• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
Senin, Maret 8, 2021
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Headline

Refleksi Haedar Nashir: Runtuhnya Hegemoni

Rabu 29 April 2020 | 16:18
in Headline, Kolom
2.5k
SHARES
7.7k
VIEWS
Refleksi Haedar Nashir: Runtuhnya Hegemoni. Prof Dr Haedar Nashir MSi adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Refleksi Haedar Nashir: Runtuhnya Hegemoni (Foto Roiyy Aroyy/PWMU.CO)

Refleksi Haedar Nashir: Runtuhnya Hegemoni. Prof Dr Haedar Nashir MSi adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

PWMU.CO – Siapa masih merasa paling digdaya? Apakah ada saat ini yang tetap angkuh kuasa sebagai sosok-sosok perkasa? Egois hanya memikirkan ekonomi dan investasi. Berselancar kegaduhan di ruang publik. Padahal, seluruh dunia terkunci mati oleh Corona yang menjelma jadi pandemi.

Dunia tidak menyangka pandemi ini meruntuhkan segala kemapanan di jagat raya. Negeri sebesar Tiongkok, Amerika Serikat, Italia, Jerman, Prancis, Spanyol, dan negara-negara maju yang memiliki segalanya tiba-tiba jatuh diri. Mereka dilucuti kedaulatannya hingga harus memutar otak menghadapi makhluk Tuhan yang sangat kecil dan mematikan itu.

Segala sangkar besi hegemoni runtuh. Semua terjadi di luar jangkauan nalar verbal dan instrumental. Globalisasi terkunci sendiri. Ilmu pengetahuan mutakhir, yang tengah bangga dengan keagungan artificial intelligence tergopoh-gopoh menghadapi virus ini.

Teori-teori posmo, termasuk di dunia akademik keislaman yang kadang congkak dengan kredo liberalisasi, seolah hilang kesaktian dan harus mendekonstruksi diri. Para kepala negara dan pemerintahan kehilangan taji kepemimpinannya. Para taipan bisnis dan ekonom lunglai dan seolah hilang harapan dengan nasib perekonomian dunia.

Bila masih ada para pejabat negara dan politisi di negeri manapun masih juga congkak dan buta tuli terhadap suara kebenaran, tidak tahu harus berkata apa tentang mereka. Radar ruhani dan akal jernihnya mungkin mati rasa.

Umat beragama pun diuji kualitas keberagamaannya. Bagaimana maqashidus syariah tentang menjaga agama (hifdz al-din), akal (hifdz al-‘aql), harta (hifdz al-mal), keturunan (hifdz al-nasl), dan jiwa atau diri (hifdz al-nafs) dihadirkan secara nyata menghadapi keadaan darurat.

Apakah masih ada keangkuhan beragama dengan merasa diri paling beriman dan bertauhid sambil berfatwa yang mengabaikan situasi dan berpotensi menambah radius penularan wabah yang mengancam kehidupan bersama dan mengawetkan kedaruratan. Wallahu a’lam!

Disorientasi Kosmologis

Dalam kuasa Allah, tidak ada satu kejadian di alam semesta yang lepas dari qadrat-iradat-Nya. Semua berada dalam garis sunatullah yang diciptakan-Nya. Allah berfirman, yang artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (at-Taghabun: 11).

Nabi Muhammad SAW mengingatkan musibah wabah (al-tha’un) sebagai peringatan penting bagi manusia sekaligus perlu karantina diri dan sosial (HR al-Bukhārī).

Boleh jadi dalam sistem kehidupan saat ini, di negeri tercinta dan ranah dunia, manusia sudah lama terasing dan kerdil diri. Orang sekuler terlalu percaya diri pada rasio, iptek, dan sistem yang mereka bangun atas dasar humanisme belaka.

Mereka melupakan Tuhan dengan segala kemahakuasaan-Nya dan anugerah seluruh ciptaan-Nya. Sunatullah hanya dipahami sebatas hukum alam.

Agama dianggap sumber ketertinggalan dan masalah sehingga menjadi agnotik. Sebagian bahkan bangga menjadi anti-Tuhan atau ateis karena merasa diri otonom dengan otak dan ilmunya tanpa perlu Tuhan dan agama.

Para penguasa dunia merasa digdaya dengan sistem politik, ekonomi, budaya, dan sistem kehidupan lainnya yang menjadi acuan. Baik yang berpangkal pada sosialisme maupun kapitalisme yang rakus dan arogan. Semua hal dikendalikan sepenuhnya dengan hitung-hitungan indrawi dan duniawi belaka.

Mengeksploitasi sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan alam menjadi tabiatnya tanpa rasa cukup dan memperhatikan kepentingan yang luhur.

Jutaan manusia termiskinkan dan alam pun dieksploitasi tanpa batas sehingga terjadi kebakaran hutan, banjir, dan kerusakan ekosistem yang masif.

Kemajuan iptek dan infrastruktur menjadi keangkuhan baru. Lebih-lebih dengan kehadiran teknologi informasi dan revolusi 4.0 yang sarat ketakjuban dan membuat banyak manusia menjadi budaknya. Manusia dihargai hanya dari ukuran benda dan teknologi yang instrumental itu.

Ekonomi dan legasi fisik didewakan. Pendidikan, kebudayaan, spiritual, bahkan pemerintahan dan keagamaan disubordinasikan oleh hegemoni dunia teknologis yang robotik itu. Ibarat bangunan struktur dunia tampak kokoh dan megah, tapi ringkih dan rapuh fondasinya.

Akibatnya manusia modern mengalami kesenjangan kebudayaan atau cultural-lag (istilah William Ogburn), disorientasi, dan kejutan kebudayaan atau cultural shock (istilah Alvin Toffler), dan anomie atau anomali dalam referensi para sosiolog.

Uang, teknologi, infrastruktur, investasi, materi, keuntungan, kedudukan, kesenangan indrawi, serta segala hal yang bersifat materi dan fisik menjadi serbadidewakan dalam nalar pragmatis dan isntrumentalis.

Dunia dipandang sebatas telunjuk dan mata kuda sehingga hilang kesadaran kosmologisnya yang melintas batas semesta. Negara dan rakyat pun diurus dalam alfabet pola pikir pragmatis dan instrumentalis itu minus visi kenegarawanan yang mencukupi, apalagi visi kosmologis yang melintasi!

Di tengah gelombang krisis, sering sebagian manusia masih tetap dungu dan angkuh diri. Hatta mereka yang mengaku beriman, berakal pikiran, dan berilmu. Lebih-lebih mereka yang merasa berkuasa.

Mereka seolah mati kesadarannya sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (al-‘Araf: 179).

Baca Juga:  Gus Sholah Wafat, Begini Pesan Terakhirnya

Orientasi Baru

Dari sudut akal sehat dan ilmu pengetahuan sebab dan bahaya Covid-19 itu faktual dan objektif, bukan ilusi dan konspirasi. Menyikapinya dengan ikhtiar merupakan jalan satu-satunya yang dibenarkan agama dan iptek serta bukan sikap paranoid.

Sebagai orang beriman dan berparadadigma Iqra, umat Islam harus mau menerima kenyataan tentang wabah dan musibah duniawi pada penjelasan keilmuan oleh ahlinya. Iman harus diletakkan sebagai fondasi yang kokoh dengan membuka diri pada khazanah ilmu. Seraya berusaha mencegah dan melakukan tindakan agar wabah makin terputus mata rantai penyebarannya dan akhirnya berhenti.

Hegemoni pandangan keagamaan yang literal-tekstual dan sikap konservatif mesti terkoreksi dengan pandemi ini. Dalil al-Quran dan sunah Nabi Muhammad SAW serta khazanah keilmuan Islam sangat kaya memberi jalan solusi menghadapi darurat global ini.

Pandangan tentang iman, tauhid, kematian, dan musibah yang sempit dan kaku tidak cukup memadai dalam situasi wabah yang mematikan ini. Paham puritan jangan membawa pada sikap diri paling bersih, semuci, dan egois dalam beragama. Bukankah Islam melarang ghuluw (ekstrem) dan tazakku (merasa paling suci) dalam beragama?

