Semua Nabi Itu Radikal dan Ekstrem

Ilustrasi Semua nabi itu radikal.
Ilustrasi Semua nabi itu radikal.

Semua Nabi Itu Radikal dan Ekstrem tulisan opini oleh Sugeng Purwanto mengulas misi kenabian mengubah masyarakat secara radikal.

PWMU.CO-Jika Anda dituduh radikal dan ekstrem, jangan gusar. Sebab semua nabi itu radikal dan ekstrem. Jadi ketika ada penceramah yang menyampaikan ayat laqod kana lakum fii rasulillahi usawatun hasanah, beritahukan kepadanya bahwa dia sedang menyampaikan keradikalan dan ekstremitas.

Selama ini para penceramah memahami uswatun hasanah pada diri rasul hanya secuplik sisi kelembutan, kedermawanan, toleransi atau kepemimpinannya. Hanya topik itu yang sering disampaikan penceramah meniru keteladanan nabi. Tetapi keradikalan dan keekstreman para rasul jarang diungkap. Padahal dua sikap itu yang mengubah dunia bejat dan korup menjadi baik.

Dua sikap nabi-nabi itu jarang diungkap dan disampaikan karena berbahaya. Sebab bisa mengancam kemapanan masyarakat dan mengganggu stabilitas kekuasaan.

Contoh, cermati keradikalan dan ekstremitas Nabi Ibrahim. Dia lahir di kota Ur, Babilonia, negeri Irak sekarang. Hidup dalam masyarakat musyrik penyembah berhala. Bahkan bapaknya, Azar, profesinya pemahat patung dewa.

Tetapi lingkungan tidak membuat  pikiran dan perilaku Nabi  Ibrahim  larut dalam budaya kafir. Malah dia tumbuh menjadi  pemuda yang kritis. Berani mengingatkan penguasa dan masyarakat tentang paham dan praktik peribadatan sesat (2:258). Cermati pikiran radikal dan ekstrem Ibrahim ketika masih berusia muda.

Ibrahim mempertanyakan,  kenapa matahari, bulan, dan bintang disembah manusia dan dianggap tuhan (6:76-78). Lebih aneh lagi patung-patung buatan bapaknya malah diberi sesaji dan dipuja-puji dipercaya membawa rezeki dan kedamaian (21: 51-55).

Gerakan Radikal Nabi Ibrahim

Ketika dakwah lisan tidak mampu memberikan kesadaran dan perubahan masyarakat maka  Ibrahim membuat gerakan mengejutkan. Dia hancurkan patung-patung berhala itu.  Tak pelak dia pun menjadi tertuduh sebagai teroris (21:57-61).

Bayangkan, Ibrahim muda menghancurkan sesembahan yang dianggap penting bagi masyarakat. Dia pun menyangkal tuduhan.

Dengan jenaka, dia membuat alibi dengan menyisakan satu patung besar sebagai saksi. Ketika penguasa menuduh maka dia menjawab, tanya saja ke patung besar yang menjadi saksi itu siapa yang merusak berhala kalian.

Anehnya meskipun argumentasi Ibrahim itu logis malah dinilai mustahil. Penguasa dan masyarakat ternyata tahu dan sadar tidak mungkin patung batu bisa menjadi saksi.  Sudah mengerti, anehnya malah disembah. Inilah kerusakan moral dan logika.

Lebih aneh lagi Ibrahim tetap dipersalahkan merusak tatanan negara. Dia sudah memberontak kepada penguasa Namrud. Dia telah bertindak  subversif (21:62:67).

Penguasa menjatuhkan vonis mati kepadanya. Mati dengan dibakar.  Namun Allah membebaskan dari panasnya kobaran api (21:68-71). Tetapi akhirnya masyarakat melihat Ibrahim kebal dengan api. Di mata masyarakat Ibrahim menjadi sakti.  

Bayangkan, bagaimana kagetnya penguasa dan masyarakat zaman itu menyaksikan api besar tidak menghancurkan tubuh seorang pemberontak. Kemudian Ibrahim meloloskan diri. Lantas dia hidup menjadi pelarian. Buron.

Keradikalan Nabi Musa dan Isa

Nabi Musa itu juga radikal. Sejak bayi dia hidup di istana. Ketika remaja baru muncul kesadaran identitas bahwa dia anak orang Yahudi. Orang-orang istana yang tak suka dengannya suka mengejek dia anak pungut yang dibuang orang Yahudi di sungai Nil.

Musa berontak ketika melihat bangsa Yahudi ditindas di Mesir. Dia berpihak kepada rakyat Yahudi. Akibatnya jadi buron ketika membunuh seorang Mesir. Ketika kembali lagi ke Mesir, dia menyerukan pertaubatan kepada Firaun. Sikapnya ini dianggap penghinaan dan pemberontakan. Apalagi dia memengaruhi rakyat Yahudi memberontak dan menyingkir dari Mesir. Akhir cerita Firauan tenggelam dalam laut akibat keserakahan dalam menjalankan kekuasaan.

Nabi Isa yang digambarkan penuh cinta kasih itu pun dituduh pemberontak oleh rabbi Yahudi. Dia dianggap mengganggu kemapanan hidup para pendeta. Mereka membuat fitnah Isa berambisi ingin menjadi raja Israel dan melawan penguasa Rumawi. Rakyat telah dipengaruhi dengan khotbah propangandanya.

Akibat laporan rabbi Yahudi itu, Isa dikejar-kejar hingga digerebek tentara Rumawi di Taman Getsemani saat makan malam bersama muridnya. Tentara yang tak kenal Isa, main asal tangkap saja. Sementara Isa lari dan bersembunyi.

Keradikalan Nabi Muhammad lebih ekstrem lagi. Hidup mapan ditinggalkan setelah menjadi nabi. Menyiarkan kebenaran malah dituduh tukang hoax, pemecah belah umat, dan menghina agama nenek moyang.

Orang Quraisy makin memusuhi ketika banyak orang mau menjadi pengikutnya. Akhirnya gerakan Islam ini ditindas karena mengancam kemapanan penguasa Mekkah. Nabi Muhammad dan kaum muslim hijrah ke Madinah setelah warga kota itu berani menjamin keselamatannya.

Terjadilah perang di antara dua kekuatan ini. Pada akhirnya pasukan Nabi mampu mengalahkan kekuatan Quraisy Mekkah. Negara Madinah makin meluaskan wilayah dan pengaruhnya ke ke penjuru dunia. (*)

Penulis/Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version