Tiga bulan sebelum Cak Choliq pergi selamanya, kami sempat bertemu di RS Siti Khodijah. Meski sakit kanker stadium tiga, tapi tawanya masih riang.
PWMU.CO – Cak Choliq, begitu saya biasa memanggil almarhum Chusnul Choliq, Kepala Kantor PWM Jawa Timur ini. Panggilan khas untuk sesama warga Lamongan.
Iya, Cholik masih tetangga desa dengan saya. Dia asal Payaman, saya asal Paciran. Bahasa Lamongan biasa kami pakai kalau kami saling tegur sapa dan ngobrol ke sana ke mari.
Hari itu, Rabu (18/12/2019), usai menghadiri Ujian Terbuka Doktor Rohman Budijanto di Unair, saya bersama Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM, Dr Fauzan, menjenguk Cak Choliq di RS Siti Khodijah, Sepanjang, Taman, Sidoarjo.
Bersama Abah Nadjib Hamid dan Sekretaris Rektor UMM Hariadi, kami masih bisa bercanda di ruang perawatannya. Tampak istri dan ibu almarhum mendampingi dengan setia.
Sejatinya Menko PMK Prof Muhadjir Effendy juga hendak menjenguk Cak Cholid. Namun karena jadwal pesawatnya ke Kaltim yang terlalu mepet, Pak Menko hanya menitip salam dan doa.
“Insyaallah lain kali saya ke sana,” kata Muhadjir Efendy sebelum meninggalkan kampus Unair usai menjadi penguji akademik Rohman Budijanto.
Vonis Tiga Bulan
Di RS Khodijah, Pak Rektor memimpin doa untuk kesembuhan Cak Choliq. Abah Nadjib terus memberi semangat. Kami sempat ngobrol meski tak bisa terlalu lama mengingat sesekali Cak Choliq memegang perutnya yang menegang. Jika sudah begitu, tertawa pun sakit, katanya.
Dari info rumah sakit, kanker hati Cak Choliq sudah stadium tiga dan sudah sulit diatasi. Tidak banyak yang bisa bertahan lama dengan penyakit ini. Paling lama tiga bulan.
Selepas keluar dari RS saya bertanya ke Abah Nadjib, apa Cak Choliq tahu tentang vonis tiga bulan itu?
“Sudah,” jawabnya.
Meleleh hati ini. Membayangkan orang yang sudah tahu usianya akan segera diambil si Empunya, tapi masih bisa tersenyum dan bercanda. Tentu kalau bukan orang yang memang memiliki semangat hidup yang tinggi tidak akan bisa mengalaminya.
Pak Rektor menimpali, hanya keajaiban dari Allah yang akan menolong. Mirip kasus almarhum Pak Wahjoe, Sekretaris Rektor era Prof Muhadjir Effendy dulu. “Semoga keajaiban itu diberikan,” kata rektor yang kami aminkan.
Seperti banyak dikenang orang-orang terdekatnya, Cak Choliq memang ringan tangan. Menjadi tumpuan banyak orang ketika memutuhkan bantuan apapun. Informasi tentang kehadiran VVIP PP Muhammadiyah ke Jawa Timur paling akurat diperoleh dari dia. Sampai urusan jadwal acara, publikasi di PWMU.CO, hingga mengurus KTM. Dialah orangnya.
Benar-Benar Pergi setelah Tiga Bulan
Kemarin saya tanyakan kondisi Cak Choliq ke sahabatnya, Al-Farisi. Driver andalan PWM Jatim itu menjawab kondisi Cak Cholid sedang kurang baik. Sudah sempat dibawa pulang ke Lamongan tetapi kembali drop dan dibawa kembali ke RSM Lamongan. Karena sedang di Malaysia dua pekan terakhir ini, saya pun minta untuk selalu dapat update kabar tentang Cak Choliq. Al-Farisi menyanggupinya.
Tadi malam, kabar duka itu viral di grup-grup percakapan Muhammadiyah. Kami semua berduka. Saya memasang foto kenangan ketika beszuk di RS Khodijah itu di status WA. Foto itu merupakan jepretan Pito Jatmiko, eks aktivis IPM, alumni SMA Muhammadiyah Pucang, yang sekarang bekerja di Samsung Indonesia. Kami bertemu di RS waktu itu. Dia juga menjenguk sahabatnya itu, bersama Pak Tamhid.
Lupa memberi caption pada foto, banyak teman dan mahasiswa yang bertanya, siapa yang sakit? Mereka mengira itu foto pak Jamroji, Dosen Komunikasi UMM yang aktivis LIK dan PWMU.CO.
“Bukan, alhamdulillah pak Jam sehat wal afiat. Itu sahabat saya Cak Choliq yang dijenguk pak rektor tiga bulan lalu. Tadi malam wafat. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Semoga husnul khatimah,” jawab saya.
Tiga bulan sebelum Cak Choliq pergi selamanya, itu kenangan terakhir kami. (*)
Kuala Lumpur, 02.02.2020
Nasrullah, Dosen Komunikasi UMM.
Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post