PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Menganti yang didirikan 37 tahun silam memang membawa banyak cerita. Sebagai organisasi yang baru di tengah-tengah mayoritas muslim tradisional, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk berdiri. Banyak tantangan, termasuk pada saat deklarasi pendiriannya pada tahun 1985. “Saat itu ada yang mengatakan bahwa deklarasi Muhammadiyah hanya akan dihadiri kodok,” kata Ketua PCM Menganti Charir SE, saat memberi sambutan dalam Musyawarah Cabang (Musycab) ke-7 Muhammadiyah dan Aisyiyah, di halaman Perguruan Menganti, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Ahad (23/7) siang.
(Baca: Muhammadiyah Filipina akan Dirikan Sekolah Tahun 2019)
“Tapi ejean soal kodok itu tidak terbukti. Deklarasi berdirinya PCM Menganti sangat meriah. Di luar dugaan kami. Acara dimeriahkan drumband Al Irsyad Surabaya, Motor Mercy, dan dihadiran banyak orang. Rasanya seperti menghadiri Mukatamar,” kata Charir. Ketua PCM Menganti 2010-2015 ini menceritakan bahwa saat itu banyak bibit-bibit Muhammadiyah yang berserakan. Baik penduduk asli maupun pendatang. “Kadang-kadang mereka dikatakan tidak punya identitas. Makanya akhirnya kita bentuk cabang Muhammadiyah Menganti untuk mewadai mereka dalam sebuah organisasi legal,” ungkap dia.
Sebagai organisasi legal, kata Charir, Muhammadiyah siap bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk menyukseskan pembangunan, khususnya dalam bidang pendidikan dan sosial. “Muhammadiyah bukan organisasi yang menakutkan. Kami siap membantu menyukseskan pembangunan di Menganti,” ujar dia.
(Baca juga: Dirobohkannya Masjid Kami, Sebuah Kisah Nyata Intoleransi Mayoritas pada Minoritas)
Kasubag Keuangan Kecamatan Menganti yang mewakili Camat menyambut tawaran kerjasama yang disampaikan Ketua PCM Menganti tersebut. “Kami juga mengucapkan selamat berMusycab, semoga terpilih pemimpin yang mampu mengayomi anggotanya,” kata dia.
Senada dengan Hariri, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik Nadhif Abu Ali mengatakan bahwa Muhammadiyah bukanlah organisasi yang menakutkan. “Orang Muhammadiyah tidak banyak tapi akalnya banyak,” kata dia. Menurut Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gresik ini, meskipun kuantitasnya kecil tapi pemikiran Muhammadiyah banyak dipakai di berbagai tempat.
(Baca juga: Kisah Terusirnya Tokoh Muhammadiyah Yungyang dari Mushala, tapi Akhirnya Dapat Hadiah Masjid)
Menyinggung soal Musycab, Nadhif mengatakan bahwa tidak harus semuanya dibongkar. “Tapi perlu tambal sulam. Mempertahankan yang lama dengan menambah yang baru.” Nadhif juga memberi pesan pada PCM Menganti agar terus meningkatkan amal usaha. “Ini sudah baik. Sudah ada SD dan beberapa TK. Tapi perlu ditingkatkan. Saya senang dengan semboyan Pondok Modern Gontor, man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan mendapatkan,” kata Nadhif sambil memberi contoh bagaimana SMK Muhammadiyah di Sankapura, Bawean yang akhirnya dapat bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp 2,4 milyar. (Nurfatoni)