ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Rabu, Maret 22, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Islam dan Pertarungan Dua Khilafah Pasca-Pandemi

Kamis 25 Juni 2020 | 14:05
6 min read
350
SHARES
1.1k
VIEWS
ADVERTISEMENT

Islam dan Pertarungan Dua Khilafah Pasca-Pandemi. Kolom ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior, tinggal d Surabaya.

PWMU.CO – Wabah Covid 19 adalah guncangan besar (the great disruption), yang mengguncang tatatan sosial, politik, dan ekonomi dunia.

Sampai sekarang perang melawan Covid 19, yang disebut sebagai musuh yang tidak kelihatan (the invisible enemy) masih berlangsung, dan tidak diketahui siapa yang bakal muncul sebagai pemenang. Kendati demikian, masyarakat dunia bersikap seolah-olah perang ini segera selesai dalam waktu dekat.

Hal itu terlihat dari mulai dikendorkannya pelbagai kebijakan pembatasan sosial di beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia. Sampai sejauh ini jumlah yang terjangkit di seluruh dunia menyentuh angka 5 juta orang dengan jumlah korban meninggal lebih dari 300 ribu jiwa.

Grafiknya memang menunjukkan penurunan, atau paling tidak melandai, tetapi tidak ada jaminan pandemi akan segera berhenti.

Tetapi, orang sudah banyak berbicara mengenai life after the pandemic, hidup setelah pagebluk. Banyak orang sudah bersiap dengan tata cara hidup baru yang disebut sebagai The New Normal.

Jungkirbalikkan Dunia

Pandemi ini telah menjungkirbalikkan tatanan dunia. Jelas terbukti bahwa tidak ada satu pun negara di dunia yang siap menghadapinya, termasuk dua negara yang disebut sebagai terkuat di dunia, Amerika Serikat dan China.

Disrupsi besar ini merupakan konseksuensi logis dari globalisasi dunia yang ditandai dengan mengalirnya barang dan jasa dari berbagai penjuru dunia melewati sekat geografis negara bangsa. Bersamaan dengan itu, wabah penyakit pun mengikuti alur globalisasi.

Dimulai dari China pada sekitar Maret, wabah ini langsung menyeberang ke Eropa dan menyasar Italia yang kalang kabut karena tidak siap. Dari Italia pagebluk turun ke Spanyol dan menyeberang ke Iran yang dengan cepat menulari Turki dan tetangga-tetangga terdekat. Dari Eropa, wabah kemudian menyeberangi Atlantik menembus ke Amerika Serikat yang kelabakan.

Timur Tengah dengan cepat ditembus. Asia Selatan dan Asia Tengah sampai ke Rusia akhirnya juga takluk oleh sang penyerbu. Di Asia Timur dan Tenggara penyerbu masuk tak terhalangi lagi. Setelah Amerika Selatan takluk, musuh menyerbu Afrika sebagai wilayah terakhir yang ditaklukkan. Total 120 lebih negara sudah jatuh ke tangan lawan yang tidak kelihatan.

Rumus Tak Jelas The New Normal

Sekitar empat bulan, dunia menghadapi perang besar dan dunia menyerah kalah dan angkat tangan. Ekonomi berantakan dan tatanan sosial bubrah. Yang bisa dilakukan adalah berdamai dengan lawan. Muncullah tata dunia baru yang disebut sebagai The New Normal.

Rumusannya tidak jelas dan sangat bervariasi. Tapi, secara umum tata normal baru itu mengatur kehidupan sosial pasca-pandemi yang ditandai dengan limitasi pergerakan manusia dan pembatasan interaksi dengan penerapan penjagaan jarak, social and phisycal distancing.

Dengan rumus sederhana ini, dunia yang semula dengan gagah mengumumkan perang lawan pandemi, harus mengibarkan bendera putih dan harus mau hidup berdampingan dengan sang musuh.

Sambil gencatan senjata, dunia berpacu dengan waktu, race against time, untuk segera menemukan vaksin yang bisa mengalahkan sang lawan. Semua mengaku sudah hampir menemukan vaksin penawar. Tapi kapan kepastiannya dan seberapa efektivitasnya, tidak ada yang berani menjamin.

Dunia sudah tak tahan lagi melakukan perang gerilya ala lockdown yang melelahkan ini. Pilihan terbaik adalah berdamai, meskipun risikonya sangat besar karena potensi bahaya tidak bisa diprediksi secara tepat.

Dilema dunia seperti simalakama. Tetap melawan melalui lockdown membawa akibat mematikan karena ekonomi mandeg menyebabkan resesi dan depresi. Jumlah pengangguran bisa mencapai 500 juta orang dan lebih dari 50 juta orang akan menjadi orang miskin baru.

Di sisi lain, menyerah kepada lawan dengan cara membuka diri juga berisiko besar, karena setiap saat lawan bisa menerkam dan ledakan korban bisa jauh lebih mengerikan. Para ahli kesehatan dengan keras mengingatkan bahaya perdamaian ini. Perdamaian ini terlalu dini, dan bahaya besar setiap saat siap menerkam.

Tapi, para pengelola ekonomi tak peduli. Tidak ada pilihan lain kecuali berdamai supaya roda ekonomi segera bergerak lagi. Pilihan ini bisa fatal, tapi harus tetap diambil dengan berbagai risiko.

Dengan membuka diri berarti membiarkan musuh leluasa menyerang, dan membiarkan korban berjatuhan sampai musuh kenyang dan jenuh, lalu manusia yang survive punya kekebalan, sehingga senjata musuh tidak mempan lagi.

Itulah gambaran strategi herd immunity, kekebalan kelompok, yang sekarang ramai-ramai diterapkan di seluruh dunia. Ini adalah kekejaman sosial yang tidak bermoral karena mengumpankan warga negara yang lemah menjadi santapan penyakit.

Teori Darwin dan Herd immunity

Inilah pertarungan Darwinisme sosial, the survival of the fittest, yang lemah akan punah dan yang kuat akan bertahan.

Hanya rezim fasis sajalah yang secara sadar mengadopsi kebijakan ini. Hanya rezim fasis yang tidak berperikemanusiaan yang tega menerapkan kebijakan ini. Badan Kesehatan Dunia WHO jelas dan tegas mengecam kebijakan herd immunity ini.

The New Normal bukan hanya melahirkan tata sosial baru, tapi juga memunculkan tatanan geopolitik dan kepemimpinan internasional yang baru. Amerika Serikat yang sejak 1990 menjadi adidaya tunggal dunia pasca-runtuhnya Uni Soviet, akan kehilangan kekuasaannya. China yang selama ini membayangi Amerika Serikat, akan muncul sebagai kekuatan alternatif.

Amerika kehilangan kepercayaan publik internasional karena telah gagal menunjukkan kepemimpinan internasional dalam menghadapi pandemi ini. Alih-alih menjadi pemimpin internasional Amerika di bawah Donald Trump malah babak belur mengatasi wabah ini di dalam negerinya sendiri.

Sementara China lebih berpeluang menyalip Amerika untuk menjadi pemimpin baru dunia, meskipun reputasinya tercoreng karena tuduhan sengaja menyebarkan wabah ini ke seluruh dunia. Tuduhan ini sampai sekarang tidak terbukti. Tetapi, Amerika dan sekutunya di Eropa tetap mengembuskan isu itu sebagai bagian dari perang memperebutkan kepemimpinan internasional.

Dalam tata dunia baru di bawah new normal itu Amerika dan China akan terlibat dalam duel perang dagang yang hebat dan semakin terbuka. Kali ini China akan all out, habis-habisan mengeluarkan kemampuannya untuk mengalahkan Amerika. Apa yang diprediksi oleh Huntington sebagai benturan peradaban, the clash of civilization, sekarang terbukti.

Dalam prediksinya Huntington menyebut empat peradaban besar dunia akan berbenturan, yaitu peradaban Barat-Kristen, Konfusianisme-Timur, Ortodokisme-Eropa Timur, dan Islam.

Perang pandemi dan pasca-pandemi ini memamerkan perseteruan Barat vs China. Ortodokisme Eropa Timur yang selama ini diwakili Rusia kali ini belum bisa unjuk kekuatan karena Rusia sendiri kalang kabut diserang pandemi.

Bagaimana dunia Islam?

Bagaimana dengan kekuatan Islam? Belum tampak juga. Reaksi negara-negara berperadaban Islam masih terbatas defensif. Arab Saudi buru-buru menutup diri dan membatasi pelaksanaan haji tahun ini.

Turki, yang selama ini digadang-gadang bisa menjadi representasi kebangkitan Islam, tak mampu menunjukkan kepemimpinannya dalam krisis ini karena sibuk mengurus diri sendiri. Iran yang selama ini galak juga loyo menghadapi serangan mendadak ini. Di Asia selatan kiprah Pakistan nyaris tidak terdengar.

Indonesia dengan 200 juta lebih penganut Islam juga sama-sama gagap. Alih-alih menjadi kekuatan yang bisa memcecahkan masalah, umat Islam Indonesia malah menjadi faktor yang memperburuk masalah. Disiplin yang rendah dan kesadaran sosial yang parah membuat umat Islam Indonesia potensial menjadi korban massal pandemi ini.

Walhasil, di arena The New Normal, ketika dua gajah China dan Amerika—dua ‘khilafah’ modern—bertarung, Islam seolah menjadi pelanduk yang setiap saat mati terinjak-injak. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Dhimam Abror DjuraidThe New Normal
SendShare140Tweet88Share

Related Posts

Anies Mengukur Gelombang Perubahan dari Jawa Timur

Minggu 19 Maret 2023 | 19:12
402

Anies Baswedan di acara Chief Editor Dialog di Sangri-La Hotel, Kunat (17/3/2023. (Mohammad Nurfatoni/ PWMU.CO)...

Sulap Sepak Bola Indonesia

Jumat 17 Maret 2023 | 08:18
1.2k

Dhimam Abror Djuraid Sulap Sepak Bola Indonesia; Oleh Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Para pesulap...

Sukadiono atau Tidak Suka-diono

Selasa 27 Desember 2022 | 13:36
1.6k

Dhimam Abror Djuraid Sukadiono atau Tidak Suka-diono oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior. PWMU.CO- Musyawarah...

The Real Winner is Qatar

Selasa 20 Desember 2022 | 18:40
364

Lionel Messi memakai bhist saat menerima trofi Piala Dunia di Qatar. The Real Winner is...

Franchise Muhammadiyah

Jumat 18 November 2022 | 19:22
897

Dhimam Abror Djuraid Franchise Muhammadiyah, Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Ada dua peristiwa yang terjadi...

Muhammad

Sabtu 8 Oktober 2022 | 20:53
231

Dhimam Abror Djuraid Muhammad tulisan opini Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior. PWMU.CO- Sebuah survei di...

Dirintis KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan Jadi Monumen Sejarah Muhammadiyah Surabaya Barat

Kamis 18 Agustus 2022 | 10:35
11.4k

Penampakan Masjid Al-Manar yang sedang dalam proses pembangunan. KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan...

Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi?

Kamis 28 Juli 2022 | 12:41
760

Dhimam Abror: Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi? Benarkah Tak Ada Islamophobia di Era Jokowi? Kolom oleh Dhimam Abror...

Anwar Sadat yang Di-Firaun-kan dan Kedekatan Pangeran MBS dengan Israel

Rabu 20 Juli 2022 | 16:12
2.6k

Dhimam Abror Anwar Sadat yang Di-Firaun-kan dan Kedekatan Pangeran MBS dengan Israel, kolom oleh Dhimam Abror...

Antara Kisah Yusuf dan Joshua, Kapolri Diuji

Jumat 15 Juli 2022 | 10:38
1.8k

Dhimam Abror Antara Kisah Yusuf dan Joshua, Kapolri Diuji; Kolom oleh Dhimam Abror Djuraid PWMU.CO - Dalam Kitab Suci...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Inilah 18 Calon PCM GKB Gresik 2022-2027

    14147 shares
    Share 5659 Tweet 3537
  • Jadwal Lengkap Imsakiyah Ramadhan 1444/2023 Kota dan Kabupaten Se-Jawa Timur

    3346 shares
    Share 1338 Tweet 837
  • Cerita di Balik Evoting Musyda Kabupaten Probolinggo

    1306 shares
    Share 522 Tweet 327
  • 12 ’Bidadari’ Pendamping E-Voting Musyda Probolinggo

    1173 shares
    Share 469 Tweet 293
  • Ketua MPID PWM Jatim Siap Dipenjara

    2643 shares
    Share 1057 Tweet 661
  • Festival Permata Fest Muhammadiyah Wotan, Ini Para Juaranya

    423 shares
    Share 169 Tweet 106
  • Tuntunan Shalat Iftitah, 2 Rakaat Ringan sebelum Shalat Tarawih

    6452 shares
    Share 2758 Tweet 1539
  • Telusuri Sejarah Gresik, Siswa SD Mugres Mengunjungi Kampung Kemasan

    383 shares
    Share 153 Tweet 96
  • Formasi Shalat Tarawih yang Utama: 4-4-3, 2-2-2-2-2-1, atau?

    2198 shares
    Share 879 Tweet 550
  • Dalil dan Keutamaan Shalat Tarawih Formasi 4-4-3

    4749 shares
    Share 1899 Tweet 1187

Berita Terkini

  • Kosegu dan Kokam Ikut Sukseskan Musyda Muhamamdiyah TulungagungRabu 22 Maret 2023 | 22:26
  • Buku Sejarah Muhammadiyah Tulungagung Terbit, Begini Perasaan PenulisnyaRabu 22 Maret 2023 | 22:05
  • Lembaga Pemeriksa Halal
    Lembaga Pemeriksa Halal Gelar Raker, Ini ProgramnyaRabu 22 Maret 2023 | 21:40
  • Padus IPM Sendangagung Tampil Memukau di Musypimcab PaciranRabu 22 Maret 2023 | 21:32
  • Jika Ingin Besar, Pendiri dan Pengelola RSMA Harus Saling MendukungRabu 22 Maret 2023 | 21:02
  • Pawai Becak TK Aisyiyah 2 Kota Probolinggo Sambut RamadhanRabu 22 Maret 2023 | 20:38
  • Edukatif, Tarawih Ramah Anak SDMM Terbuka untuk UmumRabu 22 Maret 2023 | 19:50
  • Ramadhan, Kiblat Rumah Dakwah PCIM Malaysia Kini AkuratRabu 22 Maret 2023 | 17:50
  • PCNA Brondong Turba Ke Ranting MencorekRabu 22 Maret 2023 | 17:28
  • 26 siswa Sdamada mengikuti semifinal Kompetisi Matematika Suprarasional; Liputan Alfiatun Naimah, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    26 Siswa Sdamada Ikut Semifinal Kompetisi Matematika SuprarasionalRabu 22 Maret 2023 | 17:27

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!