Almarhum Chusnul Choliq di mata keluarga dan sahabat terdekatnya: dia sosok suka menasihati, humoris, dan pekerja keras. Wafat karena kanker hati.
PWMU.CO – Kepergian Kepala Kantor PWM Jatim Chusnul Choliq meninggalkan duka mendalam bagi orang-orang yang dekat dengan almarhum.
Chusnul Choliq meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker hati stadium tiga pada usia 48 tahun di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML) pukul 20.40 WIB Sabtu, (1/2/20).
Almarhum akan dimakamkan d Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Sebelumnya dishalatkan di Masjid Al Jihad di desa tersebut. Sebelumnya jenazah dishalatkan di Masjid As Shifa RSML, Sabtu (1/2/2020) malam.
Almarhum yang tercatat sebagai Staf Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim pada tahun 1994 meninggalkan istri Siti Nur Mazidah (39) dan tiga anak yaitu Nadiyatul Husna Shofaroh (19) Mahasiswa Umsida Jurusan Analisis, Ahmad Muwaffiqul Choir (15) kelas II SMP MBS Jombang, dan Anfaul Mujadid (6) siswa TK Aisyiyah Payaman.
Chusnul Choliq keluar masuk Rumah Sakit melakukan pengobatan setelah berjuang selama setahun belakangan diketahui mengidap penyakit kanker hati pada akhir tahun 2018.
Penyakit almarhum kambuh pada tanggal 14 Desember 2019 hingga tercatat 17 hari di Rumah Sakit Siti Khodijah sepanjang hingga terakhir di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan selama 4 hari.
Nadiyatul Husna Shofaroh, anak sulung, mengungkapkan, Chusnul Choliq adalah sosok yang terbaik bagi dia dan adik-adiknya. “Nasihat-nasihat bapak yang kami kenang, ‘Jangan suka mengeluh dengan permasalahan sebesar apapun’,” ujarnya.
Dia menyampaikan, hal yang paling berkesan baginya sewaktu almarhum mengantarkan tes masuk di perguruan tinggi. “Walaupun dengan kondisi yang memprihatinkan serta obat dalam tas kecil selalu dibawa ke mana-mana bapak dengan semangat mengantarkanku sampai empat hari jalanya tes,” ucap Nadiya sambil menyeka air mata.
Nadjib Hamid: Dia Bekerja tanpa Mengenal Waktu
Kenangan tak terlupakan bersama Mas Choliq, ketika lima tahun pertama saya ditugaskan sebagai Kepala Kantor atau Sekretaris Eksekutif PWM Jatim (1996-2000). “Setiap akhir bulan kami selalu mencari utangan untuk biaya operasional kantor,” katanya pada PWMU.CO, Ahad (2/2/2020).
“Jangan bayangkan Kantor PWM waktu itu seperti sekarang. Selain kantornya masih sangat sederhana, kegiatan majelis dan lembaga belum terkoordinasi rapai. Masing-masing jalan sendiri-sendiri,” tambahnya.
Nadjib Hamid menjelaskan, ada majelis yang tak punya staf administrasi sama sekali, tapi ada yang stafnya banyak sekali. Keuangannya juga dikelola sendiri-sendiri. Sehingga terkesan ada majelis basah dan ada majelis kering. Majelis mata air dan majelis air mata.
Waktu itu staf PWM hanya dua orang. Yakni Mas Choliq bagian administrasi umum dan Sholeh bagian kebersihan. “Tapi ada majelis yang punya lebih dari 10 staf. Kesenjangan itu termasuk dalam soal fasilitas lainnya,” terang Wakil Ketua PWM Jatim periode 2015-2020 ini.
Dalam kondisi seperti itulah, sambung Nadjib Hamid, saya bersama dia melakukan pembenahan manajamen perkantoran. Mengintegrasikan sistem kerja kesekretariatan, dan manajemen unsur pembantu pimpinan (UPP), hingga terbentuk seperti yang sekarang.
“Kami kerja tanpa kenal batas waktu. Bahkan dia di kantor selama 24 jam. Baru pulang dua pekan sekali, jika tidak ada kegiatan besar,” ungkapan Nadjib Hamid.
Chusnul Choliq Sosok Humoris
Sementara itu kesan humoris Chusnul Choliq disampaikan Anifatul Asfiyah, Sekretaris Redaksi Majalah Matan. “Belaiu lucu, suka bercanda. Suka nasehati. Senyumnya itu yang kalau ketemu orang selalu ada,” kenangnya.
Selain itu, tambahnya, cerita-ceritanya tentang rumah tangga berkesan. Karena Pak Liq dan saya sama-sama LDM (long distance marriage). Beliau Surabaya-Lamongan, saya Surabaya-Kalimantan.
“Banyak sekali kenangan bersama beliau. Apalagi dulu kalau sering luar kota disopiri Pak Liq. Ada saja ceritany bercandaanya. Gara-gara itu lebih kenal satu persatu orang di Kantor PWM, karena beliau cerita,” kata Anifatul Asfiyah yang dipanggil Chusnul Choliq dengan julukan Cempluk. (*)
Kontributor Faiz Rijal Izzuddin. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post