PWMU.CO-Mohon maaf terima kasih. Kata-kata yang sangat mudah diucapkan tapi kerap kita lalaikan. Coba kita ingat-ingat hari ini saja. Ketika sarapan dan makan siang tadi. Sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada asisten rumah tangga yang menyiapkannya.
Ketika mengisi bensin tadi, sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada petugasnya. Ketika bayar belanjaan di supermarket, sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada kasirnya. Ketika bayar tiket parkir, tidak lupakah kita mengucapkan terimakasih?
Kepada security yang membukakan pintu, sudahkah kita sampaikan terima kasih. Kepada anak buah yang memberikan update keuangan, sudahkah kita mengucapkan terima kasih?
Mengapa sering lalai? Karena merasa tidak perlu. Ada perasaan: kan sudah digaji. Kan sudah dibayar. Kan, memang tugasnya.
Kita fasih dan mudah berterima kasih jika mendapat compliment seperti: Bro, presentasimu tadi excellent. Wuih, mainmu hari ini cakep luar biasa.
Tapi, bagaimana jika dikritik? ”Bro, kamu ga siap ya, tumben presentasimu jelek.” Bisakah kita tetap mengucapkan terima kasih dan tidak kick back pengkritik misalnya dengan, ”Thanks Bro. Saya perbaiki lagi.”
Atau pernahkah mendapat kritikan paling pedas seperti ”Itu ide terbodoh yang pernah saya dengar.” Panas? Serang balik? Jangan. Tetaplah cool dan berterima kasihlah. Jika bisa mengontrol diri meski diserang seperti itu. Anda akan kelihatan keren.
Pernah ngegym lalu ketemu sesama member dan digurui begini caranya, begitu caranya. Kadang kita jengkel mendengarnya. Apalagi kalau kita merasa lebih mahir. Bisakah kita tetap mengapresiasi. ”Oh gitu ya, OK oke, thanks, Bro.” Kelihatan lebih bersahabat ketimbang,”Sok tahu lu, dah berapa lama di sini?”
Alasan Sulit Mohon Maaf
Mohon maaf? Mudah diucapkan tapi kadang sulit diterapkan. Apalagi kalau sudah mencampuradukkan dengan gengsi, pangkat, strata kelas dan sebagainya. Inilah lima alasan susahnya minta maaf seperti ditulis Guy Winch PhD di Psychology Today, 29 Mei 2013.
Pertama, tidak mengakui salah, buat apa minta maaf. Kedua, malu mengakui salah. Ketiga, takut membuka konflik begitu mengaku salah. Keempat, takut dimintai pertanggungjawaban begitu mengakui salah. Kelima, tak mengaku salah agar merasa berhak untuk marah.
Padahal memaafkan, menurut Henry Boye, dalam The Power of an Apology, mempunyai banyak manfaat. 1. Dia tidak sakit hati lagi hanya karena kamu mengatakan,”sorry”, 2. Perbaiki kepercayaan, 3. Permintaan maaf yang tulus akan membuka sinar baru hubungan Anda, 4. Seperti dikatakan Guy Winch, psikolog dan penulis buku Emotional First Aid, permintaan maaf bisa menyembuhkan luka yang tersakiti dan segera move onorang yang menyakiti.
Mari bergembira menjadi orang yang mudah memaafkan dan berterima kasih. Hati tenang, orang lain pun senang. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post