• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
Advertisement
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Sunan Bonang dalam Serat Darmogandul Mirip Nabi Ibrahim

Minggu 3 Mei 2020 | 12:48
in Featured
0
1
SHARES
1
VIEWS
Makam Sonan Bonang di Tuban.
Makam Sunan Bonang di Tuban.

PWMU.CO-Sunan Bonang dalam cerita tutur selalu digambarkan sebagai juru dakwah yang santun dan akomodatif terhadap adat budaya masyarakat pra Islam. Bahkan memakai media wayang, tembang, gamelan, lagu dolanan dalam mengenalkan Islam.

Tapi di Serat Darmogandul, penggambarannya lain sama sekali. Di serat ini Sunan Bonang dilukiskan mirip Nabi Ibrahim yang merusak patung-patung pujaan warga Daha Kediri. Kisah di serat ini menceritakan satu fragmen berdakwah ke Daha bersama dua orang santrinya.

Dalam serat ini nama Bonang ditulis Benang. Apakah ini perubahan dialek atau disengaja sebagai ejekan tidak ada penjelasan.

Serat Darmogandul adalah catatan kisah versi kelompok yang tak menyukai perkembangan Islam di Jawa yang membuat agama mereka menjadi tersisih. Penulisnya menyebut diri dengan nama Kalamwadi.

Fragmen Sunan Bonang dalam serat ini agaknya menjadi bahan cerita Babad Daha karena ada kemiripan alur dan tokoh-tokohnya. Diwarnai dialog ketuhanan. Karena bukan versi Islam maka sudut pandangnya berbeda dengan gambaran walisongo yang populer selama ini.

Kisah Sunan Bonang bersama dua santrinya bermula dalam perjalanan ke Daha. Sampai di daerah Kertosono terjadi banjir. Ketika hendak shalat Duhur, air banjir sangat kotor. Dia menyuruh santrinya meminta air bersih ke warga.

Baca Juga:  Islam Pertama Kali Masuk ke Indonesia Lewat Kota Barus

Di sebuah rumah bertemu gadis sedang menenun. Santri itu lalu minta air bersih. Rupanya terjadi salah paham. Si gadis menyangka pemuda itu menggodanya. Dengan ketus dia menjawab, ”Banyak air kok masih minta air. Ini ada air kencingku yang bersih.”

Santri itu langsung pergi dan melaporkan hal itu. Sunan marah lalu mengutuk desa itu menjadi kekeringan selamanya. Perawan dan jejaka telat kawin semua. Maka aliran banjir berubah arah menerjang desa lain merusak segalanya. Desa ini menjadi kering kerontang. Dia lantas menamai desa itu Kutho Gedhah. Artinya, penduduknya tidak jelas agamanya.

Buta Locaya Melawan

Peristiwa di Kutho Gedhah sampai ke Nyai Plencing, patih Buta Locaya. Dua nama ini bangsa jin penguasa Daha setelah Sri Aji Jayabaya meninggal. Buta Locaya asalnya manusia menjadi patih Raja Jayabaya. Nama aslinya Ki Daha. Ketika rajanya moksa, dia pun ikut moksa menjadi raja jin yang tinggal di Gua Selabale Gunung Klotok.

Nyai Plencing bersama pasukannya melawan Sunan Bonang tapi kalah. Lalu dia pergi melapor kepada Buta Locaya. Raja demit jin ini langsung bangkit mengerahkan pasukannya menghadang Sunan dengan berwujud manusia bernama Kiai Sumbre di Desa Kukum.  

Baca Juga:  Cara Nabi Melawan Oposisi

Sunan Bonang datang dari arah utara sudah merasakan hawa panas para jin langsung mengerahkan kekuatan ilmunya. Pasukan jin lari. Tinggal Kiai Sumbre yang selalu mengikuti kemana pun Sunan pergi.

Sunan Bonang berkata, Buta Locaya kenapa kamu mengikutiku. Lalu dijawab Buta Locaya, kamu orang mana kok perilakumu bukan seperti orang Jawa telah membuat kerusakan.

Sunan berkata, aku orang Arab, namaku Sayid Kramat. Asalkan di Bonang. Aku ke Kediri
ingin melihat peninggalan istana Sang Prabu Jayabaya.

Buta Locaya mengatakan, Anda tidak mencerminkan seorang  bijaksana dan berbudi luhur, melainkan lebih tepat lagi disebut dengan gelandangan. Beraninya hanya mengandalkan kesaktiannya. Bersikaplah rendah hati sehingga dikasihi oleh Hyang Widdhi, dikasihi oleh sahabat, dan bukannya bertindak semau-maunya sendiri dengan tidak melihat kesalahannya.

Menghancurkan Patung

Sunan Bonang lantas pergi masih diikuti Buta Locaya. Sampai di Desa Bogem. Di sini ada patung kuda berkepala dua. Letaknya ada di bawah pohon trenggulun. Sunan Bonang menghancurkan kepala patung kuda itu.

Baca Juga:  Walisanga atau Walisana? Ini Sejarahnya

Buta Locaya langsung marah. ”Itu peninggalan Prabu Jayabaya. Lambang tekad wanita
Jawa. Sunan Bonang menjawab, kamu itu bangsa dhemit sombong.

Sunan Bonang lalu pergi ke utara. Sampai waktunya Asar. Ada sumur tapi tidak ada ember untuk menimba air. Dia lalu menggulingkan sumur itu hingga bisa mengambil airnya. Sumur itu lantas disebut sumur Gumuling.

Setelah shalat Sunan Bonang berjalan lagi sampai di desa Nyahen. Ada patung raksasa wanita di
bawah pohon dadap yang berbunga merah merona. Bahu kanan patung dihancurkan oleh Sunan Bonang. Kemudian dahinya juga dirusak dan diludahi.

Buta Locaya marah. ”Anda itu benar-benar orang brengsek. Patung bagus-bagus dirusak tanpa sebab. Patung itu adalah peninggalan Sang Prabu Jayabaya.”

Sunan Bonang menjawab, arca ini saya rusak supaya jangan disembah oleh orang banyak, jangan diberi sesaji dan mantra. Menyembah patung itu kafir. Lahir dan batinnya tersesat.

Buta Locaya berkata, orang Jawa tahu patung itu dari batu. Bukan tuhan. Diberi kembang agar hantu bertempat di situ supaya tidak mengganggu tanah dan kayu yang ditempati manusia. Patung itu buatan Prabu Jayabaya yang juga kekasih tuhan.

Di serat ini Sunan Bonang diceritakan mengaku khilaf. Lalu ditawari berguru ilmu ke Buta Locaya. Sunan Bonang menolak lantas kembali ke Bonang. (*)

Penulis/Editor Sugeng Purwanto

Tags: Babad DahaButa LocayaJayabayaKisah Sunan BonangSerat DarmogandulSugeng Purwanto
ShareSendTweet

Related Posts

Fathu Mekkah
Featured

Fathu Mekkah, Ini Pasukan yang Dihadapi Nabi

Minggu 10 Januari 2021 | 14:23
1
Ayat alif laam miim
Featured

Ayat Alif Laam Miim Bikin Merinding Orang Yahudi

Jumat 8 Januari 2021 | 07:09
1
Surat al Quraisy
Kajian

Surat Quraisy, Strategi Hindari Pembubaran Ormas

Jumat 8 Januari 2021 | 05:58
1
Politisi Ali Taher
Featured

Politisi Pengkritik Menag Itu Telah Tiada

Senin 4 Januari 2021 | 18:46
1
Politikus
Kolom

Politikus Gaya Tyson atau Ali

Sabtu 2 Januari 2021 | 11:09
1
Indikator pemerintah kuat
Kolom

Indikator Pemerintah Kuat Bukan Bubarkan Ormas

Kamis 31 Desember 2020 | 09:01
1
Next Post
Saad Ibrahim serukan gerakan menanam tanaman. Tujuannya untuk membangun mindset kemandirian di tengah pandemi Covid-19.

Saad Ibrahim Serukan Gerakan Menanam

Kajian Online Smamda: Puasa Sehatkan 4 Hal

Kajian Online Smamda: Puasa Sehatkan 4 Hal

7 Tips Hindari Stres Hadapi Covid-19

7 Tips Cegah Stres Hadapi Covid-19

Hidup seperti Ngopi, meski Pahit Tetap Dinikmati ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.

Hidup seperti Ngopi, meski Pahit Tetap Dinikmati

Renungan Ali Murtadlo. 10 Hari Pertama, Sudah Dapat Apa?

10 Hari Pertama, Sudah Dapat Apa?

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa
Ngaji Hadits

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa

Jumat 22 Januari 2021 | 09:06
1

Potret udara soal kerusakan kantor Gubernur Sulawesi Barat yang diguncang gempa (Foto dok CT Arsa sumber detik.com) Musibah, Cara Allah...

Read more
Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
1

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
1

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
1

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more

Berita Terkini

Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.

Madam Bansos, Anak Pak Lurah, dan Monyet Koruptor

Minggu 24 Januari 2021 | 15:13
Ahli bicara: Covid-19: Penularan dan Ikhtiar Mencegahnya. Artikel ini ditulis oleh Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt dari Universitas Indonesia.

Menjawab Teka-teki dan Pro-Kontra Vaksin Covid-19

Minggu 24 Januari 2021 | 09:54
Taubat Jusuf Kalla

Taubat Politik Jusuf Kalla

Minggu 24 Januari 2021 | 05:38
3 rumus diet alami

3 Rumus Diet Alami Turunkan Berat Badan, Efektif 100 Persen Berhasil

Minggu 24 Januari 2021 | 04:36
Teliti Budaya Tanean Lanjhang, Dosen UM Jember Raih Doktor

Teliti Budaya Tanean Lanjhang, Dosen UM Jember Raih Doktor

Sabtu 23 Januari 2021 | 20:29
Curahan Hati pun Bisa Jadi Modal Menulis Opini

Curahan Hati pun Bisa Jadi Modal Menulis Opini

Sabtu 23 Januari 2021 | 18:12
Harapan Smamsatu di Milad Ke-6 Smamio

Harapan Smamsatu di Milad Ke-6 Smamio

Sabtu 23 Januari 2021 | 15:26
Ini Momen Interaksi Siswa Berlian School dengan Al-Quran

Ini Momen Interaksi Siswa Berlian School dengan Al-Quran

Sabtu 23 Januari 2021 | 14:28
Muhammadiyah Jangan Tenggelam di Tengah Perubahan Cepat Ini

Muhammadiyah Jangan Tenggelam di Tengah Perubahan Cepat Ini

Sabtu 23 Januari 2021 | 13:52
9 Syarat Pemimpin Muhammadiyah

9 Syarat Pemimpin Muhammadiyah

Sabtu 23 Januari 2021 | 13:32

Berita Populer Hari Ini

Plugin Install : Popular Post Widget need JNews - View Counter to be installed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama