Tidur di Tenda Jadi Favorit Peserta Famgath, Sayangnya Lupa Aturan Ini

Tenda dome untuk peserta Family Gathering keluarga sang Surya di Mulia Agro. (Abidin/pwmu.co)

PWMU.CO-Tenda kemah yang disiapkan panitia Family Gathering keluarga sang Surya untuk tidur ternyata paling diminati anak-anak. Mereka memilih tenda bentuk dome daripada tidur di joglo, tenda barak, atau aula.

Acara Famgath Sang Surya yang digelar di Agro Mulia Prigen ini dihadiri ratusan peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur, Sabtu-Ahad (28-29/12/2019).

 “Banyak peserta datang tiba-tiba tanya tenda, padahal sudah ditunjukkan tenda barak, tapi malah minta tenda dome,” terang Abu Bait yang menjadi penanggung jawab tenda.

Awalnya tim tenda yang terdiri dari Mukhlasin, Abu Bait, dan Khusnul Abidin menyiapkan satu tenda barak besar, 2 tenda barak sedang, dan 12 tenda dome. Akhirnya tenda dome bertambah 16 unit. Itu ditambah milik Bu Ratna 5 unit, Bu Umi 2 unit, Roisuddin 1 unit, dan Andriyo 3 unit. Jadi total jenderal jumlahnya menjadi 27 tenda dome.

 “Sebagian dipinjam dari SD Muhammadiyah Lekok dan SD Muhammadiyah Pandaan. Sebagian dibawa Ramanda Abidin dan saya,” tegas Abu Bait.

Tenda dome dan tenda barak sudah didirikan sejak pagi agar bisa digunakan langsung oleh peserta. “Ada peserta yang datang setelah Magrib tapi masih minta tenda karena anaknya nangis kalau tidak tidur di tenda seperti temannya,” lanjut sekretaris Kwarda HW Sidoarjo ini.

Seperti peserta dari Pasuruan, Malang, dan Sidoarjo yang datang setelah Magrib, mereka tetap minta tidur di tenda dome, padahal semua sudah terisi. “Untung sejak awal sudah kami siasati, ada beberapa tenda yang tidak kami dirikan. Cadangan untuk peserta yang datang terlambat tak kebagian tempat tidur,” tambah aktivis HW ini.

Namun sayangnya ada beberapa hal yang tidak diperhatikan oleh pengguna tenda dome, padahal itu sudah menjadi semacam standar operasional prosedur memakai tenda ini. Misalnya, ada yang pulang tanpa pamit sehingga tas tenda terbawa.

Ada juga yang menabur garam di sekeliling tenda asal-asalan sehingga mengenai kain tenda. “Menabur garam dilakukan jika berkemah di hutan dan jarak taburan garam setengah meter dari tenda. Bukan malah kena tendanya,” beber Abu Bait. (*)

Penulis Ernam  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version