IPTN Ditutup Itu Contoh Politik Sesaat

IPTN ditutup contoh politik sesaat. Padahal politik iu untuk kepentingan bangsa. Politik itu untuk memikirkan masa depan bangsa. Bukan untuk kepentingan sesaat atau kepentingan kelompoknya.
M Saad Ibrahim, tengah, di forum Silaturahim Jipolmu PDM Lamongan (Sugiran/PWMU.CO)

PWMU.CO – IPTN ditutup itu contoh politik sesaat. Padahal politik iu untuk kepentingan bangsa. Politik itu untuk memikirkan masa depan bangsa. Bukan untuk kepentingan sesaat atau kepentingan kelompoknya.

Demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim saat menjadi pemateri pada Silaturahim Jipolmu (jihad politik Muhammadiyah) PDM Lamongan.

Kegiatan silaturahim ini dilaksanakan di Hall Lantai 3 Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA), Lamongan, Ahad (15/3/2020).

Kegiatan ini diikuti utusan Jipolmu Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jatim dan utusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-PDM Lamongan.

Ketika mengawali materinya, Saad Ibrahim menyebut Anggota DPR RI Prof Zainudin Maliki sebagai ‘Wakil Ketua PWM Jatim’. “Kalau saya sebut Prof Zainudin Maliki anggota DPR RI, maka saya yang kalah kelas,” ujarnya disambut tawa hadirin.

Kerugian Politik Kepentingan Sesaat

Saad Ibrahim kemudian berkisah bahwa dirinya baru saja dari Bandung dan bertemu banyak Ketua PWM. Salah satunya Wakil Ketua PWM Jabar Suhada.

“Pak Suhada itu pernah bekerja selama 17 tahun di Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). Saya sampaikan saya dari Surabaya ke Bandung naik Wings Air. Andai proyek Pak Habibie jalan terus mungkin saya tidak naik Wings karena bukan buatan Indonesia,” kisahnya.

Dulu dunia sudah gempar dan Indonesia diperhitungkan oleh banyak negara, termasuk perusahaan pesawat Boeing. “Tetapi karena kemauan atau politik maka IPTN ditutup. Kalau ingin memulai lagi maka perlu waktu yang panjang,” ujarnya.

Saad Ibrahim bertanya lagi kepada Suhada. Masih adakah orang-orang seumur Pak Suhada yang bekerja di IPTN. Bisakah menghimpun orang-orang dulu itu kemudian kita bawa ke Jatim.

“Akan saya berikan panggung untuk mereka semua. Ini merupakan bagian dari olok-olok politik yang tidak paham kemajuan bangsa di masa depan,” ungkapnya.

Menurut Saad Ibrahim kalau bangsa ini produksinya pesawat terbang maka keuntungannya berlipat ganda. Sebenarnya saat itu banyak pesawat produksi IPTN yang dipesan oleh Timur Tengah.

“Politik dipikir hanya untuk kepentingan sesaat. Tidak jauh berpikir ke masa depan. Maka perlu dalam konteks ini proyeksi lebih besar,” tegasnya.

Potensi Kemenangan

Boleh saja jipolmu, lanjutnya, mengarah ke pemilihan gubernur, bupati, DPR, DPD, dan yang lainnya. “Tetapi yang lebih penting apa yang mau dilakukan setelah terpilih untuk membangun bangsa ini,” pesannya.

Jipolmu telah dimulai, jangan pernah berhenti atau dijegal. Sudah saatnya kita berbicara di kancah internasional. Kita punya Prof Achmad Jainuri lulusan Kanada dan Prof Syafiq A Mughni lulusan Amerika.

Kenapa kita bisa berbahasa Inggris dengan lancar ketika lama di luar negeri. Itu karena kita punya potensi. “Anda juga punya potensi ngantuk dan potensi itu dikeluarkan sekarang,” candanya yang kembali disambut tawa hadirin.

Olahraga merupakan pengeluaran potensi agresivitas manusia. “Melihat lawan main sebagai musuh. To kill atau be kill. Jadi gakpapa sliding atau nyaduk yang penting tidak dapat kartu merah. Tapi kita kan tidak boleh seperti itu,” sergahnya.

Kadang muncul pikiran, sambungnya, daripada yang membeli suara itu orang-orang jahat, lebih baik kita yang membeli suara.

“Padahal sebenarnya kita mempunyai potensi menang tanpa membeli suara. Seharusnya melangkah yang ideal. Lanjutkan terus Jipolmu,” tuturnya.

IPTN ditutup itu contoh politik sesaat. Jangan lagi terulang! (*)

Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version