hal yang sangat penting. Haedar beranggapan pimpinan Muhammadiyah saat ini sudah berada di generasi lanjut. Maka Muhammadiyah perlu punya tempat untuk mendiaspora kader.
“Kita memandang positif perlunya kader masuk di politik. Namun jangan sporadis. Yang berhasil harus amanah, yang gagal tetap berlanjut dan perjuangan yang keras. Begitu juga dengan kader-kader profesional harus kita kembangkan. Jangan sampai lulusan Muhammadiyah berlalu begitu saja tanpa kita mobilisasi. Polanya harus pola baru baik dalam konten maupun peran,” ucapnya.
Keenam, pengembangan amal usaha. Haedar menyadari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bertumbuh dengan baik termasuk Aisyiyah.
Menurutnya warga persyarikatan menunjukkan tema taawun telah diaplikasikan. Namun ia mewanti-wanti agar warga jangan selalu merasa berlebih apalagi soal uang.
“Hati hati perjalanan masih panjang. Jangan gembar-gembor banyak uang tapi berat di pengembangan. Kita swasta dan tidak dapat dana dari APBN. Jangan sampai salah dalam memproyeksikan apa yang kita miliki,” ujarnya.
Ketujuh, komitmen pengembangan Cabang, Ranting dan jamaah. “Sekarang ini kita telah ada hari ber-Muhammadiyah. Bagaimana agar kegiatan-kegiatan di Cabang dan Ranting itu lebih diperkuat.
Delapan, pemberdayaan ekonomi umat. Muhammadiyah ke depan harus memperhatikan ekonomi. Tetapi mengurus ekonomi jangan banyak teori tapi harus lebih banyak praktik. Bagaimana agar bicara ekonomi tidak bombastik namun real memberdayakan umat.
Sembilan, peran kebangsaan. Konsep Muhammadiyah yang mengakui Pancasila sebagai Darul Ahdi was Syahadah bagus dan diapresiasi banyak pihak. Termasuk visi Indonesia berkemajuan. Maka Muhammadiyah harus selalu memperkuat peran kebangsaan.
“Insyaa Allah Muhammadiyah tetap menjaga dan juga memberi warna . Bergeser dadi pendekatan dakwah tanpa memberi solusi ke al muwajahah cara menghadapi dan memberi solusi,” tandasnya. (*)
Penulis Nelly Izzatul Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post