
PWMU.CO – Salah satu pelajaran penting pengajaran bulan Ramadhan adalah memperbaiki komunikasi dan hubungan dengan tetangga. Zakat fitrah yang dilaksanakan sebelum shalat Idul Fitri, merupakan kerangka dasar Islam yang mengajarkan etika bertetangga yang terus membaik. Seiring dengan berakhirnya Ramadhan, seharusnya tiap Muslim mampu meningkatkan etika ini.
Demikian salah satu inti dari khutbah oleh Drs Maftuhin dalam pelaksanaan shalat Idul Fitri 1437 H di halaman Perguruan Muhammadiyah Sidodadi, Paciran, Lamongan (6/7). Menurutnya, setidaknya ada 3 tingkat etika bertetangga yang baik. Pertama, bertetangga yang baik. “Contoh mudah dari model ini adalah ketika tetangga tidak saling mengganggu. Tetangga mau apa saja terserah, yang penting tidak mengganggu orang lain,” jelasnya sambil menyatakan model bertetangga ini sudah berkategori baik, tapi masih tingkat dasar.
(Baca: Shalat Id Ini Menyatukan Jamaah dari Berbagai Kelompok Islam dan Memaknai Imsak dan Takjil dalam Kehidupan Sehari-hari di Luar Ramadhan)
Jika sudah pada tahap ini, tambah Maftuhin, harus ditingkatkan menjadi bertetangga harus bermanfaat. “Jika ada tetangga yang sedang punya hajatan, tanpa dimintai tolong, kita harus membantu tetangga,” urai Maftuhin tentang contoh keseharian model bertetangga yang baik tingkat kedua ini.

Jika sudah pada tahap ini, urai Maftuhin lagi, setiap Muslim harus mengupayakan untuk meningkatkan lagi sebagaimana yang diperintahkan Nabi Muhammad saw. Keberadaan hanya tidak saling mengganggu dan bermanfaat bagi tetangga, tapi juga mampu membalas ketidakbaikan perilaku tetangga dengan perilaku yang sebaliknya.
“Model bertetangga dalam model ini salah satunya adalah orang yang menyambung silaturahmi dengan tetangga yang memutuskannya,” jelas Maftuhin tentang ciri pertama tetangga unggul ini.
(Baca: Alquran Jangan Dikalahkan oleh Medsos dan Meski Hidup di Desa, Harus Tetap Waspada Narkoba)
Sementara ciri yang kedua adalah seseorang yang meminta maaf kepada orang yang telah menyakiti dirinya. “Kalau orang berbuat salah atau menyakiti orang lain dan kemudian minta maaf, itu sudah biasa. Tapi Islam mengajarkan agar kita meminta maaf kepada orang yang menyakiti kita,” urainya tentang ciri bertetangga yang melebihi baik dan bermanfaat.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, shalat Idul Fitri yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Sidodadi, Paciran ini dipusatkan di Halaman MI Muhammadiyah 18 Paciran. Sebelum shalat dilaksanakan, Ketua PRM, KH Hamid Umri melaporkan beberapa kegiatan selama Ramadhan dan juga penerimaan zakat, infaq dan shadaqah, dan juga pembagian zakat fitrah.
(Baca: Khutbah Idul Fitri PWM Jatim: Berhari Raya tanpa Ber-Idul Fitri dan Kehidupan Akhirat Jangan Jadi Sambilan)
Diantaranya terkumpul infaq 36 juta selama Ramadhan untuk pemugaran masjid Darussalam, dan juga Rp 3,5 juta zakat pertanian dan perhiasan dari warga Muhammadiyah setempat. “Karena pemugaran masjid belum dimulai, Pimpinan Ranting masih menerima infaq dari bapak-ibu jamaah semua,” serunya.
Tak ketinggalan, pengasuh Pondok Pesantren “Darussalam Muhammadiyah” ini juga melaporakan berbagai perkembangan pesantren kebanggaan warga Muhammadiyah Sidodadi itu: mulai perkembangan lokal kelas, penambahan lapangan sebagai fasilitas pesantren, dan tentu saja jumlah 62 pendaftar santri baru. Para santri ini sekaligus tercatat sebagai siswa-siswi SMP Muhammadiyah 29 Lamongan. (ifa farida)
Discussion about this post