
PWMU.CO – Sejarah mencatat bahwa semasa 63 tahun kehidupannya, Nabi Muhammad ternyata hanya sakit tiga kali, yaitu saat pertama kali menerima wahyu, saat diracun wanita Yahudi, dan menjelang meninggal dunia. Salah satu rahasia kesehatan Rasulullah adalah sikapnya yang pemaaf.
Dalam sebuah penelitian di Universitas California Amerika Serikat terbukti bahwa orang-orang yang diminta memaafkan atas kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan dirinya, ternyata memiliki usia yang lebih panjang. Karena daya tahan tubuhnya meningkat.
(Baca: Belajar 4 Makna Hidup dari Filsafat Ketupat dan Tujuh Penyakit Ini Bisa Disembuhkan dengan Puasa)
“Hal itu terjadi karena saat orang ikhlas memberi maaf, tubuhnya mengeluarkan hormon serotonine, yang masuk dalam aliran darah. Serotonin yang dikenal sebagai ‘hormon kebahagiaan’ ini akan membuat sel darah putih (leukosit) dalam posisi optimal. Dan dengan leukosit yang optimal, penyakit apapun akan gampang ditolak. Ini yang menyebakan harapan hidup pemaaf lebih panjang,” kata dr Tjatur Prijambodo MKes di hadapan ratusan jamaah Pengajian Ahad Pagi di Masjid Attaqwa WSI, Menganti, Gresik, Ahad (7/8).
Jadi, memaafkan itu, kata Tjatur, akan menyehatkan. Sebaliknya dengan orang-orang yang tidak mau memaafkan, seperti para pendendam, maka hidupnya akan capek. “Orang-orang pemaaf dan orang-orang yang bersilaturahmi akan memiliki daya hidup 3-5 tahun lebih panjang. Maka jika ingin umur panjang dan barakah, jadilah pemaaf.”
Lebih jauh Tjatur menjelaskan bahwa orang yang pemaaf itu bebas dari penyakit buyuten (parkinson). Mengapa demikian, karena orang-orang pemaaf dan yang sering silaturahmi itu akan mengeluarkan hormon dopamin. “Maka jika tidak mau buyuten datangi acara-acara seperti ini.”
(Baca juga: Banyak Mitos di Seputar Menstruasi dan Penjelasan Medis tentang 9 Manfaat Puasa untuk Kesehatan)
Selain dua hormon di atas, orang yang pemaaf dan suka silaturahmi juga akan mengeluarkan hormon endorfin, yaitu hormon yang mampu menghilangkan rasa nyeri. Seperti pada saat anak dikhitan, maka jika obat bius habis mestinya ada rasa sakit. “Tapi karena anak-anak tersebut didatangi temannya, bisa ngobrol-ngobrol, maka rasa nyeri itu hilang. Kalau temannya pulang, maka ia merasa sakit lagi. Ini bukan karena lupa, tapi karena saat melakukan silaturahmi itu akan mengeluarkan hormon endorfin,” jelas Tjatur.
Ketua Divisi Penelitian dan Kesehatan Masyarakat Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jatim ini menegaskan bahwa saat melakukan silaturahmi atau memberi maaf, secara tak sadar tubuh manusia akan mengeluarkan tiga hormon yaitu serotonin, dopamin, dan endorfin. “Ketiga hormon itu akan membuat kesehatan seseorang lebih baik.” (MN)
Discussion about this post