• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
Advertisement
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Idul Fitri tanpa Hari Raya dan Sejatining Nur

Minggu 17 Mei 2020 | 12:34
in Kolom
0
2k
SHARES
1.8k
VIEWS
Idul Fitri tanpa Hari Raya dan Sejatining Nur, kolom ditulis oleh Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Ustadz Nur Cholis Huda penulis Idul Fitri tanpa Hari Raya. (Dokumentasi PWMU.CO)

Idul Fitri tanpa Hari Raya dan Sejatining Nur, kolom ditulis oleh Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.

PWMU.CO – Hari raya kali ini akan kita lalui dengan parasaan sepi. Tak ada mudik yang gegap gempita. Tak ada kumpul-kumpul keluarga. Tak ada bersalaman sambil tersenyum dan saling memaafkan. Dan masih banyak tak ada lagi yang lain.

Hari raya bisa sepi. Tetapi Idul Fitri akan tetap semarak di dalam hati. Apakah hari raya dan Idul Fitri itu berbeda? Memang keduanya beda. Maka ketika 1 Syawal tiba terdapat empat kelompok.

Yaitu orang yang: pertama, berhari raya tertapi tidak ber-Idul Fitri. Kedua, berhari raya sekaligus ber-Idul Fitri. Ketiga, tidak berhari raya tetapi ber-Idul Fitri. Keempat, tidak berhari raya sekaligus tidak ber-Idul Fitri.

Makna Hari Raya dan Idul Fitri

Hari raya adalah hari besar. Hari libur. Bahkan diberi cuti beberapa hari. Setiap orang bisa berhari raya. Bisa menikmati hari libur itu. Setiap orang bisa bergembira. Orang yang berpuasa dengan baik bisa bergembira pada hari raya. Yang berpuasa setengah baik bisa berhari raya. Yang tidak berpuasa bisa berhari raya. Bahkan yang non-Muslim juga bisa berhari raya.

Para pedagang berhari raya dan bergembira karena dagangan mereka banyak laku. Ada yang bergembira dengan datang ke tempat hiburan dan tempat rekreasi. Arus mudik yang mengalir bagaikan air bah adalah bagian dari hari raya.

Ada yang mudik dengan niat bersilaturrahmi. Tetapi ada juga yang ingin membuktikan kepada orang-orang di kampung bahwa dirinya berhasil menaklukkan kota. Terbukti dengan materi dan kekayaan yang dibawa mudik. Kendaran, emas, pakaian mahal, dan lainnya. Semua itu bagian dari hari raya. Bukan bagian dari Idul Fitri.

Dua Makna Idul Fitri

Setiap orang bisa berhari raya. Tetapi tidak setiap orang bisa ber-Idul Fitri. Mengapa? Ada dua pendapat tentang asal kata Idul Fitri.

Pertama: Idul Fitri berasal dari kata Idul Futhur. Id artinya kembali. Futhur artinya sarapan atau makan pagi. Jadi Idul Fitri berasal dari kata Idul Futhur itu artinya kembali sarapan.

Mengapa dikatakan kembali sarapan? Karena hari-hari kemarin selama sebulan kita tidak sarapan atau makan pagi. Kita sedang berpuasa. Memasuki 1 Syawal kita kembali sarapan. Kita dilarang berpuasa. Maka disebut Idul Futhur yang kemudian menjadi Idul Fitri.

Tentu kalimat kembali sarapan itu hanya ditujukan kepada orang yang hari-hari kemarin berpuasa. Yang tidak berpuasa tidak perlu ada kalimat ‘kembali sarapan’. Setiap pagi mereka sudah sarapan. Sudah menghabiskan soto satu mangkok atau nasi rawon satu piring.

Jadi kata Idul Fitri yang bermakna kembali sarapan hanya untuk orang yang berpuasa. Yang tidak berpuasa tidak memerlukan seruan kembali sarapan. Tidak perlu Idul Futhur atau Idul Fitri.

Baca Juga:  Prof Rasjidi dan Remas

Makna Ruhaniyah Idul Fitri

Selanjutnya ada yang berpendapat lebih ruhaniyah. Idul Fitri berasal dari Idul Fitrah. Id artinya kembali. Fitrah artinya bersih. Jadi Idul Fitri artinya kembali bersih. Dikatakan kembali bersih karena orang yang berpuasa dosa-dosa masa lalunya diampuni Allah. Maka ketika pada 1 Syawal, dia menjadi orang yang kembali bersih.

