PWMU.CO–Surat undangan organisasi bagi seorang aktivis sudah biasa diterima. Tapi ketika surat undangan itu disimpan selama 61 tahun maka barang itu menjadi sebuah pusaka. Barang langka dan bersejarah.
Contohnya sebuah surat undangan Hizbul Wathan milik Abu Ma’sum dari Desa Payaman Kec. Solokuro Lamongan. “Ini surat undangan HW Gresik ke HW Lamongan, tahun 1958. Saat itu desa kami diundang untuk mengikuti acara kepanduan di Gresik,” ujar Abu Ma’sum (83), aktivis sepuh HW Lamongan kepada Tim Museum PWM Jatim saat berkunjung ke rumahnya, Sabtu (28/12/2019).
”Saya senang ada Museum Muhammadiyah. Sekarang saya serahkan simpanan saya ini untuk koleksi museum agar bisa dilihat banyak orang,” sambungnya.
Abu Ma’sum bercerita, selalu ada koordinasi untuk kegiatan akbar dengan cabang Gresik. Delegasi dari Gresik yang mengirimkan surat undangan itu ke setiap ketua ranting.
Surat undang itu berkop Cabang Hizbul Wathan Gresik IV/3 Gresik. Nomor surat S/Kl. No: 002/A/ND/58).
”Setelah mendapatkan surat setiap ketua ranting memberi informasi kepada anggotanya untuk berangkat bersama ke Gresik pada waktu yang ditentukan,” kata Ma’sum yang tahun itu dia menjabat Ketua Ranting HW Payaman.
Saat menghadiri undangan itu, rombongan ranting naik bus Santosa ke Gresik. ”Tapi kita jalan kaki dulu ke jalan raya Paciran untuk menghadang bus. Jalan kaki hingga satu setengah jam ke jalan raya. Bus hanya dua kali dalam sehari lewat situ. Semua memakai seragam HW lengkap dengan atributnya,” ceritanya mengenang.
Desa Payaman pada tahun 1950-an, sambung dia, masih masuk Kecamatan Paciran, belum dipecah jadi Kecamatan Solokuro. Masyarakat mengenal paham-paham Muhammadiyah dari kegiatan HW. Tapi HW di zaman itu juga dikenal sebagai pandunya Masyumi.
HW menjadi daya tarik tersendiri di kalangan anak muda Paciran. Mereka berbondong-bondong ikut HW karena dalam pelatihannya ada hal baru dan bersifat menyenangkan.
”Pemilu tahun 1955 banyak dari anggota HW yang diundang Masyumi untuk menghadiri rapat-rapat akbar di Desa Blimbing. Rapat tersebut banyak dihadiri oleh tokoh Masyumi dari Surabaya, Jakarta, seperti M. Natsir. Anggota HW diundang sebagai penyemarak acara,” tambah Ma’sum yang masih aktif di Muhammadiyah Payaman ini.
Dia menjelaskan, di tahun itu Lamongan belum didirikan Cabang Hizbul Wathan. Hanya badan koordinasi ranting-ranting. Kegiatannya ikut Cabang HW Gresik dan Bojonegoro. Mulai Kecamatan Paciran ke timur ikut Cabang Gresik. Seperti Ranting Blimbing, Paciran, Payaman, dan Weru. Wilayah di barat Paciran ikut Cabang Bojonegoro.
”Di Paciran sendiri HW menjadi daya tarik dalam perkembangannya. Sebelum HW lekat dengan Muhammadiyah, HW Paciran menjadi anak didiknya Masyumi, karena pada saat itu Muhammadiyah di Paciran secara organisasi belum ada, yang ada adalah Masyumi. Aktivis Masyumi banyak yang berasal dari Muhammadiyah. Ketika tahun 1957 Masyumi bubar, orang-orang kembali kepada Muhammadiyah,” jelasnya. (*)
Penulis Teguh Imami Editor Sugeng Purwanto