PWMU.CO– Stop! Ada asap, kata Abah DI, panggilan Dahlan Iskan, menyuruh saya berhenti memimpin ambil napas panjang. Padahal, saya baru sampai hitungan empat. Biasanya tarik nafas panjang mengakhiri senam dihitung 21 kali atau setidaknya 15 kali.
Mengapa takut asap? Karena asap sangat berbahaya bagi tubuh. Menurut US Envirronmental Protection Agency, bahaya pembakaran sampah menghasilkan zat berbahaya terutama penyakit pernafasan. Karbon monoksida (CO2) dan formaldehida (formalin).
Selain itu, menurut Christine Wiedinmyer, peneliti di US National Center for atmospheric research, sebanyak 29 persen asap mengandung partikel logam yang menembus langsung paru-paru. Selain itu, 10 persen kandungan polutan sampah mengandung merkuri dan 40 persen hidrokarbon aromatik polisklik (PHA).
Menurut dr Yusra Firdaus, yang dipublikasikan di Hello Sehat 10 2018, asap pembakaran menyebabkan banyak materi tak kasat mata seperti hidrogen sianida, benzena, stiren, arsen, kromoum, dioksin, furan yang membahayakan kesehatan.
”Stop bakar sampah di pekarangan rumah kita. Sangat membahayakan penghuninya. Jangan dikira kalau sudah bakar selesai, tidak. Polutan yang berbahaya itu masih menempel di mana-mana, pohon, tembok, rumput, tanaman, buah, sayuran yang kita tanam. Kita mengira tanaman kita sehat, ternyata terpolusi karena asap sampah kita,” katanya.
”Kalau tidak bisa bikin kompos sendiri ya sudah buang di tempat sampah seperti biasa. Pesan saya, jangan boros sampah. Caranya, yang masih bisa dipakai, dipakai. Kalau belanja bawa tas sendiri supaya tidak boros tas kresek,” tambahnya.
Keajaiban Tarik Nafas Panjang
Padahal tarik nafas panjang dan dalam sangat dianjurkan untuk kesehatan. Menurut Livestrong, yang dikutip DetikHealth, 20 Oktober 2010, setidaknya mempunyai empat fungsi tarik nafas panjang.
Pertama, meningkatkan fungsi paru. Pernapasan yang pendek tidak menyediakan oksigen yang cukup dalam darah, yang berakibat seluruh organ tubuh juga kekurangan oksigen. Sebab, pernapasan pendek, tidak menyebabkan paru mengembang untuk mentransfer oksigen secara maksimal ke dalam darah. Pernapasan panjang atau bisa juga disebut pernapasan diafragma menyebabkan perut meluas untuk menarik udara ke dalam lobus bawah paru-paru sehingga bisa mentrasnfer oksigen secara maksimum.
Kedua, meningkatkan aliran limfatik (getah bening). Bila darah membawa oksigen dan nutrisi ke sel-sl tubuh, getah bening dapat mencegah penyakit yang disebabkan bakteri, virus, zat-zat asing, sel darah putih yang mati, racun, dan limbah selular lainnya. Cairan getah bening sangat tergantung pada mekanisme pernapasan untuk membantu kelancaran geraknya. Semakin dapat pasokan O2 (oksigen), semakin lancar aliran limfatiknya.
Ketiga. meredakan stres. Pernapasan panjang dan dalam dapat membantu melakukan relaksasi untuk mengelola stres, memperlambat denyut jantung, tekanan darah rendah, dan mengurangi kelelahan.
Keempat, membantu penurunan berat badan. Meski rahasia penurunan berat badan disebabkan metabolisme membakar lemak, tapi latihan pernapasan panjang dan dalam seperti dalam yoga dapat membantu penurunan berat badan.
Bagaimana cara bernafas panjang dan dalam? Secara umum peraturannya: 30, 30, 30. Maksudnya, 30 detik tarik napas melalui hidung, lalu ditahan juga selama 30 detik, lalu dikeluarkan pelan-pelan melalui mulut juga selama 30 detik.
Berapa kali idealnya menarik napas panjang? Menurut DetikHealth, tidak ada aturannya, semakin sering semakin baik. Karena semakin banyak memberi asupan oksigen ke seluruh organ tubuh, akan semakin baik. ”Itulah yang disebut dengan self healing dengan cara napas panjang dan dalam.”
Ahli meditasi dan self healing, Reza Gunawan, juga menyarankan tarik nafas panjang dan dalam berkualitas. ”Lakukan tiap hari, temukan keajaiban bernafas. Jika mendapatkannya, beruntunglah kita, karena itulah self-healing sesungguhnya,” katanya.
Mari bernafas panjang dan dalam-dalam dengan riang gembira. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post