• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Senin, Maret 8, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Pagebluk Covid-19 dan Ustadz Jarkoni

Sabtu 28 Maret 2020 | 07:04
in Kolom
3.1k
SHARES
9.8k
VIEWS
Pagebluk Covid-19 dan Ustadz Jarkoni ditulis oleh watawan senior Dhimam Abror Djuraid. Kritik untuk para agamawan. Kritk untuk kita.
Dhimam Abroro Djuraid (Foto deliknews.com)

Pagebluk Covid-19 dan Ustadz Jarkoni ditulis oleh watawan senior Dhimam Abror Djuraid. Kritik untuk para agamawan. Kritk untuk kita.

PWMU.CO – Jesus He Knows Me. Itu judul lagu lama di awal 1990-an dari grup band Genesis, Phill Collin dan kawan-kawan. Lagu itu bercerita bagaimana agama formal telah dimanipulasi dan dijual murah untuk kepentingan pribadi pemukanya.

Yang disindir adalah pemuka Kristen di Amerika yang mengaku kenal dekat dengan Tuhan, “Jesus, He Knows Me, and he knows I’m right”. Tiap Ahad muncul di teve memberi khutbah dengan pemirsa jutaan orang. Dia jadi kaya raya, sampai akhirnya stasiun teve itu dibeli oleh sang pendeta.

Ustadz Jarkoni

Seperti halnya di Indonesia, para pemuka agama yang super-ngetop di media itu tidak selalu menjalankan apa yang dikhutbahkannya, malah lebih sering bertentangan apa yang diucap dengan apa yang diperbuat.

Di Surabaya pemuka agama seperti ini dijuluki sebagai Ustadz Jarkoni, iso ujar ora iso nglakoni, bisa ngomong tapi tidak bisa menjalani. “Do what I say, don’t do what I do,” bunyi syair Phil Collin.

Umat harus manut apa katanya, tapi dia sendiri tidak benar-benar tahu apa yang dibicarkannya.

Itulah realitas sosial yang terjadi di negeri kita sekarang, ketika banyak pemuka agama Islam berbicara banyak hal mengenai pagebluk Covid-19 ini. Banyak yang mengaku kenal dekat dengan Tuhan, Jesus He knows me dalam versi yang berbeda.

Salah satu kenyataan yang paling nggegirisi di tengah ancaman pagebluk ini adalah bahwa puncak penyebarannya diperkirakan akan terjadi pada masa Ramadhan dan Idul Fitri akhir Mei nanti.

Berita yang dilansir The Dailymail, salah satu media terkemuka Inggris (26/3) mengkhawatirkan angka penularan di Indonesia akan mencapai 137 juta, separoh dari populasi kita, kalau tidak segera diambil tindakan lockdown total. Episentrum penyebaran wabah ini dikhawatirkan akan bergeser dari China, ke Italia, Amerika, Indonesia.

Ramadhan di Tengah Pagebluk

Ini tentu menjadi perdebatan yang panjang dan bertele-tele. Tetapi, prediksi bahwa pandemik ini akan menggila pada Ramadhan dan Idul Fitri memantik pertanyaan sensitif. Apakah orang Islam, mayoritas di negeri, ini akan menjadi bagian dari problem besar penyebaran pagebluk ini, atau sebaliknya: Islam menjadi bagian dari solusi integral penyelesaian wabah ini.

Pertanyaan ini bisa dijawab secara hipotetikal. Kalau Muslim adalah mayoritas di negeri ini maka penyelesaian wabah ini akan sangat bergantung kepada umat Islam sendiri. Bola ada di tangan umat Islam Indonesia, it’s now or never, sekarang atau tidak selamanya.

Baca Juga:  The New Wuhan

Lockdown memang sebuah pilihan yang amat sulit, karena implikasi sosial, politik, dan ekonominya sangat masif. Tapi, lockdown sosial dengan menerapkan social distancing yang ketat dan disiplin tinggi, jauh lebih mudah diterapkan. Dan kuncinya ada di tangan umat Islam.

Kuncinya terasa sangat sederhana, tetapi praktik di lapangan akan sangat rumit. Islam adalah agama yang sangat menekankan pentingnya kerekatan sosial sebagai mekanisme memperkuat ukhuwah, persaudaraan.

Mobilisasi sosial yang paling efektif adalah shalat berjamaah di masjid. Ada juga mobilisasi sosial dengan berbagai macam ritual seperti tahlil, yasinan, majlis taklim, dan beberapa aktivitas sosial lainnya termasuk silaturrahim kepada orang tua, sahabat, dan andai-tolan saat Idul Fitri.

Rezim Warkop

Mekanisme sosial yang selama ini menjadi kekuatan komunitas Islam itu sekarang berpotensi menjadi sumber penyebaran virus yang paling potensial. Karena semua aktivitas itu melibatkan orang dalam jumlah besar dengan interaksi yang yang sangat akrab melalui salaman, rangkulan, dan cipika-cipiki.

Mekanisme inilah yang sekarang harus diputus secara brutal kalau matarantai penyebaran virus ini hendak dihentikan.

Pemerintah masih maju mundur untuk menerapkan kebijakan itu. Total lockdown takut, social lockdown maju mundur. Rezim ini memang rezim Warkop, maju kena mundur kena. Sudah ada keputusan, tapi implementasinya maju mundur.

Sudah ada keputusan stay at home tapi tidak berani melarang orang ke masjid dan tidak berani melarang Jumatan. Bahkan di masjid yang dibiayai negara, seperti Masjid Al Akbar Surabaya, Gubernur Jawa Timur dan Walikota Surabaya tidak berani tegas melarang, padahal masjid itu dibiayai negara.

Jadinya, percuma Gubernur bicara berbusa-busa. Walikota membual soal penyelesian ala Korea dan berteriak-teriak keluar masuk kampung dan desa. Tapi terhadap persoalan yang bisa diselesaikan melalui otoritasnya, dua orang itu pura-pura tutup mata, karena pakewuh kepada pemuka agama.

Inilah contoh pemuka agama yang oleh Phil Collin disebut mengaku lebih kenal dekat dengan Tuhan, lalu secara meyakinkan mengatakan kepada pengikutnya supaya percaya mentah-mentah kepadanya, “You don’t need to believe in the day after, just believe in me.”

Religius, antara Amerika dan Indonesia

Dalam soal agama, Amerika dan Indonesia punya beberapa hal yang sama. Banyak yang mengira orang Amerika itu sekular dan tak mengenal Tuhan. Padahal kondisi sesungguhnya berbalik 180 derajat. Statistik menunjukkan bahwa orang Amerika termasuk yang paling religius di dunia. Jauh lebih religius dibanding masyarakat Eropa Barat dan Jepang.

Baca Juga:  Khofifah Vs Risma di Tengah Wabah

Bangsa Indonesia, tentu saja, bangsa yang sangat religius. Tidak ada pertanyaan mengenai itu. Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Mahaesa. Islam menjadi agama mayoritas. Dengan lebih dari 87 persen Muslim dari total 270 juta penduduk, maka jumlah Muslim di Indonesia adalah 240 juta.

Satu di antara tiga orang Amerika mengaku religius, dan separoh dari mereka yakin Alkitab adalah firman Tuhan, dan Isa adalah Tuhan.

Tapi, jangan keliru juga. orang Amerika sekaligus termasuk yang paling materialistis, paling kemaruk harta, di dunia ini.

Kok bisa? Bagaimana ceritanya bisa ada sebuah bangsa yang sekaligus religius tapi kemaruk harta, sangat bernafsu menjadi kaya raya memenuhi mimpi Amerika?

Tak usah repot-repot menjawabnya. Coba lihat lembaran duit dolar Amerika. Di situ tertulis “In God We Trust”. Anda boleh beriman kepada Tuhan, tapi, pada saat yang sama Anda boleh menjadi tajir melintir. Orang Amerika cuek saja mengenai hal itu.

Mayoritas orang Kristen Amerika mengaku sebagai terlahir kembali, atau sejenis fenomena hijrah di Indonesia. Mayoritas mereka percaya bahwa Isa akan bangkit dan turun kembali ke bumi. Perdefinisi ini disebut sebagai fundamentalisme.

Donald Trump

Kelompok fundamentalis ini umumnya pendukung partai Republik. Mereka konservatif dalam beragama, anti-gay dan lesbian, dan menolak pengguguran kandungan atau sering disebut sebagai pro-life.