Tentu saja ini hanya bisa dicapai oleh orang yang berpuasa dengan penuh kesungguhan. Orang yang berpuasa sekadarnya, apalagi yang tidak berpuasa tidak bisa menjadi bersih. Artinya mereka tidak Idul Fitri. Mereka hanya berhari raya.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Siapa saja yang berpuasa ramadan dengan iman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa-dosanya di masa lalu” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Mudah-mudahan kita termasuk orang yang berhari raya sekaligus ber-Idul Ftiri. Tentu dalam suasana wabah Corona, hari raya tidak bisa meriah seperti hari-hari normal. Jadi ada orang yang hanya dapat hari raya saja tanpa Idul Fitri. Ada orang yang dapat hari raya sekaligus dapat Idul Fitri.

Jujur Buah Puasa

Rasulullah SAW juga menegaskan syarat pertama yang harus dipenuhi orang berpuasa agar puasanya bernilai adalah bersikap jujur dalam hidupnya. Jujur adalah pintu utama dan pertama menuju kebaikan. Jika orang tidak jujur maka tidak ada kebaikan yang bisa dibangun.

Apakah yang bisa dilakukan di tengah kehidupan yang serba bohong dan curang? Tidak ada! Karena itu mari kita suburkan kejujuran dalam kehidupan kita. Tanpa kejujuran puasa kita menjadi sia-sia.

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak bisa meninggalkan bicara bohong dan tidak meninggalkan perbuatan curang serta berbuat bodoh, maka Allah tidak pedulikan orang itu meninggalkan makan dan minumnya (puasanya). (HR al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Kelompok ketiga adalah orang yang ber-Idul Fitri tetapi tidak berhari raya. Mereka ini melaksanakan ibadah puasa dengan baik. Maka ketika 1 syawal dosa-dosanya diampuni Allah dan menjadi bersih kembali.

Namun kondisi wabah Corona menyebabkan dia tidak bisa menikmati hari raya. Dia dirumahkan. Kena PHK. Tidak bisa bekerja. Kehilangan sumber nafkah. Warung ditutup. Pasar ditutup. Dia masih mencari alternatif kegiatan yang bisa menjadi sumber nafkah. Dia ber-idul Fitri tetapi tidak sempat menikmati hari raya. Dia dalam keprihatinan terdampak wabah Corona.

Kelompok keempat: orang yang tidak berhari raya sekaligus tidak ber-Idul fitri. Mereka ini orang yang hidup semaunya sendiri. Acuh dengan apa saja. Acuh dengan ibadah. Acuh dengan lingkungan. Acuh dengan masyarakat. Acuh dengan keadaan sekitar. Hati mereka mati.

Baca Juga:  Ketika Pak AR Minta Pak Harto Mundur

Filosofi Janur dan Kupat

Dalam tradisi Jawa, hari raya itu disimbulkan dengan kupat atau ketupat. Kupat itu makanan yang bahannya dari beras dan dibungkus dengan janur atau daun kelapa. Bukan dibungkus dengan daun pisang atu daun jati.

Janur kependekan dari sejatining nur. Cahaya yang sesungguhnya. Yaitu cahaya dari Tuhan. Orang yang selesai melakukan puasa mestinya hidupnya menjadi terang benderang karena dapat cahaya Ilahi. Dalam dirinya ada janur, sejatining nur.

Namun untuk mendapat sejatinung nur, harus melalui Kupat artinya laku papat. Melakukan empat hal. Yaitu lebar, lebur, luber, dan labur.

Pertama, lebar artinya selesai. Puasanya harus tuntas. Satu bulan. Al-Quran menyatakan: Wa litukmilul iddata. Hendaklah kalian menyempurnakan bilangan puasamu (satu bulan) (al-Baqarah 185). Tidak boleh puasa tabuh kendang. Artinya hari awal berpuasa, hari terakhir berpuasa. Tengahnya bolong. Itu tidak lebar.

Kedua, lebur. Yang lebur adalah kesalahannya. Perbuatan dosanya. Sudah hilang. Sudah dihancurkan. Sudah berhenti total. Tidak akan diulang lagi. Sudah taubatan nasuha. Bertobat yang sungguh-sungguh.

