
PWMU.CO – Dalam masalah penyelenggaraan shalat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, Muhammadiyah berpendapat bahwa ia lebih afdhal dilaksanakan di tanah lapang. Baik di lapangan yang sesungguhnya, halaman sebuah gedung, hingga jalan tertentu. Karena itu, di wilayah yang warga Muhammadiyahnya tidak terlalu dominan, mungkin sulit untuk menemukan shalat Id yang dilaksanakan di lapangan.
Itu pula yang tercatat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini, tepatnya dusun Aengnyior, desa Lobuk, kecamatan Bluto. Di tengah perbedaan fiqhiyyah dengan sebagian umat Islam lainnya, warga Muhammadiyah setempat cukup konsisten untuk selalu menggelar shalat Id di lapangan terbuka. Tidak terkecuali dalam shalat Idul Fitri 1437 H kemarin, (6/7).
(Baca: Dari 3 Model Bertetangga yang Baik Ini, Anda Masuk Mana? dan Makna Imsak dan Takjil dalam Kehidupan di Luar Ramadhan)
“Shalat Id di lapangan ini sudah berjalan selama 15 tahun. Kami konsisten melaksanakan di lapangan. Bahkan ketika pelaksanaan shalat Id berbeda dengan penetapan pemerintah,” jelas Judi Hartono yang menjadi perintis shalat id di lapangan ini. “Malah mungkin inilah satu-satunya di kecamatan Bluto yang menyelenggarakan shalat Id di lapangan.”
Tak hanya itu, tradisi di seputar pelaksanaan shalat di lapangan ini juga berbeda dengan pelaksanaannya di masjid atau mushalla sekitar. Jika di masjid dan mushalla, para perempuan sibuk membawa makanan untuk suguhan orang yang shalat, hal itu tidak berlaku di tempat ini. Perempuan, sama halnya dengan jamaah pria, hanya fokus menyiapkan diri untuk mengikuti shalat Id tanpa membawa makanan apapun.
“Sebab, panitia yang menyiapkan kaldu untuk seluruh jamaah,” tegas lelaki yang berprofesi sebagai guru ini. Kaldu yang disiapkan oleh panitia ini lantas dihidangkan kepada seluruh jamaah seusai khatib turun mimbar. Layaknya dalam hajatan walimahan, para jamaah pun menyantap hidangan itu secara bersama-sama dan lesehan.
(Baca: Khutbah Idul Fitri PWM Jatim: Berhari Raya tanpa Ber-Idul Fitri dan Hanya 4 Takbir di Rakaat Pertama: Keunikan Shalat Id di Santa Barbara)
Seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia pun juga melakukan pengumpulan zakat dan penyalurannya kepada pihak yang berhak. “Tahun ini kami memberikan santunan kepada 60 orang fakir miskin, janda, dan yatim piatu berupa beras dan uang,” tambahnya.
Tentu, harap Judi Hartono, tahun depan bisa ditingkatkan lagi. Sehingga Idul Fitri benar-benar menjadi momen yang menggembirakan bagi semua umat Islam, baik yang kaya maupun yang miskin. Semoga selalu istiqamah dalam mengamalkan ajaran Islam. (moh ernam)
Discussion about this post