
PWMU.CO – Tiga rahasia pernikahan bahagia disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid.
Dia menyampaikan pesan itu dalam pernikahan Baharuddin Rohim dan Hanif Mu’allifah, di Dusun Kampak, Desa Jegrek Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Ahad (6/9/2020).
“Resep pertama berhentilah membandingkan. Kalau dulu Anda sebelum menikah masih boleh membanding-bandingkan calon pasangan, tapi ketika sudah akad nikah, kesempatan membandingkan sudah selesai. Saatnya menerima dengan ikhlas dan menjalani dengan sabar,” tuturnya.
Mantan Sekretaris Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur ini mewanti-wanti kepada mempelai agar saling melengkapi dan menyempurnakan kekurangan pasangan.
Resep kedua, suami istri hendaknya cerdas menyikapi semua masalah yang hadir di tengah rumah tangganya. “Salah satu ciri pasangan cerdas adalah menjadikan persoalan rumit berubah sederhana. Bukan sebaliknya masalah ringan menjadi rumit,” kata Nadjib Hamid sambil mengutip berita di media tentang perceraian yang disebabkan masalah sederhana.
“Ada pasangan bercerai gara-gara menyikapi hal yang semestinya sederhana tapi menjadi malapetaka,” ungkapnya.
Cerai Gara-Gara Odol
Ceritaya, seorang suami mempunyai kebiasaan mengambil pasta gigi dengan mentekan dari tengah. Sedang istrinya menginginkan agar suami menekannya dari bawah. Maka terjadilah percekcokan.
“Kalau menurut saya, beli pasta gigi dua, beres. Suami istri bebas menggunakan dengan cara masing-masing,” jelas Nadjib. Menurut dia, tidak semua masalah dalam keluarga harus direspon dengan serius. Bisa sambil guyon, santai, dan rileks.
Resep ketiga menjadikan pasangan yang Islami dengan taat beragama. “Banyak hal bisa dilakukan dengan taat beragama, bisa diselesaikan dengan gampang,” tegasnya.
Menurut Nadjib Hamid, kehidupan keluarga bisa dibangun dengan baik, jika suami istri bersama-sama menjadikan Islam sebagai solusi. Sebab, setiap masalah pasti ada solusinya jika setiap keluarga bersandar kepada Allah.
“Rumus berkeluarga tidak semua didapatkan dari buku. Kebahagiaan bukan dari faktor titel dan jabatan tapi dari pelajaran-pelajaran kehidupan yang didapatkan dari perjalanan membangun rumah tangga,” tuturnya.
Tak Bisa Ditunda
Selain menyampaikan tiga pesan seirus di atas, Nadjib juga menyelikan joke-joke dalam tausiah singkatnya—sekitar 15 menit.
Di era pandemi Covid-19 ini, kata dia, semua hal bisa ditunda. Muktamar bisa ditunda. Demikian juga pembelajaran tatap muka. “Tapi ada satu hal yang tidak bisa ditunda, yaitu menikah,” ucapnya.
Tidak sampai di situ. Canadaan Nadjib Hamid juga menyasar “status” mempelai. Di smping sama-sama aktivis, keduanya asli Lamongan.
Baharuddin Rohim asal Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadiputra almarhum tokoh Muhammadiyah Lamongan, Kusnan Sumber. Sedangkan Hanif Mu’allifah adalah aktivis Pimpinan Wlayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur kelahran Dusun Kampak, Desa Jegrek Kecamatan Modo.
“Saya mendengar, rencana perjodohan ini ternyata sudah direncanakan oleh kedua orangtua sejak dini, ya?” candanya. Kedua mempelai pun tersenyum dalam balutan masker.
Yang juga digojlok Nadjib Hamid adalah undangan yang hadir. “Ini kayaknya bukan resepsi pernikahan. Tapi pengajian pimpinan. Karena tadi disebutkan nama-nama pimpinan struktural—Muhamamdiyah dan Aisyiyah—mulai dari tingkat wilayah hingga ranting,” ujarnya mengundang tawa. (*)
Penulis Mohamad Su’ud. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post