Kenangan Buka Bersama Pak Nadjikh

Kenangan Buka Puasa Bersama Pak Nadjikh ditulis oleh Kemas Saiful Rizal, Kontributor PWMU.CO asal Gresik dan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik periode 2010-2014. Kenangan Buka Puasa Bersama Pak Nadjikh ditulis oleh Kemas Saiful Rizal, Kontributor PWMU.CO asal Gresik dan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik periode 2010-2014. PWMU.CO - Walau sudah banyak ditulis, kenangan tentang Ir Mohammad Nadjikh, CEO PT Kelola Min Laut (KML) yang meninggal pada Jumat (17/4/2020) dua pekan lalu, tidak menyurutkan semangat saya menuliskan kenangan bersama beliau. Ada tiga peristiwa yang saya kenang tentang Pak Nadjik---begitu saya bsa memanggilnya. Termasuk kenangan saat buka puasa bersama pada Ramadhan tahun lalu. Kenangan pertama terjadi pada 26 September 2016. Waktu itu perusahaan Pak Nadjikh, PT KML yang berlokasi di Kawasan Industri Gresik (KIG) Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik mendapat kunjungan rombongan Dewan Riset Nasional (DRN) RI dari Jakarta. DRN adalah lembaga di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi. Rombongan berjumlah belasan orang. Saya turut hadir mewakili Kantor Pemerintah Daerah Gresik tempat saya bekerja sebagai PNS yang diundang karena memfasilitasi kegiatan Dewan Riset Daerah (DRD) Kabupaten Gresik sehingga punya hubungan tidak langsung dengan DRN.Pada kesempatan itu Pak Nadjikh memaparkan hal ihwal dan rencana masa depan perusahaannya. Terungkap bahwa omset perusahaan, yang sebagian besar produknya di ekspor itu, telah mencapai angka triliunan rupiah. Pak Nadjk saat itu juga membeberkan rencana mengakuisisi sebuah perusahaan angkutan di Amerika Serikat.Sedangkan dari DRN yang memberikan sambutan saat itu---saya lupa namanya--- menyampaikan pencapaian Pak Nadjikh sungguh luar biasa. Menurutnya Pak Nadjikh sudah mencapai semuanya hingga terlontar pernyataan, "Apalagi yang dicari Pak Nadjikh?"Selanjutnya rombongan DRN dipersilahkan berkeliling menyaksikan operasional perusahaan. Saat berkeliling ini Pak Nadjikh tidak ikut tetapi adik beliau, Ir Zainul Wasik yang juga Direktur PT. KML ikut mendampingi rombongan bersama saya.Sebelum masuk ke ruangan produksi rombongan diharuskan memakai pakaian semacam pakaian hazmat, memakai sepatu boot dan topi, dan menggunakan masker.Saya dapat menyaksikan secara langsung betapa besar, bersih, dan modernnya PT KML. Dan saya seakan tidak percaya perusahaan ini milik pengusaha pribumi Muslim asli Gresik. Dewan Riset Nasional RI bersama Muhammad Nadjikh (duduk di tengah). Penulis berdiri kiri (PWMU.CO/Kemas Saiful Rizal) Saat Ibunda Pak Nadjikh Wafat Peristiwa kedua terjadi ketika ibunda Pak Nadjikh, Hj Asnah, meninggal dunia pada hari Kamis (4/1/2018) malam. Saya berkesempatan bertakziah pada esok harinya saat pemakamannya Jumat (5/1/2018). Saat itu saya menuliskan berita meninggalnya Hj Asnah tersebut untuk PWMU.CO dan menjadi berita pertama dan satu-satunya yang diberitakan di PWMU.CO berjudul Hj Asnah: Berjuang Besarkan 8 Anak Sendirian hingga Sukses.Waktu itu saya mewawancarai Pak Nadjikh sebagai anak pertama dan yang paling sukses. Dari wawancara itu saya menangkap, kesuksesan Pak Nadjikh, salah satunya adalah bentuk pengabdiannya dalam memenuhi harapan sang bunda. Yakni mengangkat harkat dan martabat warga di desa asalnya yang sebagian besar akhirnya bekerja di PT KML. Buka Puasa Bersama Pak Nadjikh Peristiwa ketiga adalah saat penulis diundang berbuka puasa bersama di dua Ramadhan. Salah satunya di rumah adik Pak Nadjikh di sebuah perumahan yang bersebelahan dengan GKB. Konon perumahan itu dulu Pak Nadjikh-lah pengembangnya. Buka bersama tersebut sesungguhnya khusus keluarga besar Pak Nadjikh. Hampir tidak ada orang lain selain Pak Nadjikh beserta adik-adiknya dan pasangan masing-masing beserta anak-anak dan cucunya, kecuali saya dan istri. Memang kakak istri saya menikah dengan adik bungsu Pak Nadjikh. Mungkin karena itulah saya dan istri diundang. Menu buka bersama saat itu adalah masakan padang. Kabarnya itu adalah salah satu masakan kesukaan Pak Nadjikh. Usai menikmati hidangan takjil, sebelum makan malam, dilaksanakanlah shalat Maghrib berjamaah di rumah tersebut. Sebagai saudara tertua, maka Pak Nadjikh-lah yang bertindak sebagai imam. Sebagai anak pesantren bacaan al-Quran Pak Nadjikh tentu tidak diragukan. Saat itu timbbul rasa hormat dan bangga saya karena shalat berjamaah dipimpin seseorang yang juga pendiri dan pemimpin sebuah perusahaan besar. Semoga peninggalan beliau berupa perusahaan besar ini mampu bertahan dan berkembang semakin maju. (*)Editor Mohammad Nurfatoni.
Foto bersama saat rombongan DRN RI selesai berkeliling melihat operasional PT KML didampingi Direktur KML Ir Zainul Wasik (ketiga dari kiri). (PWMU.CO/Kemas Saiful Rizal)

Kenangan Buka Bersama Pak Nadjikh ditulis oleh Kemas Saiful Rizal, Kontributor PWMU.CO asal Gresik dan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik periode 2010-2014.

PWMU.CO – Walau sudah banyak ditulis, kenangan tentang Ir Mohammad Nadjikh, CEO PT Kelola Min Laut (KML) yang meninggal pada Jumat (17/4/2020) dua pekan lalu, tidak menyurutkan semangat saya menuliskan kenangan bersama beliau.

Ada tiga peristiwa yang saya kenang tentang Pak Nadjik—begitu saya biasa memanggilnya. Termasuk kenangan saat buka puasa bersama pada Ramadhan tahun lalu.

Kenangan pertama terjadi pada 26 September 2016. Waktu itu perusahaan Pak Nadjikh, PT KML yang berlokasi di Kawasan Industri Gresik (KIG) Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik mendapat kunjungan rombongan Dewan Riset Nasional (DRN) RI dari Jakarta. DRN adalah lembaga di bawah naungan Kementerian Riset dan Teknologi.

Rombongan berjumlah belasan orang. Saya turut hadir mewakili Kantor Pemerintah Daerah Gresik tempat saya bekerja sebagai PNS yang diundang karena memfasilitasi kegiatan Dewan Riset Daerah (DRD) Kabupaten Gresik sehingga punya hubungan tidak langsung dengan DRN.

Pada kesempatan itu Pak Nadjikh memaparkan hal ihwal dan rencana masa depan perusahaannya. Terungkap bahwa omset perusahaan, yang sebagian besar produknya di ekspor itu, telah mencapai angka triliunan rupiah. Pak Nadjk saat itu juga membeberkan rencana mengakuisisi sebuah perusahaan angkutan di Amerika Serikat.

Sedangkan dari DRN yang memberikan sambutan saat itu—saya lupa namanya— menyampaikan pencapaian Pak Nadjikh sungguh luar biasa. Menurutnya Pak Nadjikh sudah mencapai semuanya hingga terlontar pernyataan, “Apalagi yang dicari Pak Nadjikh?”

Selanjutnya rombongan DRN dipersilahkan berkeliling menyaksikan operasional perusahaan. Saat berkeliling ini Pak Nadjikh tidak ikut tetapi adik beliau, Ir Zainul Wasik yang juga Direktur PT. KML ikut mendampingi rombongan bersama saya.

Sebelum masuk ke ruangan produksi rombongan diharuskan memakai pakaian semacam pakaian hazmat, memakai sepatu boot dan topi, dan menggunakan masker.

Saya dapat menyaksikan secara langsung betapa besar, bersih, dan modernnya PT KML. Dan saya seakan tidak percaya perusahaan ini milik pengusaha pribumi Muslim asli Gresik.

Dewan Riset Nasional RI bersama Muhammad Nadjikh (duduk di tengah). Penulis berdiri kiri (PWMU.CO/Kemas Saiful Rizal)

Saat Ibunda Pak Nadjikh Wafat

Peristiwa kedua terjadi ketika ibunda Pak Nadjikh, Hj Asnah, meninggal dunia pada hari Kamis (4/1/2018) malam. Saya berkesempatan bertakziah pada esok harinya saat pemakamannya Jumat (5/1/2018).

Saat itu saya menuliskan berita meninggalnya Hj Asnah tersebut untuk PWMU.CO dan menjadi berita pertama dan satu-satunya yang diberitakan di PWMU.CO berjudul Hj Asnah: Berjuang Besarkan 8 Anak Sendirian hingga Sukses.

Waktu itu saya mewawancarai Pak Nadjikh sebagai anak pertama dan yang paling sukses. Dari wawancara itu saya menangkap, kesuksesan Pak Nadjikh, salah satunya adalah bentuk pengabdiannya dalam memenuhi harapan sang bunda. Yakni mengangkat harkat dan martabat warga di desa asalnya yang sebagian besar akhirnya bekerja di PT KML.

Buka Puasa Bersama Pak Nadjikh

Peristiwa ketiga adalah saat penulis diundang berbuka puasa bersama di dua Ramadhan. Salah satunya di rumah adik Pak Nadjikh di sebuah perumahan yang bersebelahan dengan GKB. Konon perumahan itu dulu Pak Nadjikh-lah pengembangnya.

Buka bersama tersebut sesungguhnya khusus keluarga besar Pak Nadjikh. Hampir tidak ada orang lain selain Pak Nadjikh beserta adik-adiknya dan pasangan masing-masing beserta anak-anak dan cucunya, kecuali saya dan istri.

Memang kakak istri saya menikah dengan adik bungsu Pak Nadjikh. Mungkin karena itulah saya dan istri diundang.

Menu buka bersama saat itu adalah masakan padang. Kabarnya itu adalah salah satu masakan kesukaan Pak Nadjikh.

Usai menikmati hidangan takjil, sebelum makan malam, dilaksanakanlah shalat Maghrib berjamaah di rumah tersebut. Sebagai saudara tertua, maka Pak Nadjikh-lah yang bertindak sebagai imam. Sebagai anak pesantren bacaan al-Quran Pak Nadjikh tentu tidak diragukan.

Saat itu timbbul rasa hormat dan bangga saya karena shalat berjamaah dipimpin seseorang yang juga pendiri dan pemimpin sebuah perusahaan besar.

Semoga peninggalan beliau berupa perusahaan besar ini mampu bertahan dan berkembang semakin maju. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version