ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Kamis, Maret 23, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Muhammadiyah dan Dilema Politik

Selasa 21 Juli 2020 | 09:39
4 min read
282
SHARES
881
VIEWS
ADVERTISEMENT
Prof Syafiq A. Mughni penulis Muhammadiyah dan Dilema Politik.  (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Muhammadiyah dan Dilema Politik ditulis oleh Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.

PWMU.CO – Di negara demokrasi, partai politik itu penting. Pada masa awal perjalanan Indonesia merdeka, ideologi adalah panglima. Orang masuk partai karena cita-cita; tidak berfikir mau mendapatkan apa untuk dirinya. Bahkan siap berkorban secara material dan immaterial untuk mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan.

Dalam suasana seperti itulah, Muhammadiyah bersinggungan dengan partai yang dipandang paling tepat untuk mewujudkan aspirasinya.

Muhammadiyah mengingkinkan Indonesia dibangun atas prinsip-prinsip moral Islam, seperti kemerdekaan, keadilan, kejujuran dan kemakmuran. Itulah substansi syariat Islam yang diperjuangkan untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat.

Sebelum kemerdekaan, keterkaitan Muhammadiyah dengan politik sangat erat. Di zaman Belanda, banyak tokohnya menjadi anggota SI (Sarekat Islam), sebuah partai yang sangat dekat dengan Muhammadiyah dalam hal cita-cita.

Pada zaman pendudukan Jepang, tokoh-tokoh Muhammadiyah menjadi motor MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), yang sekalipun bukan partai politik tetapi menjadi wadah aspirasi politik Islam.

Setelah Indonesia mereka, hubungan Muhammadiyah dengan partai masih tetap dekat. Muhammadiyah terlibat dalam Partai Masyumi bahkan menjadi anggota istimewa.

Setelah terjadi kemelut politik di akhir masa Demokrasi Liberal, Muhammadiyah lepas dari Masyumi dan kembali ke khittahnya. Sikap itu diputuskan dalam bentuk Khittah Palembang 1959. Namun demikian, masih banyak tokoh Muhammadiyah tetap berada dalam Masyumi. Pilihan itu masih didasarkan atas cita-cita karena Masyumi tetap konsisten dalam cita-citanya, yakni baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dalam bentuk negara yang menganut sistem demokrasi.

Muhammadiyah dan Politik Orde Baru

Memasuki zaman Orde Baru, suasana politik telah berubah. Pemerintah sebagai kekuatan dominan tidak lagi menjadikan ideologi sebagai panglima.

Sebagai gantinya, pemerintah memilih pembangunan (developmentalism). Semua kekuatan sosial dan politik harus menyesuaikan diri atau harus digusur oleh pemerintah.

Pada awal Orde Baru itu, sesungguhnya gairah politik Muhammadiyah muncul kembali karena adanya harapan baru setelah lepas dari kungkungan Orde Lama. Ada ide untuk menjadikan Muhammadiyah partai politik. Ide itu tidak berlanjut.

Muhammadiyah kemudian menjadi bagian dari Amal Muslimin yang menjadi embrio Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Kehendak pemerintah untuk mengendalikan partai politik ternyata tidak bisa dilawan. Akhirnya, keluarlah Khittah Ponorogo 1969, yang sekalipun masih menunjukkan kedekatan terhadap Partai Muslimin Indonesia, tetapi kedekatan itu hanya karena hubungan ideologis, bukan organisatoris.

Ketika semakin jelas bahwa pemerintah dengan kebijakan pembangunannya semakin dominan dalam mengendalikan partai-partai politik, maka Muhammadiyah semakin jelas dalam menentukan sikap non-partisannya.

Sikap itu dituangkan dalam Khittah Ujung Pandang 1971, yang menyatakan posisinya yang benar-benar netral terhadap politik praktis dan partai politik apapun. Dan memberi kebebasan politik kepada warga, baik dengan menggunakan hak politiknya maupun tidak.

Sikap netral tersebut disempurnakan lagi dalam Khittah Surabaya 1978, yang memuat sikap bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat. Tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan, dan tidak merupakan afiliasi dari, suatu partai politik atau organisasi apapun.

Lebih dari itu, ditegaskan bahwa setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Partai politik pada zaman ini lebih merupakan boneka dari Pemerintah Orde Baru.

Muhammadiyah Pasca-Orde Baru

Setelah Orde Baru runtuh, suasana politik berubah. Muncul harapan baru untuk membangun Indonesia dengan semangat cita-cita. Ideologi pembangunan bukan lagi panglima.