Orang Islam niscaya menggunakan akal pikiran dan ilmu pengetahuan. Selain iman dan tauhid yang substantif dan melintasi, umat dilarang sembarangan berpendapat dan bertindak tanpa ilmu. Siapa pun tidak perlu memaksakan diri seolah tahu segalanya bila memang tidak mengetahui sesuatu yang bukan keahliannya.

Allah mengingatkan: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (al-Isra’: 36).

Umat beriman penting rendah hati dan membangun kesadaran teologis yang melintasi. Kembangkan paham keagamaan yang berwawasan dakwah dan tajdid yang humanistik-profetik serta berwawasan kosmologis yang luas.

Kedepankan keagamaan yang menyeluruh dalam nalar interkoneksi bayani, burhani, dan irfani yang mencerahkan. Amar makruf dan nahi mungkar penting dibingkai dalam trilogi pendekatan Islam itu agar tidak hitam-putih, garang, dan jadi alat menghakimi orang lain sebagai lemah, zalim, dan tidak Islami.

Nabi Musa yang tegas dan keras sekalipun diajari Tuhan tentang hikmah dan metode lemah lembut dalam menghadapi arogansi Fir’aun, Qarun, dan Hamam (Thaha: 43-44).

Pemikiran dan sikap keagamaan niscaya memerlukan epistemologi dan orientasi kosmologis baru yang melintasi agar dapat memberi solusi alternatif yang kokoh sekaligus berkemajuan. Keberagamaan tidak digiring ke era abad tengah yang serba dogmatis sebagaimana terjadi di Eropa pra-abad pencerahan.

Umat tidak hidup dalam sangkar besi ortodoksi yang menurut Muhammad Abduh, Al-Islam mahjubun bil-msimin. Orang Islam sendiri yang menutupi sinar terang Islam sebagai agama pencerahan.

Pandemi mestinya menumbuhkan sikap keagamaan profetik cinta Tuhan yang berbanding lurus dengan cinta sesama, cinta alam, dan cinta kehidupan dalam risalah rahmatan lil’ alamin yang autentik dan melintas batas! (*)

Peleman, Jumat 24 April 2020. Tulisan ini telah dimuat di Republika dengan judul Runtuhnya Hegemoni, Sabtu (25/4/2020).

Atas izin penulis pada 29 Aprl 2020, tulisan ini dimuat PWMU.CO dengan judul Refleksi Haedar Nashir: Runtuhnya Hegemoni.

Editor Refleksi Haedar Nashir: Runtuhnya Hegemoni Mohamamd Nurfatoni.

Baca Juga:  Jangan Jadi Generasi Cengeng, Pesan Haedar Nashir untuk Pelajar Muhammadiyah
Tags: Haedar NashirRuntuhnya Hegemoni Kolom Haedar Nashir
Share982Tweet614SendShare

Related Posts

Haedar Nashir dan Noordjannah Ikuti Vaksinasi Covid-19 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu (3/3/2021). Haedar: ini sebagai ikhtiar.
Headline

Haedar Nashir dan Noordjannah Ikut Vaksinasi Covid-19

Rabu 3 Maret 2021 | 13:51
185
Haedar Nashir: Miras Haram Mutlak, Tidak Bisa Ditawar
Headline

Haedar Nashir: Miras Haram Mutlak, Tidak Bisa Ditawar

Selasa 2 Maret 2021 | 14:32
224
Haedar Nashir: Bela Negara adalah DNA Muhammadiyah
Kabar

Haedar Nashir: Bela Negara adalah DNA Muhammadiyah

Senin 1 Maret 2021 | 09:10
6.3k
Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Headline

Kapolri Kunjungi Muhammadiyah, Ini Pesan Haedar Nashir

Jumat 19 Februari 2021 | 21:08
413
Tiga Universitas Muhamamdiyah
Headline

Tiga Universitas Muhammadiyah Masuk 10 Top Dunia

Kamis 18 Februari 2021 | 11:26
4.5k
Muhammadiyah: Awal Ramadhan 13 April 2021
Headline

Muhammadiyah: Awal Ramadhan 13 April 2021

Rabu 10 Februari 2021 | 14:05
505

Discussion about this post

Berita Terbaru

BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

BIK Virtual, Biasakan Siswa SD Muhida Bangun Malam

Senin 8 Maret 2021 | 16:16
Versi Supersemar

Naskah Supersemar ternyata Ada Empat

Senin 8 Maret 2021 | 15:12
Aisyiyah dan Umsida Evaluasi Program Pendampingan Panti

Aisyiyah dan Umsida Evaluasi Program Pendampingan Panti

Senin 8 Maret 2021 | 14:56
New Normal dan Roller Coaster Berhantu, kolom inspiratif ditulis oleh Anwar Hudijono, independent columnist.

Moeldoko di Antara Pandemi Politik

Senin 8 Maret 2021 | 14:35
Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Senin 8 Maret 2021 | 13:29
Perjalanan Lima Hari Sudex Musasi-Mulan

Perjalanan Lima Hari Sudex Musasi-Mulan

Senin 8 Maret 2021 | 11:24
Saat Dewan Sughli Sidoarjo Merawat Pusdiklat HW

Saat Dewan Sughli Sidoarjo Merawat Pusdiklat HW

Senin 8 Maret 2021 | 10:20
Cerita Pak AR Tinggal di Kontrakan yang Dihuni Jin ini mencuplik buku Biografi Pak AR karya Sukriyanto AR—anak Pak AR. Yang menerbitkannya Penerbit Suara Muhammadiyah, Mei 2017.

Kisah Pak AR Nyaris Makmum pada Orang Gila

Senin 8 Maret 2021 | 09:30
Cerita Lazismu Jatim Dapat Wakaf Ganda: Vario dan Xenia

Cerita Lazismu Jatim Dapat Wakaf Ganda: Vario dan Xenia

Senin 8 Maret 2021 | 08:19
Sesat pikir produk asing

Sesat Pikir Benci Produk Asing

Senin 8 Maret 2021 | 07:16

Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin
Milad PWMU.CO

Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin

Senin 8 Maret 2021 | 13:29
262

Moh. Hilman Sueb: Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin, penulis Moh. Hilman...

Read more
Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Dari ‘Yang Penting Menulis’ Menjadi ‘Menulis yang Penting Bagus’

Jumat 5 Maret 2021 | 21:37
151
Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Kecanduan Menulis Berita di PWMU.CO

Rabu 3 Maret 2021 | 08:17
150
Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Menulis Kehidupan Janda Berbuah Manis

Selasa 2 Maret 2021 | 05:56
352
Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Menjadi Penulis Buku berkat PWMU.CO

Senin 1 Maret 2021 | 20:21
183

Berita Terpopuler

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    320699 shares
    Share 128280 Tweet 80175
  • Emil Dardak: Budidaya Porang Sangat Menjanjikan

    18427 shares
    Share 7371 Tweet 4607
  • Arloji KW Moeldoko dan KLB Original

    3510 shares
    Share 1404 Tweet 878
  • Teladan Buruk sang Jenderal Pensiunan

    14147 shares
    Share 5659 Tweet 3537
  • Dakwah Digital Tak Sekadar tentang Konten

    78724 shares
    Share 31490 Tweet 19681
  • Kisah Peluru Menembus Kopiah Ki Bagus Hadikusumo

    448 shares
    Share 179 Tweet 112
  • Din Syamsuddin: KLB Deli Serdang Rusak Tatanan Demokrasi

    386 shares
    Share 154 Tweet 97
  • Jamu Tolak Virus Corona ala Berlian School

    2022 shares
    Share 809 Tweet 506
  • Demokrasi Kambing dan Bebek

    552 shares
    Share 221 Tweet 138
  • Muhammadiyah Kembali Luruskan Kiblat Pendidikan Nasional

    1453 shares
    Share 581 Tweet 363
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co adalah portal berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In