
PWMU.CO – 200 Ribu Positif, 200 Nakes Gugur. Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia per Selasa (8/9/2020) sudah menembus angka 200 ribu. Tepatnya 200.035: meninggal 8.230 dan sembuh 142.958. (Data Covid19.go.id)
Dari yang wafat itu terdapat 200 adalah tenaga kesehatan (nakes). Yaitu dokter 102; perawat 76 bidan 10, dokter gigi 7, serta 5 terdiri dari radiografer, apoteker, dan analis laboratorium (Kompas, 4/9/2020).
Untuk mendapat penjelasan mengapa jumlah kasus posistif Covid-19 terus meningkat— termasuk tingginya angka kematian tenaga kesehatan—PWMU.CO melakukan wawancara dengan dr Sholihul Absor MKes.
Wawancara daring dengan Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu belangsung, Senin (7/9/2020). Berikut petikannya:
Banyak sekali dokter dan tenaga kesehatan lain yang berguguran?
Saya sangat berduka terhadap kawan-kawan, sejawat, dan guru kita Prof Boedi Warsono. Kami sangat berduka yang sangat dalam.
Nah apa yang terjadi ini sebetulnya permasalahan yang menjadi lingkaran setan. Karena kita tidak bisa melewati masa-masa emas penanganan Covid-19 di awal pandemi. Kalau kita bisa kendalikan penuh di awal, ya gak akan seperti ini.
Maksud lingkaran setan?
Ini kayak lingkaran setan. Kayak ayam dan telur, duluan mana itu? Kalau penanganan difokuskan kesehatan, ekonomi akan mati. Tapi kalau ekonomi dipulihkan, pasien akan semakin banyak. Ini kan repotnya kalau udah gini. Jadi seperti roller coaster, muter terus.
Sebenarnya apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Pertama, dari sisi masyarakat. Kita tidak tahu mengapa pendidikan dan kesadarannya sangat rendah. Ada yang abai dan tidak percaya pada Covid-19.
Kedua, dari sisi pemerintah. Bagaimana pemerintah merespon permasalahan ini-itu. Saya melihat pemerintah menganggap masalah ini sangat ringan.
Mulai dari Kemenkes yang dulu bilang gak usah pakai masker bagi yang gak sakit. Seperti juga Pak Jokowi yang bilang boleh mudik tapi pulang kampung tidak boleh. Nah kayak gini faktor yang memperburuk keadaan.
Dan kebijakan pemerintah yang kurang. Seperti dulu kurangnya APD (alat pelindung diri). Makser bedah sekarang saja masih impor. Di sini masker N95 itu satu dibuat lima hari. Padahal dokter ya harus pakek masker N95. Di sini ketersediaannya gak ada. Maska kita pernah bisa bikin pesawat, masker saja masih impor?
Ketiga, dari sisi tempat kerja. Harusnya disediakan tempat-tempat kerja yang aman untuk dokter. Covid-19 itu penyakit baru. Ruang isolasi khusus pun di sini masih terbatas. Nah yang ini yang harus diperhatikan penyedia pelayanan kesehatan.
Tempat makan, shalat, dan lain-lain harus aman itu. Makan harusnya tidak di tempat ruang tertutup dan AC, dan lain sebagainya, Harusnya kalau sesuai ya aman-aman saja.
Dokter itu ya bisa saling menularkan. Entah dari keluarga, dari luar, dari pasien. Nah dokter yang paling banyak penularannya dari ruang makan. Waktu kerja kita pakek masker terus tapi kalau makan kan enggak, sambil ngobrol-ngobrol.
Keempat, bagaimana mengatur pola kerja yang baik. Seperti yang saya baca dari Prof Boedi Warsono, itu sehari menangani 50 pasien 50. Kan ya capek juga. Yang harus dijaga itu diri sendiri baru orang lain.
Bagaimana mengatur pola kerja tenaga medis ini untuk mengurangi kematian juga. Yang terjadi akibat lamanya Covid-19 ini adalah kelelahan. Kelelahan mental, kemudian dokter biasanya dibantah pasiennya. Seperti kita ngomong pasien kena Covid ini, ya mereka marah. Kalau gak dibilangin ya malah menyebar dan lain-lain. Kita dalam posisi yang sulit.
Bagamana menghadapi masalah ini? Apa solusinya?
Untuk masyarakat, perlu sekali ditegakkan kebijakan sebenar-benarnya. Bagaimana menggunakan masker yang bener, bagaimana menyediakan hand sanitizer, dan menyediakan ruang-ruang aman di tempat umum.
Itu perlu. kalau nggak digitukan rumah sakit akan kebobolan pasien lebih banyak. Ini kampanye uga harus dijaga. Masak dana untuk Covid besar tapi di media kecil sekali. Kalau di SIngapura di channel Asia di sekitar jam empat sore. Ada tayangan live tanya jawab tentang Covid dan konsisten sampai sekarang.
Untuk masalah tenaga medis, tolong hargai perjuangan dokter. Tapi pemerintah malah lebih penting pemulihan ekonomimya, ya sudah. Pemerintah ya harus sediakan masker, APD, dan PCR. Tes sweb PCR itu satu juta. Masyarakat mau periksa ya langsung mundur. Mestinya semua ya harus disediakan pemerintah. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post