Maka Muhammadiyah mulai lagi bergairah dalam politik kepartaian karena menyadari bahwa dalam alam demokrasi partai politik adalah kunci perbaikan negara.

Namun, ternyata posisi panglima diisi oleh “keuangan yang mahakuasa.” Masuk partai politik perlu uang, menjadi ketua partai perlu uang, menjali calon legislatif perlu uang, dan menjadi calon dalam pilpres dan pilkada juga perlu uang. Jabatan politik identik dengan uang.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa rakyat semakin akrab dengan “uang politik,” sehingga pilihannya juga ditentukan oleh faktor uang.

Sebuah penelitian pada 2009 menunjukkan bahwa suara ulama tidak lagi signifikan bagi pilihan jamaahnya dalam pilkada karena mereka tahu bahwa suara ulama itu juga ditentukan oleh uang.

Karena uang menjadi dominan, maka rekrutmen dalam partai tidak lagi berdasar kualitas. Hubungan antarorang atau antara orang dengan partai menjadi transaksional seperti hanya jual beli barang dalam ekonomi perdagangan.

Prinsip “mengeluarkan sesedikit-sedikitnya, mendapatkan sebanyak-banyaknya,” berlaku dalam dunia politik sekarang ini. Orang bisa keluar masuk partai, berpindah-pindah partai, tergantung pada pertimbangan apakah partai itu bisa mendatangkan keuntungan materi atau tidak. Itulah suasana politik kepartaian kontemporer.

Tidak perlu diragukan bahwa Muhammadiyah memiliki beban berat untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara kita yang telah disandera oleh politik “keuangan yang mahakuasa.”

Muhammadiyah juga sejatinya memberikan kader-kader terbaiknya untuk meluruskan kiblat bangsa. Namun, di situ terdapat dilema politik. Mungkin saja bahwa kader-kader tersebut akan mampu membangun partai yang kuat dan bersih, ataukah sebaliknya, mereka akan terkontaminasi. Mudah-mudahan, mereka tidak menjadi “necessary evil,” kejahatan yang diperlukan. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Atas izin penerbit Hikmah Press Surabaya, tulisan berjudul asli Dilema Politik dalam buku Mendekati Agama: Memahami dan Mengamalkan Islam dalam Ruang dan Waktu (2014) ini dimuat ulang oleh PWMU.CO.

Tags: Muhammadiyah dan PolitikProf Syafiq A MughniSyafiq A. Mughni
SendShare113Tweet71Share

Related Posts

Mengukur Sukses Dakwah Kebangsaan Muhammadiyah dengan Melihat Ini

Selasa 15 November 2022 | 13:04
125

Syafiq A. Mughni, kanan, bersama Imam Addaruqutni di Sarasehan Keumatan PDM Kota Malang. (Uzlifah/PWMU.CO) PWMU.CO-...

Doa Sahabat Abdullah bin Mas’ud Tutup Sidang Pleno I Muktamar

Minggu 6 November 2022 | 08:07
2.6k

Prof Dr H Syafiq A Mughni saat memimpin penutupan Sidang Pleno I (tangkapan layar Darul...

Shalat Jenazah Rektor UMG: Masjid Penuh Sesak, Ketua PP Muhammadiyah Beri Pesan Ini

Minggu 18 September 2022 | 20:55
1.7k

Ketua PP Muhammadiyah Prof Syafiq A. Mughni saat menyampaikan pesan-pesan takziah. (Mohammad Nurfatoni/PWMU.CO) Liputan Kontributor...

Atasi Krisis Lingkungan, Muhammadiyah dan Ashoka Libatkan Organisasi Lintas Iman

Sabtu 27 Agustus 2022 | 06:19
115

Atasi Krisis Lingkungan, Muhammadiyah dan Ashoka Libatkan Organisasi Lintas Iman. Prof Syafiq A Mughni dalam...

Jelaskan Islam Berkemajuan, Prof Syafiq: Bentengi Diri dari Kelompok Ekstrem

Kamis 30 Juni 2022 | 13:58
1.5k

Prof Syafiq A. Mughni (tengah) saat meresmikan Muhammadiyah Boarding School (MBS) At-Taqwa Gosari (Istimewa/PWMU.CO) Jelaskan...

MBS Itu Nama Keren Pesantren Muhammadiyah

Kamis 30 Juni 2022 | 11:04
1.4k

Prof Dr Syafiq A. Mughni (Ummu Salamah/PWMU.CO) MBS Itu Nama Keren Pesantren Muhammadiyah; Liputan Ummu Salamah,...

Ceramah di Probolinggo, Prof Syafiq Ungkapkan Ini

Minggu 5 Juni 2022 | 12:34
14k

Syafiq A Mughni, tengah, bersama Ketua PDM Kota Probolinggo Masyfu', kanan. (Ikhsan/PWMU.CO) PWMU.CO- Ceramah di...

Islam Berkemajuan, Ini Lima Cirinya

Senin 30 Mei 2022 | 22:39
282

Prof Dr Syafiq A Mughni MA ceramah di pengajian PCM Kedungadem (Samsul/PWMU.CO) PWMU.CO- Islam berkemajuan...

Tantangan Muhammadiyah: Jihad Melawan Islamofobia

Senin 16 Mei 2022 | 05:09
1.8k

Prof H Syafiq A Mughni MA PhD pada kegiatan Silaturahmi dan konsolidasi Organisasi PCM Sidayu-Gresik...

Pandangan Muhammadiyah tentang Tasawuf dan Tarekat

Senin 2 Mei 2022 | 12:00
3.3k

Prof Syafiq A. Mughni. Pandangan Muhammadiyah tentang Tasawuf (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO) Pandangan...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Inilah 18 Calon PCM GKB Gresik 2022-2027

    14516 shares
    Share 5806 Tweet 3629
  • Jadwal Lengkap Imsakiyah Ramadhan 1444/2023 Kota dan Kabupaten Se-Jawa Timur

    4539 shares
    Share 1816 Tweet 1135
  • Festival Permata Fest Muhammadiyah Wotan, Ini Para Juaranya

    434 shares
    Share 174 Tweet 109
  • Telusuri Sejarah Gresik, Siswa SD Mugres Mengunjungi Kampung Kemasan

    383 shares
    Share 153 Tweet 96
  • Formasi Shalat Tarawih yang Utama: 4-4-3, 2-2-2-2-2-1, atau?

    2210 shares
    Share 884 Tweet 553
  • Dalil dan Keutamaan Shalat Tarawih Formasi 4-4-3

    4770 shares
    Share 1908 Tweet 1192
  • Anids Camp, Bakat Siswa Muncul di Sini

    307 shares
    Share 123 Tweet 77
  • Tuntunan Shalat Iftitah, 2 Rakaat Ringan sebelum Shalat Tarawih

    6463 shares
    Share 2762 Tweet 1542
  • Agar Tak Ada yang Kebakaran Jenggot, Perlunya Sinergi Majelis dan Lembaga PWM Jatim

    245 shares
    Share 98 Tweet 61
  • DPW PAN ke Kantor PWM Jatim Bahas Empat Isu Ini

    158 shares
    Share 63 Tweet 40

Berita Terkini

  • Kosegu dan Kokam Ikut Sukseskan Musyda Muhamamdiyah TulungagungRabu 22 Maret 2023 | 22:26
  • Buku Sejarah Muhammadiyah Tulungagung Terbit, Begini Perasaan PenulisnyaRabu 22 Maret 2023 | 22:05
  • Lembaga Pemeriksa Halal
    Lembaga Pemeriksa Halal Gelar Raker, Ini ProgramnyaRabu 22 Maret 2023 | 21:40
  • Padus IPM Sendangagung Tampil Memukau di Musypimcab PaciranRabu 22 Maret 2023 | 21:32
  • Jika Ingin Besar, Pendiri dan Pengelola RSMA Harus Saling MendukungRabu 22 Maret 2023 | 21:02
  • Pawai Becak TK Aisyiyah 2 Kota Probolinggo Sambut RamadhanRabu 22 Maret 2023 | 20:38
  • Edukatif, Tarawih Ramah Anak SDMM Terbuka untuk UmumRabu 22 Maret 2023 | 19:50
  • Ramadhan, Kiblat Rumah Dakwah PCIM Malaysia Kini AkuratRabu 22 Maret 2023 | 17:50
  • PCNA Brondong Turba Ke Ranting MencorekRabu 22 Maret 2023 | 17:28
  • 26 siswa Sdamada mengikuti semifinal Kompetisi Matematika Suprarasional; Liputan Alfiatun Naimah, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    26 Siswa Sdamada Ikut Semifinal Kompetisi Matematika SuprarasionalRabu 22 Maret 2023 | 17:27

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!