• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Selasa, April 20, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Menggugat Keaslian Indonesia

Rabu 8 April 2020 | 06:22
in Kolom
289
SHARES
902
VIEWS
Menggugat keaslian Indonesia.
Menggugat keaslian Indonesia.

Menggugat Keaslian Indonesia artikel opini tulisan Sugeng Purwanto, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jawa Timur.

PWMU.CO-Para buzzer di medsos memakai kata kadal gurun atau kadrun sebagai ekspresi kebencian terhadap orang Islam dan Arab.

Dulu puisi Sukmawati yang mempertentangkan konde dengan cadar, kidung ibu dengan adzan seperti memosisikan antara Islam dengan keindonesiaan saling berlawanan. Ungkapan itu menurut mereka seolah-olah Islam itu bukan Indonesia.

Mempertentangkan Islam dengan keindonesiaan bukan barang baru di sini. Isu itu sering dilontarkan oleh orang yang sok nasionalis. Orang yang selalu merasa paling Indonesia. Orang yang mengaku mempunyai jati diri asli dan terganggu dengan Islam yang dianggap impor dari Arab. Kita perlu menggugat keaslian Indonesia agar paham jati diri.

Sebenarnya seperti apakah jati diri keindonesiaan itu? Dari segi nama, Indonesia itu bukan kata asli yang digali dari adat budaya suku-suku yang bersatu di bawahnya. Juga bukan dari hasil perasan intisari pikiran dan hati sanubari rakyatnya.

Kata Indonesia itu adalah kata asing. Sebutan yang diberikan oleh etnolog Inggris. Penamaan yang sebenarnya salah kaprah karena sempitnya pengetahuan orang Eropa terhadap peta bumi.

Secara harfiah Indonesia berarti kepulauan India. Di abad pertengahan itu, orang Eropa hanya mengenal India untuk dunia di belahan timur. Karena itu semua pulau di timur disebut India, negeri penghasil rempah-rempah. 

Sama salah kaprahnya dengan sebutan bangsa Indian oleh Christofer Columbus untuk penduduk asli Amerika karena dikira menemukan tanah India.

Baca Juga:  Proklamasi Kemerdekaan, Tiang Bambu dan Mikrofon Pinjaman

Masih pintar orang Arab yang sudah paham peta bumi dengan menyebut kepulauan nusantara sebagai Jawi. Pelaut Arab yang berkelana terus ke timur menemukan kerajaan-kerajaan di Ternate, Tidore, Palawan, Seram, Banda, sehingga menjuluki sebagai kawasan Jumhur Muluk seperti tertulis dalam buku perjalanan Ibnu Batutah. Artinya, kumpulan kerajaan-kerajaan. Dari kata itulah akhirnya memunculkan sebutan Maluku sekarang ini.

Orang India menamakan satu pulau nusantara ini Jawadwipa, pulau penghasil jawawut, beras. Orang Cina menyebut Holing atau juga Nan Yang, yang berarti pulau selatan. Orang Baratlah yang membuat topografi sesat tentang penamaan pulau di wilayah ini.

Budaya Kebarat-baratan

Nama Indonesia kemudian diadopsi oleh pelajar Indonesia yang belajar di Eropa semasa kolonial untuk memberi identitas bangsa di kepulauan ini. Nama yang sebenarnya tidak memiliki nilai akar budaya, tradisi, dan religi bangsanya.

Kata Indonesia awalnya adalah ciptaan etnolog Inggris, George Samuel Windsor Earl, yang termuat artikel dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia tahun 1850.

Artikel berjudul On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations  dikenalkan sebutan bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu agar memiliki sebutan khas.

Orang Belanda ketika menguasai kepulauan itu menamakan sebagai Indische Nederland (Hindia Belanda). Kumpulan pedagang Belanda menamakan Oost Indische (Hindia Timur) seperti singkatan VOC, Vereeniging Oost Indische Compagnie artinya Kumpulan Dagang Hindia Timur.

Baca Juga:  Pakar Ayat Semesta Dikukuhkan Jadi Guru Besar ITS

Windsor Earl menyarankan penyebutan kepulauan itu dengan nama Indunesia atau Malayunesia. Kata Indunesia bentukan dari India dan nesos, artinya kepulauan India. Sedangkan Malayunesia berarti kepulauan Malayu. 

Usulan itu direspon James Richardson Logan dalam artikel The Ethnology of the Indian Archipelago yang dimuat jurnal itu. Dia memilih kata Indunesia dengan mengubah huruf u diganti o untuk memudahkan pengucapan.

Sejak itu nama Indonesia mulai populer di dunia etnologi. Pemilihan nama itu menunjukkan orang Eropa telanjur akrab dengan salah kaprah kepulauan ini dianggap bagian dari India.

Sementara kata Malayunesia baru tahun 1963 dipungut untuk menggantikan nama negeri Persekutuan Tanah Melayu menjadi Malaysia, dengan sedikit penghilangan suku kata di tengah.

Etnolog Universitas Berlin Adolf Bastian setelah berkelana tahun 1864-1880 lantas menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu). Dari buku inilah kemudian nama Indonesia populer di kalangan sarjana Belanda, termasuk pelajar Islam yang belajar di sana.

Alasan Memakai Nama Indonesia

Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara orang pribumi nusantara yang pertama kali mengambil nama itu pada tahun 1913 mendirikan sebuah biro pers di Belanda dengan nama Indonesische Persbureau.

Kemudian Mohammad Hatta, mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam mengubah nama perkumpulan pelajar Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah organisasinya, Hindia Poetra, berubah nama menjadi Indonesia Merdeka.

Tulisan Bung Hatta menuturkan mengambil nama itu dengan pertimbangan, Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.

Setelah itu nama Indonesia menjadi populer di tanah air setelah dikenalkan para pelajar yang pulang dari Belanda. Dr Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club tahun 1924 di Surabaya. Perserikatan Komunis Hindia juga mengubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1924. Jong Islamieten Bond mendirikan kepanduan National Indonesische Padvinderij (Natipij).

Baca Juga:  Tukang Doa dan Karomah

Setelah nama Indonesia makin populer lantas disepakati menjadi nama tanah air, bangsa, dan bahasa dalam Soempah Pemoeda pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928.

Melihat sejarah ini kata Indonesia itu juga sama asingnya. Sama-sama impor. Nasionalisme Indonesia baru muncul di awal abad 20, Islam sudah jauh hari meresap ke dalam sendi kehidupan orang-orang nusantara lewat pedagang dan ulama Arab yang datang ke negeri ini.

Mereka datang dengan damai mengenalkan keyakinan hidup baru yaitu agama Islam. Keyakinan yang terus menyala menjadi satu dengan kehidupan rakyatnya. Memberikan spirit, harkat kehidupan, pengetahuan dunia akhirat, hingga mewujud dalam puncak politik yang melahirkan kerajaan muslim mulai Samudra Pasai, Aceh, Ternate, Tidore, Demak, dan lainnya. Patutlah kita menggugat keaslian Indonesia agar kita tahu diri. (*)

Tags: buzzerIndiaindonesiaJawirempah-rempahSugeng PurwantoSumpah Pemuda
Share116Tweet72SendShare

Related Posts

Tugas belum selesai
Feature

Tugas Belum Selesai dari Mas Nadjib

Jumat 9 April 2021 | 16:50
4.2k
Doa masuk Ramadhan
Ibadah

Doa Masuk Ramadhan Ajaran Rasulullah

Jumat 9 April 2021 | 05:13
1.2k
Jurnalisme Pers Rilis
Kolom

Jurnalisme Rilis dan Corong Penguasa

Jumat 2 April 2021 | 14:56
9.6k
Jadwal Imsakiyah Ramadhan
Headline

Jadwal Imsakiyah 2021, Ada Beda Versi Muhammadiyah dengan Kemenag

Rabu 31 Maret 2021 | 07:23
8.7k
Kisah di balik dapur milad kolosal PWMU.CO ke-5 disampaikan Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni, Selasa (23/3/21).
Kabar

Kisah di Balik Dapur Milad Kolosal PWMU.CO

Jumat 26 Maret 2021 | 12:33
267
Influencer hoaks
Kolom

Influencer Hoaks, Bencana bagi Generasi Milenial

Kamis 25 Maret 2021 | 21:49
232

Discussion about this post

Berita Terbaru

Azyumardi Azra: Abdul Mu’ti Jauh Lebih Layak Jadi Mendikbud

Azyumardi Azra: Abdul Mu’ti Jauh Lebih Layak Jadi Mendikbud

Selasa 20 April 2021 | 17:10
Ujian Hafalan Ini Diikuti Peserta 7 Tahun

Ujian Hafalan Ini Diikuti Peserta 7 Tahun

Selasa 20 April 2021 | 17:09
Rapor Mendikbud Tidak Hanya Merah, tapi semakin Buruk

Rapor Mendikbud Tidak Hanya Merah, tapi semakin Buruk

Selasa 20 April 2021 | 17:03
Kamus Sejarah Indonesia

Kamus Sejarah Indonesia Diprotes, ternyata Begini Isinya

Selasa 20 April 2021 | 15:36
Ramadhan mengasah kecerdasan ruhani dan nalar spiritual orang beriman. Mengantarkannya menjadi golongan ulul albab.

Ramadhan Mengasah Kecerdasan Ruhani

Selasa 20 April 2021 | 15:03
Mengkaji Quran

Mengkaji Quran Bisa Prediksi Bencana

Selasa 20 April 2021 | 11:36
Puasa Sembuhkan Hipertensi, Begini Penjelasan Dokter

Puasa Sembuhkan Hipertensi, Begini Penjelasan Dokter

Selasa 20 April 2021 | 10:23
Tanda sukses berpuasa

Tanda Sukses Berpuasa, Ini Indikasinya

Selasa 20 April 2021 | 09:57
Keutamaan dan Waktu Ideal Mengkhatamkan Quran

Keutamaan dan Waktu Ideal Mengkhatamkan Quran

Selasa 20 April 2021 | 09:42
Muhammadiyah Harus Lurus, Tak Boleh Neko-Neko

Muhammadiyah Harus Lurus, Tak Boleh Neko-Neko

Selasa 20 April 2021 | 08:57

Milad PWMU.CO

Rezeki Mahal di Tengah Covid. Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
Headline

Tangis dan Tawa di Balik Berita PWMU.CO

Selasa 23 Maret 2021 | 11:42
15.7k

Mohammad Nurfatoni: Tangis dan Tawa di Balik Berita PWMU.CO. (Sketsa ulang foto Atho' Khoironi/PWMU.CO) Tangis dan Tawa di Balik Berita...

Read more
Selalu Ada Before and After di PWMU.CO

Selalu Ada Before and After di PWMU.CO

Selasa 23 Maret 2021 | 06:18
287
Dari Kontributor PWMU.CO Jadi Juara Guru Berprestasi

Dari Kontributor PWMU.CO Jadi Juara Guru Berprestasi

Minggu 21 Maret 2021 | 00:51
223
Berkat PWMU.CO, Saya Jadi Guru Seutuhnya

Berkat PWMU.CO, Saya Jadi Guru Seutuhnya

Minggu 21 Maret 2021 | 00:13
288
Bukukan Tulisan di PWMU.CO setebal Bundel Majalah

Bukukan Tulisan di PWMU.CO setebal Bundel Majalah

Sabtu 20 Maret 2021 | 17:35
292

Terpopuler Hari Ini

  • Covid

    Covid Itu Wasilah Menemukan Tuhan

    24371 shares
    Share 9748 Tweet 6093
  • Pendekatan Konflik Tak Selesaikan Masalah Bangsa

    24101 shares
    Share 9640 Tweet 6025
  • Pandemi Covid Merekonstruksi Iman

    18204 shares
    Share 7282 Tweet 4551
  • Harapan Ketua Umum PP Aisyiyah di Milad Ke-26 SD Mugeb

    2285 shares
    Share 914 Tweet 571
  • Siswa Sekolah Muhammadiyah Terbanyak Lolos SNMPTN

    1401 shares
    Share 560 Tweet 350
  • Intoleran Teriak Intoleran, Ini Orangnya

    3245 shares
    Share 1298 Tweet 811
  • SM Logistic dan Log Mart GKB Diresmikan

    2181 shares
    Share 872 Tweet 545
  • Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah Harus Direvisi Total

    492 shares
    Share 197 Tweet 123
  • Puasa Sembuhkan Hipertensi, Begini Penjelasan Dokter

    354 shares
    Share 142 Tweet 89
  • Umrah dan Haji Tertolak, Ini Sebabnya

    7708 shares
    Share 3083 Tweet 1927
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In