Itu adalah ciri fundamental mereka. Sangat percaya kepada nilai-nilai keluarga dan menjaga keutuhan keluarga. Kalau mau lebih bingung lagi lihatlah Donald Trump, presiden dari Partai Republik yang selalu dengan pede berbicara mengenai nilai-nilai keluarga, padahal pada saat yang sama dia kawin cerai. Pemilihnya dari kalangan Kristen konservatif tidak peduli mengenai hal itu.

Orang-orang Kristen fundamentalis membuat Koalisi Kristen yang sangat kuat dan berpengaruh dipimpin oleh Pendeta Pat Robertson yang berpengaruh sekaligus kaya-raya. Dialah yang disindir Phil Collin sebagai orang yang kenal dekat dengan Yesus.

Pemahaman Formal Agamawan

Di Indonesia sama saja. Agama ada di urutan pertama sebagai dasar negara, tapi tak lebih dari formalitas belaka.

Di Indonesia bukan hanya satu Pat Robertson, puluhan malah ratusan atau mungkin ribuan Pat Robertson. Semua mengaku kenal dekat dengan Tuhan. Mereka adalah pemuka agama yang konservatif, yang tidak peduli pada kepentingan kemanusiaan yang lebih besar. Mereka hanya peduli kepada kepentingannya yang sempit dan jangka pendek.

Agama yang hanya dipahami sebagai agama formal saja, dengan fokus pada ibadah mahdhah, shalat, zakat, puasa, akan sulit menjadi kekuatan sosial untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan yang aktual.

Agama yang dipahami seperti ini tidak bisa menjadi civil religion, yang juga fokus pada ibadah ghairu mahdhah, ibadah sosial, yang tidak kalah pentingnya dibanding ibadah mahdhah.

Dalam sebuah kesempatan Rasulullah mengatakan seorang Muslim yang membantu kesulitan saudaranya, lebih baik ketimbang Muslim yang shalat seribu rakaat.

Baca Juga:  Pilkada Sabung Nyawa

Pada situasi tertentu kewajiban sosial bisa bernilai seribu kali lebih baik dibanding kewajiban personal kepada Tuhan. Inilah yang dirisaukan oleh Almarhum Cak Nur, kita sibuk dengan agama formal, partai Islam formal, tapi isinya kosong.

Ini bukan perdebatan soal sekularisme atau liberalisme, tapi soal persoalan praktis yang harus kita selesaikan melalui tindakan nyata. Jauh hari Cak Nur mengkhawatirkan Islam akan disalahkan kalau bangsa ini mengalami kemunduran.

Buktikan Islam Solusi

Sekarang ini saja sudah ada tudingan bahwa halaqah besar di Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu menjadi ajang penularan pagebluk ini di Asia Tenggara.

Di sisi lain, agama Kristen yang dipeluk mayoritas orang Amerika dan Eropa dianggap berjasa menumbuhkan Etika Protestan yang menjadi pondasi kapitalisme-liberalisme, yang terbukti bisa membawa kemajuan dan kejayaan masyarakat.

Shintoisme bisa membawa kemajuan dan kesejahteraan untuk Jepang, demikian pula Taoisme yang membawa kemajuan dan kesejahteraan di Korea, serta Konfusianisme yang membawa kehebatan China dan Singapura.

Apa yang diberikan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia? Selama kita masih berkutat pada ibadah mahdhah, dan gagal fokus pada ibadah ghairu mahdhah.Mmaka Islam akan dianggap gagal menyelesaikan persoalan kebangsaan dan kemanusiaan.

Dalam kasus penghentian pagebluk Covid-19 ini rasanya sangat sederhana apa yang bisa ditawarkan oleh Islam. Sejenak berhentilah fokus pada ibadah mahdhah, mari bergeser fokus kepada ibadah ghairu mahdhah. Hentikan jamaah di masjid, hentikan jumatan untuk sementara waktu, hentikan mudik waktu lebaran.

Sekaranglah saatnya Islam dicatat dalam tinta emas sebagai kekuatan sosial penting dalam menghentikan matarantai penyebaran wabah mengerikan ini. Jika episentrum pagebluk ini bisa dihentikan di Indonesia maka penyakit ini akan bisa diselesaikan. Indonesia dan umat Islam akan tercatat dalam tinta emas sejarah.

Saya, hanya sekadar bisa bicara, tapi tidak bisa berbuat banyak. Mungkin saya termasuk kelompok Ustad Jarkoni juga. Atau termasuk yang disindir Phil Collin, Do what I say, don’t do what I do. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Dhimam Abror DjuraidJesus He Knows MeUstadz Jarkoni
Share1257Tweet786SendShare

Related Posts

Pak Nuh dan Langgar Wakaf
Kolom

Pak Nuh dan Langgar Wakaf

Sabtu 30 Januari 2021 | 11:15
2k
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Madam Bansos, Anak Pak Lurah, dan Monyet Koruptor

Minggu 24 Januari 2021 | 15:13
2.6k
Pigai, Say No to Racism
Kolom

Pigai, Say No to Racism

Sabtu 9 Januari 2021 | 16:54
31k
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Manusia-Manusia Telanjang

Sabtu 2 Januari 2021 | 12:42
542
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Skenario Kilometer 24

Senin 28 Desember 2020 | 15:43
752
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Resafel Salah Nama

Rabu 23 Desember 2020 | 05:32
5.3k

Discussion about this post

Berita Terbaru

BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

Senin 8 Maret 2021 | 16:16
Versi Supersemar

Naskah Supersemar ternyata Ada Empat

Senin 8 Maret 2021 | 15:12
Aisyiyah dan Umsida Evaluasi Program Pendampingan Panti

Aisyiyah dan Umsida Evaluasi Program Pendampingan Panti

Senin 8 Maret 2021 | 14:56
New Normal dan Roller Coaster Berhantu, kolom inspiratif ditulis oleh Anwar Hudijono, independent columnist.

Moeldoko di Antara Pandemi Politik

Senin 8 Maret 2021 | 14:35
Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Senin 8 Maret 2021 | 13:29
Perjalanan Lima Hari Sudex Musasi-Mulan

Perjalanan Lima Hari Sudex Musasi-Mulan

Senin 8 Maret 2021 | 11:24
Saat Dewan Sughli Sidoarjo Merawat Pusdiklat HW

Saat Dewan Sughli Sidoarjo Merawat Pusdiklat HW

Senin 8 Maret 2021 | 10:20
Cerita Pak AR Tinggal di Kontrakan yang Dihuni Jin ini mencuplik buku Biografi Pak AR karya Sukriyanto AR—anak Pak AR. Yang menerbitkannya Penerbit Suara Muhammadiyah, Mei 2017.

Kisah Pak AR Nyaris Makmum pada Orang Gila

Senin 8 Maret 2021 | 09:30
Cerita Lazismu Jatim Dapat Wakaf Ganda: Vario dan Xenia

Cerita Lazismu Jatim Dapat Wakaf Ganda: Vario dan Xenia

Senin 8 Maret 2021 | 08:19
Sesat pikir produk asing

Sesat Pikir Benci Produk Asing

Senin 8 Maret 2021 | 07:16

Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin
Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Senin 8 Maret 2021 | 13:29
255

Moh. Hilman Sueb: Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin, penulis Moh. Hilman...

Read more
Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Jumat 5 Maret 2021 | 21:37
150
Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Rabu 3 Maret 2021 | 08:17
150
Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Selasa 2 Maret 2021 | 05:56
351
Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Senin 1 Maret 2021 | 20:21
183

Berita Terpopuler

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    320699 shares
    Share 128280 Tweet 80175
  • Emil Dardak: Budidaya Porang Sangat Menjanjikan

    18113 shares
    Share 7245 Tweet 4528
  • Arloji KW Moeldoko dan KLB Original

    3508 shares
    Share 1403 Tweet 877
  • Teladan Buruk sang Jenderal Pensiunan

    14137 shares
    Share 5655 Tweet 3534
  • Dakwah Digital Tak Sekadar tentang Konten

    78724 shares
    Share 31490 Tweet 19681
  • Kisah Peluru Menembus Kopiah Ki Bagus Hadikusumo

    448 shares
    Share 179 Tweet 112
  • Din Syamsuddin: KLB Deli Serdang Rusak Tatanan Demokrasi

    386 shares
    Share 154 Tweet 97
  • Jamu Tolak Virus Corona ala Berlian School

    2022 shares
    Share 809 Tweet 506
  • Demokrasi Kambing dan Bebek

    552 shares
    Share 221 Tweet 138
  • Muhammadiyah Kembali Luruskan Kiblat Pendidikan Nasional

    1452 shares
    Share 581 Tweet 363
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In