Ketiga, luber. Artinya melimpah. Yang luber adalah kebaikannya. Banyak sekali kebaikan yang dilakukan setelah ibadah puasa. Ibarat air dituangkan ke gelas, maka air itu meluber saking banyaknya sehingga gelas tidak cukup untuk menampungnya. Terjadi perubahan amal baik yang luar biasa.

Keempat, labur. Dinding atau tembok yang dicat ulang dalam bahasa jawa disebut dilabur. Tembok yang dilabur akan tampak cerah dan bersih. Demikian juga orang yang selesai berpuasa, hidupnya akan bersih. Wajahnya bercahaya. Optimis, gembira, berpikir positip. Tidak berwajah ruwet, nelongso, sambatan melulu.

Baca Juga:  Muhammadiyah Itu Bukan Sekadar Papan Nama

Itulah orang yang mendapat janur, sejatining nur. Setelah kupat, mengadakan laku papat, melakukan empat hal. Lebar, lebur, luber dan labur. Apakah kita akan memperoleh janur? Sejatinung nur? Cahaya sejati dari Ilahi? Hanya kita yang tahu karena kita yang merasakan.

Memudarnya Tradisi Kupat

Dahulu anak gadis hampir wajib bisa membuat kupat. Sekarang membuat kupat dianggap ribet. Lebih baik beli jadi. Nanti di rumah tinggal mengisi beras dan direbus. Namun itupun masih dianggap ribet.

Maka lebih praktis beli yang sudah matengan. Nanti di rumah tinggal makan. Memang lebih praktis. Namun ada yang hilang. Mereka tidak lagi paham mengapa harus membuat kupat dari daun kelapa. Dari janur. Bukan dari daun pisang. Nilai filsafatnya yang hilang karena tidak paham.

Ada juga yang berpendapat kata kupat berasal dari kata kaffah. Berubah kuffah. Lalu menjadi kupat. Artinya sempurna. Maksudnya orang yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti puasa sunnah syawal enam hari, maka puasanya sempurna seperti puasa setahun penuh.

Di desa hari raya kupat atau kupatan itu diselenggarakan setelah selesai enam hari puasa Syawal. Pada hari ke delapan bulan Syawal mereka berkumpul di masjid sambil masing-masing membawa kupat. Tradisi itu sekarang hampir punah.

Selamat Idul Fitri. Taqabbalallhu minna wa minkum. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Filosofi KupatIdul Fitri 1441Janur Sejatining NurMakna Idul FitriNur Cholis Huda
Share908SendTweet453

Related Posts

Pengemis: Diberi atau Tidak? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Headline

Ahlan wa Sahlan 2021: Kejar Amal Baik, Bukan Nama Baik

Rabu 30 Desember 2020 | 14:26
62.9k
Balasan bagi yang Menyakiti Ulama
Headline

Balasan bagi yang Menyakiti Ulama

Jumat 25 Desember 2020 | 10:00
11k
Pengemis: Diberi atau Tidak? Kolom ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Headline

Hari-Hari Sulit bagi Muhammadiyah

Senin 16 November 2020 | 05:49
8.6k
Mohammad Natsir Bapak NKRI. Ditulis oleh Ustadz Nur Cholis Huda, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur; penulis buku-buku inspiratif.
Featured

Mohammad Natsir Bapak NKRI

Selasa 3 November 2020 | 13:55
19k
Opini Ringan Berbobot, Baca Karya Nur Cholis Huda
Kabar

Opini Ringan Berbobot, Baca Karya Nur Cholis Huda

Sabtu 24 Oktober 2020 | 20:11
296
Pak AR, Pak Harto, dan Muhammadiyah
Featured

Pak AR, Pak Harto, dan Muhammadiyah

Rabu 21 Oktober 2020 | 15:15
6.8k
Next Post
Muhammadiyah Situbondo Tiadakan Shalat Idul Fitri

Muhammadiyah Situbondo Tiadakan Shalat Idul Fitri

Donor Darah Aisyiyah Bondowoso-PMI

Donor Darah Aisyiyah Bondowoso-PMI

Kemenristek diminta beri prioritas perhatian riset Covid-19 yang dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia, baik negeri maupun swasta.

Kemenristek Diminta Beri Perhatian Riset Kampus soal Covid-19

MCCC Sidoarjo gelar baksos di sebelas titik ranting se-cabang Sidoarjo. Kegiatan bakti sosial dampak Covid-19 itu dihelat pada Ahad (17/5/20).

MCCC Sidoarjo Gelar Baksos di 11 Titik

Bakti Ramadhan PCM Kenebejo Ngawi memasuki tahun keempat. Kegiatan yang bertajuk Bersama untuk Sesama itu digelar Jumat (15/5/20).

Bakti Ramadhan PCM Kenebejo Ngawi

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa
Ngaji Hadits

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa

Jumat 22 Januari 2021 | 09:06
387

Potret udara soal kerusakan kantor Gubernur Sulawesi Barat yang diguncang gempa (Foto dok CT Arsa sumber detik.com) Musibah, Cara Allah...

Read more
Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
855

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
269

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
432

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more

Berita Terkini

Rezeki Mahal di Tengah Covid. Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.

Tuhan: Ia, Dia, atau Beliau?

Kamis 28 Januari 2021 | 15:36
Sentra IT di Playgroup Tunas Aisyiyah berlangsung menarik dan seru, Rabu (27/1/21). Kegiatan sentra IT berbeda dengan pembelajaran biasanya

Sentra IT di Playgroup Tunas Aisyiyah, Seru!

Kamis 28 Januari 2021 | 12:54
Muhammadiyah dan Amal Usaha Demo

Muhammadiyah dan Amal Usaha Demo

Kamis 28 Januari 2021 | 12:18
Kisah Sukarno Terpesona KH Ahmad Dahlan oleh M. Anwar Djaelani, peminat biografi tokoh-tokoh Muslim.

Kisah Sukarno Terpesona KH Ahmad Dahlan

Kamis 28 Januari 2021 | 11:29
Siswi Matsmunam Ini Kembali Ukir Prestasi

Siswi Matsmunam Ini Kembali Ukir Prestasi

Kamis 28 Januari 2021 | 09:29
153 warga Cina

153 Warga Cina yang Sakti

Kamis 28 Januari 2021 | 06:57
Podcast Jembermu Solusi Dakwah Era Pandemi

Podcast Jembermu Solusi Dakwah Era Pandemi

Rabu 27 Januari 2021 | 21:59
Dua pidato Jokowi

Dua Pidato Jokowi yang Kontradiktif

Rabu 27 Januari 2021 | 21:51
Peduli korban gempa bumi dengan saling membantu, menghargai, bekerjasama, dan saling berbagi empati merupakan sesuatu hal yang penting.

Peduli Korban Gempa, Unismuh Terus Berkordinasi

Rabu 27 Januari 2021 | 17:26
Wajah Baru IPM Milenial Spemdalas

Wajah Baru IPM Milenial Spemdalas

Rabu 27 Januari 2021 | 15:49

Berita Populer Hari Ini

  • Trisila muncul dalam RUU HIP tanda Pancasila belum selesai. Foto Abdul Mu'ti.

    Kenapa Tak Ada yang Ngaku Keturunan Yesus?

    33304 shares
    Share 13322 Tweet 8326
  • Kisah Sukarno Terpesona KH Ahmad Dahlan

    8411 shares
    Share 3364 Tweet 2103
  • Wakaf Uang di Tengah Korupsi Uang Rakyat

    1716 shares
    Share 686 Tweet 429
  • 153 Warga Cina yang Sakti

    1638 shares
    Share 655 Tweet 410
  • Dua Pidato Jokowi yang Kontradiktif

    1583 shares
    Share 633 Tweet 396
  • Elliyah Fatmawati Susul Dua Saudaranya, Wafat dalam Sebulan

    22701 shares
    Share 9080 Tweet 5675
  • Kasus Covid-19 Dunia Tembus 100 Juta, Haedar Nashir Keluarkan Tiga Seruan

    1610 shares
    Share 644 Tweet 403
  • Jipolmu Lamongan Baksos Banjir Kalitengah

    227 shares
    Share 91 Tweet 57
  • Muhammadiyah dan Amal Usaha Demo

    186 shares
    Share 74 Tweet 47
  • Abdul Mu’ti, Bapak Muhammadiyah Garis Lucu

    936 shares
    Share 374 Tweet 234
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama