• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
Advertisement
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Din Syamsuddin: Pemakzulan Sesuatu yang Dimungkinkan

Senin 1 Juni 2020 | 19:31
in Headline, Kabar
0
1
SHARES
1
VIEWS
Pemakzulan sesuatu yang dimungkinkan. Karena Islam dan pemikiran politik Islam menganggap suci sebuah amanat kepemimpinan.
Prof Dr Din Syamsuddin MA dalam Webinar Mahutama (Darul Setiawan/PWMU.CO)

PWMU.CO – Din Syamsuddin: Pemakzulan sesuatu yang dimungkinkan. Karena Islam dan pemikiran politik Islam menganggap suci sebuah amanat kepemimpinan.  

Demikan penilaian Guru Besar Pemikiran Politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Din Syamsuddin MA dalam Webinar Masyarakat Hukum dan Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama) bertema Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan di Era Pandemi Covid-19, Senin (1/6/20).

Menurut Din, dalam pemikiran politik Islam, ada yang berpendapat, pemimpin, imam, atau khalifah ketika naik ke tahta kepemimpinan atas dasar baiat, bersifat tuntas atau tidak dapat ditarik kembali.

Namun, banyak ulama lain yang mengatakan itu sesuatu yang bisa (ditarik kembali). Apalagi jika amanat kepemimpinan itu tidak ditunaikan sebagai amanat.

Maka, kata Din, jika ada penyimpangan dari amanat, maka kelompok ini memberikan hak kepada rakyat yang disebut dengan haqqul muarradah, hak untuk mengeritik dan juga mengoreksi.

“Bahkan nanti, ada hak untuk menyoal kembali amanat yang telah diberikannya itu, yakni menarik kembali mandat tersebut. Itulah yang disebut dengan pemakzulan,” papar Din.

Din Syamsuddin menyebut, kata pemakzulan berasal dari bahasa Arab yang diambil ke dalam bahasa Indonesia. Meski, dia merasa dalam dalam hukum tata negara tidak disebut UUD 1945 dengan pemakzulan, tetapi impeachment. “Yang mana impeachment pada proses, sementara pemakzulan pada hasil akhirnya,”ujarnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2015 itu melanjutkan, ada banyak istilah politik Islam. Seperti makzul dari kata azala yang artinya itu mencopot sesuatu dan menyingkirkannya ke samping. Sehingga dia tersingkir. “Dalam lisanu arab, arti pemakzulan saya kira sangat kuat dibandingkan dengan impeachment di dalam bahasa Inggris,” ungkap Din.

Baca Juga:  Sah, Saifullah Rochim Pimpin SD Muhida

Pemakzulan Sesuatu yang Dimungkinkan

Dalam tradisi politik Islam, lanjut Din, ada beberapa gradasi dari pemakzulan itu. Ada yang sekadar penyingkiran dan pencopotan. “Ada juga tingkat yang tertinggi, kita keluar karena rakyat memberontak, karena rakyat melakukan aksi-aksi terutama dalam amar makruf nahi munkar, yang tentu ada syarat-syarat tertentu,” jelas Din.

Din mengatakan, dalam Islam dan pemikiran politik Islam sifatnya sangat tegas dan keras. Kenapa? Karena amanat kepemimpinan itu sesungguhnya suci. “Karena amanat rakyat merupakan amanat Tuhan. Maka pemakzulan sesuatu yang dimungkinkan,” ujarnya. Di dalam pendapat beberapa teoritikus politik Islam, seperti al-Mawardi yang sangat terkenal itu. Pemakzulan imam atau pemimpin, mungkin dilakukan jika syarat-syaratnya sudah tertanggalkan.

Syarat pertama adalah ketiadaaan keadilan, sehingga seorang pemimpin tidak berlaku adil dan melakukan kezaliman. Seperti tidak mampu menciptakan keadilan dalam masyarakatnya, di kalangan rakyat warga negaranya. Pemimpin itu hanya menciptakan satu kelompok lebih kaya daripada yang lain, ada kesenjangan ekonomi.

“Ini sangat-sangat asasi sekali. Maka itulah syarat sebagai pemimpin. Jika itu hilang atau berkurang, maka itu sebagai syarat bisa dilakukan pemakzulan,” ungkapnya.  

Kedua, lanjut Din, Al-Mawardi mengisyaratkan adanya adamul ilmi. Ketiadaan ilmu pengetahuan, kerendahan, dan kelangkaan visi. Terutama tentang cita-cita hidup berbangsa dan bernegara. Tentu dalam kaitan khilafah, itu suatu visi kepemimpinan yang sangat kuat untuk membawa rakyat warga negara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.

“Dalam konteks negara modern, visi itu adalah cita-cita nasional suatu bangsa. Seperti bangsa Indonesia yaitu yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur,” kata Din. Maka, lanjutnya, jika ketidakadilan tidak mampu untuk diwujudkan dan ditampilkan seorang pemimpin, baik adamul adli maupun adamul ilmi, maka ini sudah menjadi syarat bagi pemakzulan.

Baca Juga:  Yudi Latif: Muhammadiyah seperti Anak-Anak Kitab Putih

Praktik Pembodohan Kehidupan Bangsa

Din menilai, adamul ilmi adalah pemahaman visi yang tidak sesuai. Seperti di Indonesia yang betul-betul tidak memahami Pancasila. Ketika visi tentang Pancasila  itu baik, apalagi yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, maka tidak ada pembungkaman kampus.

“Jika ada pembungkaman kegiatan-kegiatan akademik, pemberangusan mimbar akademik, itu sebenarnya bertentangan secara esensial dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam praktik-praktik sebaliknya adalah pembodohan kehidupan bangsa,” ujar Din.

Syarat lain yang disebut al-Mawardi adalah ketika seorang pemimpin di sebuah negara atau sebuah bangsa itu kekurangan kekuatan. Kehilangan kewibaan, karena kehilangan dan kekurangan kemampuan untuk memimpin, terutama dalam situasi kritis. Dan seorang pemimpin itu akan terlihat kemampuannya pada masa kritis. Bisakah dia memimpin.

“Apakah pemimpin itu terdikte oleh orang, baik keluarganya ataupun orang terdekatnya untuk bisa menjalankan kepemimpinannya?. Juga terkekang atau tertekan oleh kekuatan-kekuatan lain. Seperti dalam hubungan internasional. Ketika kita kehilangan kedaulatan karena tunduk dan patuh pada kekuatan asing,” ungkap Din.

Konstitusional Diktatorsif

Din lalu menyampaikan pendapat Imam al-Ghazali yang menyetujui, bahkan memungkinkannya pemakzulan pemimpin itu. Sama halnya dengan al-Mawardi tentang ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan pemimpin. Terutama orientasi represif dan diktatorsif.

“Dan saya melihat kehidupan kenegaraan kita terakhir ini membangun konstitusional diktatorsif. Kediktatoran konstitusional bersemayam dalam konstitusi. Seperti perpu menjadi undang-undang. Dan sejumlah kebijakan-kebijakan lain yang menimbulkan political unpower, tidak lagi dapat memimpin. Oleh karena itu masyarakat akan mengeritik,” paparnya.  

Baca Juga:  Jika Dakwah Hanya di Masjid, Siapa yang Selamatkan Pedagang Kecil dari Jeratan Rentenir?

Maka, kata Din, seorang Rasyid Ridha, yang lebih modern dari Imam al-Ghazali, pada awal abad ke-20 bahkan menyerukan pada rakyat untuk melawan pemimpin yang zalim dan kepemimpinan yang tidak adil. Dan terutama kepemimpinannya itu membahayakan kehidupan bersama, seperti melanggar konstitusi. “Sekarang ini kehidupan nasional kita mengalami deviasi, distorsi, dan disorientasi dari nilai-nilai dasar itu,” jelasnya.  

Din lalu mencontohkan tentang paham komunis yang jelas-jelas pada TAP MPR dilarang. Tapi ketika diberi ruang gerak, dan tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap persebaran dan kebangkitannya kembali, ini sungguh membahayakan.

“Dan ini kita hanya menyediakan jalan bagi pengulangan sejarah di Indonesia. Serta mengganggu serta menggoyahkan negara Pancasila itu sendiri yang ikut didirikan ramai-ramai,” ungkap Din.

Din Syamsuddin yang ingin memberikan perspektif pemikiran Islam dalam tema tersebut menilai, bahwa apa yang ingin dibahas dalam webinar memiliki landasan dalam hal agama Islam dan politik Islam. “Dan absah adanya jika ingin membicarakan dan memberi penjelasan dari perspektif konstitusi kita,” tuturnya.

Din mengatakan dalam webinar itu dia berbicara sebagai Guru Besar Pemikiran Politik Islam. Maka, ujarnya, pikiran-pikiran yang diajukan adalah dari khazanah pemikiran politik Islam.

Sebagai pembicara kunci dalam webinar tersebut, Din awalnya tidak bersedia karena bukan ahli hukum tata negara. Namun, tergerak ikut serta, lebih-lebih sebagai pendengar yang baik, karena sempat menduga acara ini akan dihalang-halangi, dan pemrakarsanya akan diteror. Sebagaimana terjadi di tempat lain. (*)

Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Darul SetiawanPemakzulan PresidenPemakzulan Sesuatu yang DimungkinkanProf Dr Din Syamsuddin
ShareSendTweet

Related Posts

Sah, Saifullah Rochim Pimpin SD Muhida
Kabar

Sah, Saifullah Rochim Pimpin SD Muhida

Senin 21 Desember 2020 | 12:12
1
Muhammadiyah seperti anak-anak kitab putih. Hal tersebut disampaikan Yudi Latif PhD dalam Webinar dan Fachrodin Award, Sabtu (19/2/20).
Headline

Yudi Latif: Muhammadiyah seperti Anak-Anak Kitab Putih

Sabtu 19 Desember 2020 | 15:52
1
Sekularisme di Prancis yang sudah diundangkan, bertujuan melindungi apapun keyakinan agama yang berkembang dan hidup di sana.
Kabar

Sekularisme di Prancis Melindungi Agama

Sabtu 19 Desember 2020 | 09:20
1
Teknologi harus berjalan dengan keadaban, tidak cukup dengan kebudayaan saja. Di tangan orang yang beradab, teknologi mendatangkan maslahat.
Kabar

Teknologi dan Keadaban Harus Sejalan

Selasa 15 Desember 2020 | 18:29
1
Wasathiyah Muhammadiyah, Din Syamsuddin: Luas, Luwes, Tegas, dan Mandiri
Kabar

Wasathiyah Muhammadiyah, Din Syamsuddin: Luas, Luwes, Tegas, dan Mandiri

Kamis 10 Desember 2020 | 08:17
1
Prasasti untuk almarhum Yudi Prianto dalam bentuk Life Time Achievement diberikan atas jasa pengabdiannya pada Pemuda Muhammadiyah.
Kabar

Prasasti untuk Almarhum Yudi Prianto

Rabu 9 Desember 2020 | 14:01
1
Next Post
Ekonomi Pancasila, Apa Kabar?

Ekonomi Pancasila, Apa Kabar?

Logika tidak beradab, rezim yang membungkam kebebasan. Karena kebebasan itu sesuatu yang tinggi. Hanyalah pada manusia beradab ada kebebasan.

Logika Tidak Beradab Rezim Bungkam Kebebasan

Klinik Khadijah Muncar Fungsikan Ramp Door Baru

Klinik Khadijah Muncar Fungsikan Ramp Door Baru

New Normal, Wali Murid Muhata Bersuara

New Normal, Wali Murid Muhata Bersuara

Penerbit Buku Islam dari Masa ke Masa

Penerbit Buku Islam dari Masa ke Masa

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa
Ngaji Hadits

Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa

Jumat 22 Januari 2021 | 09:06
1

Potret udara soal kerusakan kantor Gubernur Sulawesi Barat yang diguncang gempa (Foto dok CT Arsa sumber detik.com) Musibah, Cara Allah...

Read more
Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
1

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
1

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
1

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more

Berita Terkini

Korporasi Nggragas Para Taipan, kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal di Surabaya.

Madam Bansos, Anak Pak Lurah, dan Monyet Koruptor

Minggu 24 Januari 2021 | 15:13
Ahli bicara: Covid-19: Penularan dan Ikhtiar Mencegahnya. Artikel ini ditulis oleh Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt dari Universitas Indonesia.

Menjawab Teka-teki dan Pro-Kontra Vaksin Covid-19

Minggu 24 Januari 2021 | 09:54
Taubat Jusuf Kalla

Taubat Politik Jusuf Kalla

Minggu 24 Januari 2021 | 05:38
3 rumus diet alami

3 Rumus Diet Alami Turunkan Berat Badan, Efektif 100 Persen Berhasil

Minggu 24 Januari 2021 | 04:36
Teliti Budaya Tanean Lanjhang, Dosen UM Jember Raih Doktor

Teliti Budaya Tanean Lanjhang, Dosen UM Jember Raih Doktor

Sabtu 23 Januari 2021 | 20:29
Curahan Hati pun Bisa Jadi Modal Menulis Opini

Curahan Hati pun Bisa Jadi Modal Menulis Opini

Sabtu 23 Januari 2021 | 18:12
Harapan Smamsatu di Milad Ke-6 Smamio

Harapan Smamsatu di Milad Ke-6 Smamio

Sabtu 23 Januari 2021 | 15:26
Ini Momen Interaksi Siswa Berlian School dengan Al-Quran

Ini Momen Interaksi Siswa Berlian School dengan Al-Quran

Sabtu 23 Januari 2021 | 14:28
Muhammadiyah Jangan Tenggelam di Tengah Perubahan Cepat Ini

Muhammadiyah Jangan Tenggelam di Tengah Perubahan Cepat Ini

Sabtu 23 Januari 2021 | 13:52
9 Syarat Pemimpin Muhammadiyah

9 Syarat Pemimpin Muhammadiyah

Sabtu 23 Januari 2021 | 13:32

Berita Populer Hari Ini

Plugin Install : Popular Post Widget need JNews - View Counter to be installed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama