MI Muhammadiyah 28 Rebut Medali Emas di Silat Spartan

Pesilat MI Muhammadiyah 28 Rizqy Nurfauzan dan Fikri Azfaul Raohman merebut medali emas dalam kompetisi silat Tapak Suci Sparta. (Chalisah/PWMU.CO)
Pesilat MI Muhammadiyah 28 Rizqy Nurfauzan dan Fikri Azfaul Raohman merebut medali emas dalam kompetisi silat Tapak Suci Sparta. (Chalisah/PWMU.CO)

PWMU.CO– MI Muhammadiyah 28 (MIM 28) Surabaya mengantarkan dua pesilatnya juara I dalam ajang Surabaya Tapak Suci Competition (Spartan) di Kaza Plaza Kapas Krampung, Senin-Rabu (10-12/2/2020).

Dua pesilat Tapak Suci itu adalah M. Rizqi Nurfauzan dan Fikri Azfaul Rohman. Kedua siswa kelas 3 ini mendapat medali emas yang turun di kategori  tanding.

Kompetisi silat ini diadakan oleh SMAM-X Genteng Surabaya yang dikuti oleh puluhan sekolah se Jawa Timur dan ratusan pesilat yang berlaga di kelas tanding dan seni.

Dalam ajang ini MI Muhammadiyah 28 mengirimkan enam pesilat. Dua sudah merebut medali emas, dan empat pesilat bertanding lagi Selasa (11/2/2020) ini.

Dua pesilat MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan yang berlaga Senin tampil percaya diri. Bekal latihan pukulan dan tendangan sudah dikuasai. Mereka dibina pelatih Tapak Suci Akbar Alvian Hidayat dan Selamet Eva Roiyanto.  

Laga Silat yang Tangguh

Di arena pertandingan Rizqy mendapatkan lawan laga Ramadani dari SD Muhammadiyah 29 Sukomanunggal. Begitu wasit memberi tanda mulai, dua pesilat saling menjajaki.

Lantas Ramadani memancing dulu dengan tendangan tapi bisa dihindari Rizqy yang kemudian langsung membalas dengan tendangan lurus mengenai badan lawannya.

Sejurus kemudian ganti pukulan berkelebat menyerang yang berhasil saling tangkis. Namun pukulan Rizqy juga sempat menghantam badan lawannya. Kemudian ganti tendangan dan pukulan saling berbalas dari kedua pesilat tangguh ini untuk mendapat point nilai.

Hingga waktu habis. Wasit menggandeng kedua pesilat di tengah arena. Memperhatikan juri lantas wasit mengangkat tangan Rizqy sebagai pemenang juara I.  Ramadani juara II.

Wajah sumringah Rizqy  langsung merekah dengan tawa gembira menghiasinya saat menerima medali emas. Ini pengalaman tanding pertama yang diikuti Rizqy langsung juara I.

Di arena lain kerja keras Fikri Azfaul Rohman juga membuahkan kemenangan juara I. Dia bertanding dengan Iqbal Hanafi pesilat dari MIM 23 Surabaya.

Laga dua pesilat ini juga tak kalah seru. Dua-duanya memperlihatkan tendangan dan pukulan menyerang lawan untuk mencari point. Di suatu saat tendangan Iqbal mengenai rahang Fikri yang tersentak kaget lalu mundur mengatur kestabilannya berdiri.

Pesilat MIM 28 Fikri Azfaul Rohman juara I di kompetisi Spartan.

Wasit memberi isyarat dengan membuka tangannya kepada juri. Fikri lega. Tendangan lawan yang menyasar ke rahang itu tak mendapat point. Ini daerah larangan jadi sasaran. Pertandingan dilanjutkan. Fikri ganti menyerang dengan tendangan mengenai tubuh lawan hingga waktu habis.

Di akhir tanding wasit mengangkat tangan Fikri sebagai pemenang dalam pertandingan ini. Hatinya lega menyumbangkan medali emas untuk madrasahnya.

Tanding Silat Hari Kedua

Selasa 11/2/2020) ini bertanding pesilat MIM 28 lainnya seperti Muhammad Hamzah melawan Moreno Septian dari SDM 6 Surabaya. Muhammad Ikhsan bertanding dengan Zidny Ilham Rusyadi dari SDM 18 Surabaya. Keduanya turun di kategori B untuk kelas 4. Untuk kategori ini ada babak penyisihan dan final.

Pertandingan lain kategori A Dzikri Nabih berlaga dengan Akbar Izzil Haq dari SDM Driyorejo. Lalu Aden R. Wijaya melawan Bayhaqy al-Hasan dari SDM 8 Surabaya. Mereka kelas 3.

Kepala MIM 28 Lili Sudarwiningsih SPd bangga dengan para pesilatnya yang tekun, gesit, dan tangguh dalam bertanding. ”Meskipun ini pengalaman pertama tapi sudah berani melawan grogi,” ujarnya.

Dia menjelaskan, ekskul Tapak Suci berlatih setiap Jumat. ”Menjelang kompetisi ini porsi latihan ditambah Kamis dan Sabtu untuk mematangkan gerakan dan jurus tendangan serta pukulan,” tuturnya. Dia berharap prestasi ini terus diraih oleh semua muridnya.

Lili memberi masukan kepada panitia agar merencanakan dengan baik acara ini. Jumlah peserta yang banyak harus diperhitungkan dengan tempat bertanding. ”Peserta menunggu waktu berjam-jam sejak siang ternyata giliran tanding malam,” katanya.

Sementara pesilatnya hari itu ada yang batal tanding karena waktunya sudah terlalu malam. Plaza tutup pukul 22.00. ”Akhirnya peserta pulang kecapaian karena menunggu. Esoknya diminta datang lagi untuk bertanding. Ini kan tidak efektif. Peserta dari luar kota makin susah,” tuturnya.  (*)

Penulis Chalisah  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version