SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
  • Login
Sabtu, Mei 17, 2025
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
lazismu
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Masyarakat Madani Ideal Zaman Nabi

Kamis 23 Juli 2020 | 10:26
in Kolom
5.2k 272
0
1.7k
SHARES
5.4k
VIEWS
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
ADVERTISEMENT
Masyarakat Madani Ideal Zaman Nabi ditulis oleh Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
rof Syafiq A. Mugni, penulis Masyarakat Madani Ideal Zaman Nabi. (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Masyarakat Madani Ideal Zaman Nabi ditulis oleh Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.

PWMU.CO – Al-Quran menyatakan kehidupan yang baik adalah suatu kehidupan yang berorientasi pada dua komitmen. Yaitu kepada Allah (habl minallah) dan kepada manusia (habl minannas).

Sebagaimana biasanya dalam al-QuRan, maka kata-kata manusia itu ditujukan kepada seluruh umat, tanpa pandang agama, ras atau suku. Jadi, hubungan yang baik harus dibangun atas dasar kemanusiaan tanpa melihat perbedaan yang sifatnya primordial.

Begitu juga, al-Quran menyatakan Nabi Muhammad diutus untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Yang bahkan ditafsirkan bukan saja alam manusia tetapi juga alam binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian sikap hidup inklusif merupakan tuntutan dari al-Quran.

umsurabaya umsurabaya umsurabaya
ADVERTISEMENT

Ajaran Objektif dan Subjektif

Kehidupan sosial dalam pandangan al-Quran termasuk dalam kategori ajaran Islam yang bersifat obyektif. Hal ini berbeda dengan kategori subjektif, yaitu ajaran yang berkaitan dengan doktrin atau keyakinan yang biasanya disebut dengan akidah serta institusionalisasinya yang berupa ibadah.

Akidah dan ibadah adalah ajaran yang subjektif dan karena itu eksklusif. Di mana agama lain tidak bisa melakukan sharing dalam meyakini akidah itu atau menghayati ibadahnya.

Namun demikian, di tengah-tengah eksklusivisme akidah dan ibadah itu, toleransi merupakan keharusan karena menyangkut wilayah hubungan antarmanusia yang menurut ajaran Islam sangat objektif. Bisa dicerna oleh setiap orang tanpa pandang agama atau ras. Setiap orang memerlukan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam hubungan antarmanusia, nilai-nilai kemanusian yang harus dibangun meliputi toleransi antarumat beragama, di mana setiap pemeluk agama diberikan kebebasan melaksanakan ajaran.

Allah sendiri menyatakan dalam Surat al-Maidah: 47, “Hendaklah pengikut Injil itu melaksanakan hukum seperti apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab itu.”

Di samping itu toleransi dan jaminan keamanan bagi pemeluk berbagai agama juga jelas disebutkan dalam al-Quran Surat al-Madah: 69, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin dan Nasrani, yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan beramal saleh tidak perlu merasa takut dan bersedih hati.”

Konteks Indonesia

Dalam konteks masyarakat Indonesia, inklusivisme itu bisa dibangun melelaui peningkatan wawasan kebangsaan yang sesungguhnya.

Kebangsaan itu sendiri merupakan suatu fenomena kehidupan yang alamiah yang telah ada sejak lahirnya kehidupan bermasyarakat. Dalam al-Quran dinyatakan Allah telah menjadikan manusia itu berbangsa dan bersukubangsa.

Namun demikian perlu diingat bahwa fenomena itu merujuk kepada pengertian ras dan etnis, seperti apa yang terjadi pada saat al-Quran itu diturunkan. Pada zaman Nabi Muhammad saw, struktur kehidupan masyarakat sangat ditentukan oleh kategori ras dan etnis itu, misalnya Banu Quraisy dan Banu Tamim.

Kebangsaan dalam pengertian modern yang terikat oleh teritori maupun kesamaan nasib belum muncul pada saat itu. Di samping itu perlu juga diingat bahwa kebangsaan seperti yang ditunjukkan oleh al-Quran haruslah bertujuan untuk saling mengenal.

Dan kemudian menjalin hubungan yang harmonis antarbangsa itu, dan tidak menjadikan kebangsaan sebagai ukuran keunggulan (superiority) karena nilai itu hanya terdapat pada kualitas individual, yakna ketaqwaan kepada Allah SWT (al-Hujurat: 13).

Peradaban manusia telah berkembang sedemikian rupa sehingga kebangsaan itu telah diberi bentuk dan pengertian baru. Seperti apa yang kita lihat dalam kebangsaan Indonesia, yang mengikat seluruh komponen bangsa yang majemuk ini, baik dari sudut agama, ras, sukubangsa, bahasa dan lain-lain.

Maka persoalannya ialah bagaimana memenej kemajemukan itu dalam satu kesatuan kebangsaan, agar kemajemukan itu tidak menjadi sumber konflik dan ketegangan yang menghambat tumbuhnya sikap inklusif.

Bangsa Inklusif

Membangun wawasan kebangsaan yang bisa mendorong tumbuhnya sikap inklusif itu harus melibatkan dua dimensi, yakni internal dan eksternal.

Dimensi pertama, internal, berkaitan dengan format hubungan di antara komponen masyarakat yang membentuk suatu bangsa. Sedangkan dimensi kedua, eksternal, berkaitan dengan format hubungan bangsa itu dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Dalam konteks dimenasi pertama, Masyarakat Madani tanpaknya merupakan format yang paling ideal yang menggambarkan bagaimana hubungan intern bangsa itu harus dibangun.

Sedang kebangsaan yang humanis dan universal merupakan format yang harus dibangun untuk menjadi wawasan kebangsaan dalam konteks masyarakat dunia yang jelas-jelas lebih beragama dari sudut afiliasi agama.

Masyarakat Madani atau Civil Society adalah masyarakat berperadaban, yang prototipenya telah diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah belasan tahun berjuang di Kota Makkah tanpa hasil yang memuaskan, beliau berhijrah ke kota Yatsrib, suatu oase yang subur sekitar 400 km sebelah utara kota Makkah.

Setelah mapan di kota hijrah itu, Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi al-Madinah, yang berarti kota, atau secara lengkap Madinat al-Nabi (Kota Nabi). Secara harfiyah madinah memang berarti kota, tetapi ia juga menyiratkan arti peradaban. Di mana peradaban itu sendiri telah diterjemahkan dengan madaniyyah atau tamaddun.

Masyarakat Madani Ideal

Masyarakat Madani di Madinah itu menurut beberapa ahli telah menjadi tipe ideal yang patut dicontoh bukan saja oleh umat Islam tetapi juga umat lain.

Seperti apa yang dirumuskan oleh ilmuwan sosial dalam bentuk Civil Society, sekalipun harus diakui bahwa Masyarakat Madani menurut konsep Islam tidak serta merta identik dengan Civil Society yang dimaksud oleh para ilmuwan itu.

Barangkali bisa dikatakan bahwa konsep Civil Society itu merupakan bentuk yang paling mendekati Masyarakat Madani dalam wanaca keilmuan saat ini. Karena tidak serta merata indentik itulah, maka menjadi tugas kita untuk terlibat secara intensif dalam wacana itu sehingga Civil Siciety yang kita bangun dijiwai oleh Masyarakat Madani.

Dengan cara itu, maka format Masyarakat Madani akan menjadi Civil Society yang diwujudkan di negara kita. Civil Society yang semula lahir dalam konteks masyarakat sekular itu akan menjadi Masyarakat Madani dalam konteks masyarakat relijius. Masyarakat yang taat melaksanakan ajaran agama masing-masing.

Masyarakat Etik

Dengan mempertimbangkan nilai-nilai spiritual yang inheren di dalamnya, Masyarakat Madani, seperti yang dibangun oleh Nabi, memiliki ciri etis yang sangat menonjol.

Sekalipun tingkat kemakmuran, ilmu pengetahuan, dan teknologi pada zaman Nabi tidak semaju masyarakat modern sekarang ini. Tetapi dari sudut etika dan moral, masyarakat Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad memiliki keunggulan yang luar biasa.

Karena alasan itulah, Nabi pernah menyatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, “Sebaik-baik zaman adalah Zamanku ini.” Al-Quran juga memuji Zaman itu ketika mengatakan, “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama (menjadi pengikutku) merupakan orang-orang yang dekat dengan Tuhan (al-Waqiah: 11).

Masyarakat Madani yang dibangun oleh Nabi menggambarkan ciri-ciri masyarakat yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan akhlak yang luhur. Ia merupakan masyarakat yang menekankan keadilan, keterbukaan, kejujuran, dan toleransi.

Ia bersifat membebaskan dan menekankan supremasi hukum tanpa pandang bulu. Penekanan terhadap nilai-nilai itu tergambar secara sangat jelas dalam al-Quran, yang kemudian diperjelas dengan tindakan dan ucapan Nabi.

Wasiat Terakhir Nabi

Betapa pentingnya itu semua dinyatakan kembali oleh Nabi dalam pidato dan wasiat secara sangat emosial di hadapan para sahabatnya untuk menjadi perhatian bagi seluruh umat manusia.

Hal ini diucapkan oleh Nabi kira-kira tiga bulan menjelang wafat di Padang Arafah pada waktu menunaikan ibadah, yang dikenal dengan Khutbat al-Wada’ (Pidato Perpisahan).

Nabi mengatakan, “Wahai manusia, dengarkanlah ucapanku; aku sesungguhnya tidak tahu apakah aku masih akan bertemu setelah ini… Wahai manusia, sesungguhnya jiwamu dan harta bendamu adalah suci (harus dihormati).

…. Aku telah sampaikan ini. Barangsiapa yang diberi amanat, tunaikanlah amanat itu ….. Sesungguhnya riba itu harus dihapuskan, … Jangan menganiaya dan jangan dianiaya.

…Wahai manusia, sesungguhnya kamu punya hak yang harus dipenuhi oleh istri-istrimu. Dan mereka juga punya hak yang harus engkau penuhi … Sungguh aku telah sampaikan ini …

Wahai Tuhan, aku telah sampaikan … Wahai manusia, apakah aku telah sampaikan ? … Ya Tuhan, saksikanlah ini.“

Pidato Nabi itu menunjukkan betapa pentingnya perikemanusiaan yang tanpa pandang perbedaan agama itu. Sehingga tidak ada lagi penganiayaan, penjarahan, penyalahgunaan amanah, kezaliman dan pengingkaran terhadap hak-hak asasi manusia. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Atas izin penerbit Hikmah Press Surabaya, tulisan berjudul asli Masyarakat Madani dalam buku Mendekati Agama: Memahami dan Mengamalkan Islam dalam Ruang dan Waktu (2014) ini dimuat ulang oleh PWMU.CO.

Tags: Civil SocietyMasyarakat Ideal Zaman NabiMasyarakat MadaniProf Syafiq A MughniSyafiq A. MughniWasiat Terakhir Nabi
SendShare697Tweet436Share
Milad dan Roadshow #3 Media Official PWM Jatim Milad dan Roadshow #3 Media Official PWM Jatim Milad dan Roadshow #3 Media Official PWM Jatim
ADVERTISEMENT

Related Posts

Sabar
Kabar

Prof Syafiq A Mughni: Mari Istiqamah Kuatkan Persyarikatan

Sabtu 26 April 2025 | 10:31
42
baldah
Kabar

Peran Ilmu Pengetahuan dalam Mewujudkan Baldah Thayyibah

Sabtu 8 Maret 2025 | 11:16
36
Glasnost Muhamammadiyah, di Mana-Mana dan ke Mana-Mana
Kolom

Glasnost Muhamammadiyah, di Mana-mana dan ke Mana-mana

Rabu 11 Desember 2024 | 14:30
257
Mewujudkan Lingkungan Politik yang Positif Melalui Muhammadiyah
Kolom

Mewujudkan Lingkungan Politik Positif Melalui Muhammadiyah

Kamis 21 November 2024 | 14:37
16
syafiq
Kabar

Ajakan Prof Syafiq kepada Para Wisudawan Agar Turut Memajukan Persyarikatan

Senin 28 Oktober 2024 | 10:52
33
Kegiatan Field Trip Japanese Religious Leaders in Indonesia. (Farah Adiba/PWMU.CO)
Headline

Semua Agama Memiliki Tujuan Mulia

Kamis 24 Oktober 2024 | 11:58
50

Terpopuler Hari Ini

  • Kelola THR dengan Bijak: Jangan Hanya untuk Belanja, Sisihkan untuk Tabungan dan Investasi

    Kelola THR dengan Bijak: Jangan Hanya untuk Belanja, Sisihkan untuk Tabungan dan Investasi

    12916 shares
    Share 5166 Tweet 3229
  • PWM Jatim Akan Gelar Milad dan Roadshow #3 Media Official di UMM

    286 shares
    Share 114 Tweet 72
  • Peserta Didik Istimewa SD Mica Memukau Perhatian Mendikdasmen Republik Indonesia

    743 shares
    Share 297 Tweet 186
  • Imam Sapari Kembali Nahkodai SMPM 7 Surabaya, Siap Cetak Generasi Qurani dan Tangguh

    10288 shares
    Share 4115 Tweet 2572
  • Smamita Berkembang Pesat, Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Sidoarjo Berikan Apresiasi

    146 shares
    Share 58 Tweet 37
  • Madtsamuda dan Umsida Jalin Kesepakatan Awal untuk Pengembangan Kurikulum Kelas Arabic

    197 shares
    Share 79 Tweet 49
  • Aneka Sajian Masakan Menjadi Penutup Rangkaian Ujian Praktik MadtsaMutu Pondok Modern Paciran

    1272 shares
    Share 509 Tweet 318
  • Pejuang Shubuh: Menumbuhkan Karakter Mulia Sejak Dini di SD Muhammadiyah 4 Batu

    30 shares
    Share 12 Tweet 8
  • Kanzia Aqila El Zora, Siswa PAUD Aisyiyah Siliragung yang Miliki Segudang Prestasi di Dunia Modeling dan Tari

    29 shares
    Share 12 Tweet 7
  • Podcast Pojok BK Angkat Praktik Baik SD Mica dalam Mewujudkan Sekolah Inklusif

    31 shares
    Share 12 Tweet 8

Terkini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358734 shares
    Share 143494 Tweet 89684
  • Kokam Jatim Konsolidasi dan Nyatakan Sikap

    232985 shares
    Share 93194 Tweet 58246
  • Buku Saku Mudahkan Praktik Baitul Arqam Muhlibat

    231090 shares
    Share 92436 Tweet 57773
  • Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola

    171527 shares
    Share 68611 Tweet 42882
  • Siswa Disabilitas Smamsatu Borong Juara di Lomba Ini

    122378 shares
    Share 48951 Tweet 30595
  • Kelas Telkom Fiber Optik SMKM 5 Babat Diresmikan Kadindik Jatim

    122278 shares
    Share 48911 Tweet 30570

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Suara Perserikatan
  • Aisyiyah dan NA
  • Kabar
  • Kajian
    • Ngaji Hadits
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Mediamu
  • Teknologi & Gaya Hidup

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim