• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

The New Normal Terserah

Selasa 26 Mei 2020 | 13:57
in Headline, Kolom
0
1.5k
SHARES
1.5k
VIEWS
The New Normal Terserah. Kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior yang tinggal di Kota Surabaya.
Dhimam Abror Djuraid penulis The New Normal Terserah. (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

The New Normal Terserah. Kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior yang tinggal di Kota Surabaya.

PWMU.CO – Tepat pada saat umat Islam merayakan Idul Fitri (24/5), harian The New York Times edisi Ahad menampilkan di halaman depan nama-nama 100 ribu korban meninggal akibat Covid 19.

“An Uncalculable Loss”, sebuah kehilangan yang tak terhitungkan, begitu tulis The New York Times.

Para korban itu bukan sekadar deretan nama-nama atau angka statistik tanpa makna. Daftar itu menunjukkan bahwa kita semua berada pada masa kelam peradaban manusia yang ternyata rapuh dan rentan.

Pada saat yang bersamaan, Jawa Pos di Surabaya terbit dalam edisi khusus lebaran menurunkan seri ke-16 features mengenai almarhum Didi Kempot. Serial itu bersambung sampai ke edisi ke-20, dan masih terlihat akan bersambung lagi.

Kalau benar kata McLuhan (1964) bahwa media adalah cermin masyarakat, the mirror of society, maka inilah kondisi real yang sedang terjadi di sekitar kita. Perdebatan antara yang pro dan kontra terlihat jelas. Ada yang tegas mengatakan belum saatnya pengendoran lockdown. Di sisi lain desakan sangat besar untuk segera move on menapaki the new normal.

Media Dituding Bagian Konspirasi

Banyak yang menuding media memberitakan pandemi Covid 19 secara berlebihan sehingga menyebabkan histeria, ketakutan, masyarakat luas. Media terlampau membesar-besarkan bahaya virus itu. Bahkan, media juga menjadi bagian dari sebuah konspirasi besar.

Akibat dari pemberitaan yang berlebihan itu masyarakat menjadi takut berlebihan, sampai tidak berani keluar rumah dan lebih memilih mengunci diri di rumah. Ketakutan berlebihan itu memberi justifikasi kepada kekuasaan untuk menerapkan kebijakan lockdown dan memberangus kebebasan dan kemerdekaan masyarakat. Begitu tudingannya.

Ujungnya akan terjadi perselingkuhan antara pemodal dan penguasa untuk mengeksploitasi histeria massa ini untuk menangguk keuntungan finansial besar dari berbagai proyek pengadaan peralatan kesehatan, obat-obatan, pengadaan vaksin, dan berbagai proyek berbiaya besar atas nama perang melawan pandemi.

Karena itu, demikian teori konspirasi ini, media jangan over-expose terhadap pandemi ini. Jangan menakut-nakuti publik dengan berbagai berita mengerikan mengenai kematian korban tiap detik, tiap jam, tiap hari. Berikanlah optimisme dan pengharapan kepada publik, berikanlah berita-berita yang menghibur. Maka, muncullah, antara lain serial Didi Kempot 20 hari berturut-turut.

Baca Juga:  Legenda Sepakbola Hanafing Pimpin Seleksi Pemain PSHW

Media selalu dipandang dengan kacamata hate and love relation, benci tapi rindu. Media selalu dianggap sebagai panasea, obat dari berbagai macam penyakit. Jika ada problem apapun paling mudah menyalahkan media. Tetapi, sangat jarang media mendapat kredit dari satu keberhasilan atau capaian.

Dalam perspektif “Uses and Gratification”, publik akan memakai media sesuai dengan persepsi kebutuhanya. Jika media bisa memenuhi kebutuhan publik maka media akan dipakai. Jika publik ingin berhati-hati terhadap wabah Covid 19 dan media menyediakan informasi itu, maka publik akan membaca media tersebut.

Sebaliknya, jika publik tak acuh dengan wabah dan lebih asyik membaca Didi Kempot, maka media yang menyediakannya akan dibaca publik sesuai kebutuhannya.

Developmentalism

Filosof dan ekonom India, Amartya Sen (1999) menegaskan bahwa bencana kemiskinan dan kelaparan tidak terjadi di negara demokratis yang mempunyai pers bebas.

Studinya membuktikan bahwa kelaparan masif di India dan Afrika pada 1970-an terjadi bukan karena tidak ada stok makanan, tapi karena maladministrasi, salah urus, karena tidak ada mekanisme kontrol, termasuk dari pers.

Sen membantah “Hipotesa Lee” dari mendiang Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, yang menyatakan bahwa untuk bisa membangun maka butuh pemerintah yang kuat, oposisi, dan pers harus dikontrol. Pandangan pragmatis Lee ini memunculkan paradigma pembangunan “Developmentalism” yang di Indonesia diadopsi menjadi “Pembangunanisme” Orde Baru.

Mazhab Developmentalism mempertanyakan mana yang harus diprioritaskan antara pembangunan fisik dan pembangunan demokrasi, dengan asumsi keduanya tak bisa dicapai bersama-sama.

Maka mazhab Developmentalism dengan tegas memilih pembangunan fisik dengan ongkos pembangunan demokrasi. Singapura sukses menerapkan mazhab ini, Indonesia gagal total.

Rezim Jokowi mere-adopsi konsep ini dengan menerapkan “Neo-developmentalism” dengan fokus utama pembangunan infrastruktur dengan ongkos pembangunan demokrasi yang harus dipinggirkan.

Oposisi politik dieliminasi dan kritik media direspons secara opresif. Ancaman terhadap jurnalis senior Farid Gaban yang mengkritisi kebijakan Menteri UKM, adalah wujud dari politik Neo-developmentalism,

Baca Juga:  Pilkada Sabung Nyawa

Development as Freedom

Sen, mempunyai mazhab yang berbeda. Ia memperkenalkan konsep “Development as Freedom” (1998), pembangunan sebagai kebebasan, membangun ekonomi sekaligus membangun kebebasan demokrasi. Dalam hal ini, pers bebas dan independen menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan melalui mekanisme kontrol sosial.

Pandangan ini terasa relevan dalam kondisi pandemi saat ini. Pers yang bebas dan independen akan menjadi early warning system, sistem peringatan dini, sekaligus kontrol terhadap pelbagai penyelewengan kebijakan.

Ironisnya, pers sendiri bisa menjadi korban pandemi. Ibarat paku yang mengunci peti mati, nail in the coffin, media bisa ikut terkubur bersama kematian ekonomi akibat pandemi ini. Karena itu, menjadi tanggung jawab masyarakat dan negara supaya media tetap survive agar bisa memainkan peran sebagai pengontrol kebijakan sekaligus melakukan diseminasi optimisme dalam situasi the new normal.

Ketakutan yang berlebihan akan membunuh ekonomi. Sebaliknya keterbukaan yang tidak terkontrol akan membunuh semakin banyak rakyat.

Setelah Idul Fitri lewat, masyarakat sudah tidak sabar untuk balik ke kehidupan normal lagi. Masyarakat seolah sudah tidak peduli lagi terhadap pandemi. Masyarakat tidak peduli bahwa penyakit mematikan itu masih ada di sekitar kita.

Jalanan penuh sesak di mana-mana. Pengunjung mal membludak. Pasar-pasar penuh dengan pedagang yang berdesakan dengan pembeli. Masjid dan mushala penuh dengan jamaah.

Rasanya perang sudah dianggap selesai. Bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Belum tahu siapa pemenangnya. Tapi, sudah ada gencatan senjata untuk hidup berdampingan secara damai dengan musuh yang tidak terlihat itu.

Hati-Hati The New Normal Terserah

Kita harus belajar secara teliti supaya tidak berakibat fatal dalam mengambil langkah. Herd immunity gagal di Swedia. Taiwan, bukan anggota WHO, tapi sukses mengatasi pandemi. Jepang yang standar tradisi kebersihannya tinggi terbukti sukses mengatasi pandemi.

Amerika tidak menerapkan lockdown total, dan sekarang sudah sangat bernafsu untuk membuka diri kembali. Kebijakan ini memicu pro-kontra yang sangat dalam, dan New York Times menentangnya dengan memaparkan daftar 100 ribu nyawa yang telah melayang.

Baca Juga:  Djuraid Mahfud: Berjihad Lawan Belanda, Jalan Kaki Madiun-Tegal

Indonesia harus berhati-hati, karena tiap negara mempunyai problem yang berbeda. Masih harus dikaji serius apakah bonus demografik akan membantu Indonesia mengatasi krisis dengan membebaskan usia produktif untuk bekerja kembali. Tidak ada studi komprehensif yang mendukung pandangan ini.

Jepang mempunyai postur demografik seperti piramida terbalik dengan jumlah tenaga produktif berada di bawah dan harus mendukung orang-orang tua non produktif yang jumlahnya jauh lebih besar.
Faktor budaya menjadi kunci sukses Jepang. Standar higenitas tinggi, budaya kebersihan tinggi, budaya memakai masker sudah lama diterapkan setiap musim flu, dan budaya melepas sepatu saat masuk rumah masih diterapkan secara luas.

Dan, yang tak kalah penting, orang Jepang rata-rata tidak suka banyak omong di tempat umum, dan karena itu risiko droplet dari air ludah yang muncrat lebih kecil. Inilah yang menjadi faktor rendahnya tingkat penularan.

Amerika terserang obesitas nasional yang parah. Satu dari empat orang dewasa Amerika masuk kategori obes. Presiden Trump berusia 71 tahun, tinggi badan 1,90 meter, dan berat badan 108 kilogram jelas masuk kategori obes. Karena itu Amerika masuk negara berisiko tinggi.

Wilayah Afrika relatif rendah tingkat risikonya karena virus mengalami mutasi kecil sehingga ada kemungkinan tidak seganas di wilayah lain. Ada kemungkinan cuaca yang panas menjadi faktor pembeda. Mudah-mudahan ini menjadi kabar baik bagi Indonesia.

Tak Sabar Bisa Berujung Fatal

Sambil menunggu vaksin ditemukan dan sistem pelayanan kesehatan ditingkatkan, masyarakat terlihat sudah tidak sabar untuk kembali ke new normal. Sampai sekarang belum ada satu vaksin pun yang ditemukan. Salah satu studi mengenai kekebalan justru membuktikan bahwa kekebalan hanya bertahan enam bulan dan bisa kambuh lagi.

Dua pekan ke depan akan menjadi the moment of truth bagi Indonesia. Terjadi ledakan warga sebelum lebaran di pelbagai pasar dan pusat perbelanjaan, juga terjadi ledakan interaksi warga di saat lebaran, yang menimbulkan kekhawatiran akan bermunculan klaster-klaster baru, sampai-sampai banyak yang angkat tangan dan berteriak: “Terserah”.

Mudah-mudahan tidak terjadi the new normal terserah. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Dhimam Abror DjuraidThe New Normal
Share581SendTweet363

Related Posts

Pigai, Say No to Racism
Kolom

Pigai, Say No to Racism

Sabtu 9 Januari 2021 | 16:54
31k
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Manusia-Manusia Telanjang

Sabtu 2 Januari 2021 | 12:42
488
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Skenario Kilometer 24

Senin 28 Desember 2020 | 15:43
697
Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.
Kolom

Resafel Salah Nama

Rabu 23 Desember 2020 | 05:32
5.2k
Wangsa Politik Joko Widodo
Kolom

Wangsa Politik Joko Widodo

Senin 14 Desember 2020 | 11:07
414
Gus Dur dan Polisi
Kolom

Gus Dur dan Polisi

Sabtu 12 Desember 2020 | 11:23
1.6k
Next Post
Abdul Fatah: Kiainya Wong Cilik. Mengisahkan kesederhanaan dan kedekatan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan periode 1995-2000 dan 2005-2010.

Abdul Fatah: Kiainya Wong Cilik

Ali Murtadlo. Abnormal Dibilang New Normal.

Awas Melar Lagi Usai Lebaran

Berpuasa Enam Hari seperti Setahun ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.

Berpuasa Enam Hari seperti Setahun

Kisah haru Ketua Badan Muhammadiyah Development Training Centre (MDTC) Kabupaten Gresik Drs Turhan Husnan MSi memberi hikmah bagi semua.

Kisah Haru Ketua MDTC Gresik

Pembelajaran Otentik (Authentic Learning) menjadi salah satu alternatif yang dapat dikembangkan selama pandemi Covid-19. Prof Dr Zainuddin Maliki MSi berbagi kisahnya saat berkunjung ke Perth, Australia Barat, akhir 2011 lalu.

Pembelajaran Otentik di Tengah Covid

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
429

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
160

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
351

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more
Keutamaan Amalan Nabi Daud
Ngaji Hadits

Keutamaan Amalan Nabi Daud

Jumat 25 Desember 2020 | 06:26
416

Keutamaan Amalan Nabi Daud (Ilustrasi freepik.com) Keutamaan Amalan Nabi Daud ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more

Berita Terkini

Pemecatan ketua KPU

Pemecatan Ketua KPU Dinilai Berlebihan

Jumat 15 Januari 2021 | 21:43
Muhammadiyah Respon Cepat Gempa Sulawesi Barat

Muhammadiyah Respon Cepat Gempa Sulawesi Barat

Jumat 15 Januari 2021 | 21:26
Rahasia Mendatangkan Keberkahan Allah

Rahasia Mendatangkan Keberkahan Allah

Jumat 15 Januari 2021 | 21:15
Ali Jaber Wafat, Presiden Belum Ucapkan Belasungkawa

Ali Jaber Wafat, Presiden Belum Ucapkan Belasungkawa

Jumat 15 Januari 2021 | 19:00
Warganet

Warganet Tinggalkan WA, Pilih BiP

Jumat 15 Januari 2021 | 14:01
Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
Syekh Ali Jaber di Mata Ustadz Abdul Shomad

Syekh Ali Jaber di Mata Ustadz Abdul Shomad

Jumat 15 Januari 2021 | 10:45
PCM Sepanjang Buka Lowongan Kepala Sekolah

PCM Sepanjang Buka Lowongan Kepala Sekolah

Jumat 15 Januari 2021 | 08:49
Surat an Najm

Surat An Najm, Memahami Bahasa Langit

Jumat 15 Januari 2021 | 06:19
Jenazah Syekh Ali Jaber Dimakamkan di Pondok Darul Quran

Jenazah Syekh Ali Jaber Dimakamkan di Pondok Darul Quran

Kamis 14 Januari 2021 | 15:35

Berita Populer Hari Ini

  • Syekh Ali Jaber Wafat, Ini Kesan Din Syamsuddin

    Syekh Ali Jaber Wafat, Ini Kesan Din Syamsuddin

    7112 shares
    Share 2845 Tweet 1778
  • Warganet Tinggalkan WA, Pilih BiP

    1936 shares
    Share 774 Tweet 484
  • Lima Cara Bagaimana Anak Mengelola Uang

    1714 shares
    Share 686 Tweet 429
  • Jamu Tolak Virus Corona ala Berlian School

    3383 shares
    Share 1353 Tweet 846
  • Wafat, dr Samsu Dluha ‘Susul’ Kepulangan Kakaknya 11 Hari Lalu

    11483 shares
    Share 4593 Tweet 2871
  • Ali Jaber Wafat, Presiden Belum Ucapkan Belasungkawa

    644 shares
    Share 258 Tweet 161
  • Ini Kebijakan Muhammadiyah saat PPKM dan Fatwa Tarjih Vaksinasi Covid-19

    879 shares
    Share 352 Tweet 220
  • Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

    420 shares
    Share 168 Tweet 105
  • Pemecatan Ketua KPU Dinilai Berlebihan

    280 shares
    Share 112 Tweet 70
  • Jungkir Balik Covid-19 Pertanda Dajjal

    3424 shares
    Share 1370 Tweet 856
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 081233867797
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama