Tantangan Pendidikan Islam: Mencetak Ulama-Intelektual

Dr Abdul Mu'thi (kiri) menjadi nara sumber utama dalam Kuliah Tamu di FAI UM Jember (foto Bi)
Dr Abdul Mu’thi (kiri) menjadi nara sumber utama dalam Kuliah Tamu di FAI UM Jember (foto Bi)

PWMU.CO – Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk lulusan yang menguasai ilmu agama dan ilmu umum. Mereka juga diharapkan memahami Alquran dan Hadits, serta teori-teori ilmiah. Oleh karena itu pengusaan bidang keilmuan umum dan agama menjadi kenicayaan. Demikian Dr Abd  Mu’thi MEd saat berbicara di Jember, Jawa Timur, Sabtu (8/10).

“Pendidikan Islam harus melakukan integrasi ilmu dan agama. Dalam bahasa pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, lulusan pendidikan Islam harus menjadi intelektual-ulama atau ulama-intelektual,” ujar dia.

Menurut Mu’thi, itulah harapan, sekaligus tantangan yang dihadapi dunia pendidikan Islam. “Tantangan lainnya adalah kemampuan pengelola pendidikan Islam untuk membuat program terobosan yang terkait (linkage) dengan dunia kerja.

(Baca: 3 Faktor yang Pengaruhi Maju-Mundurnya Pendidikan dan Problem Inilah yang Membuat Kajian Keislaman Mandeg)

Sayangnya, tambah Mu’thi, masih banyak mahasiswa yang kompetensinya setengah-setengah. Dampaknya, lulusan pendidikan Islam tidak terserap di dunia kerja. “Inilah yang harus dijawab pengelola pendidikan Islam di dunia yang semakin pragmatis.”

Di hadapan 250 mahasiswa Fakultas Agama Islam dan peserta Program Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah (UM) Jember, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu bertindak menjadi nara sumber utama dalam kuliah umum “Pendidikan Islam di Indonesia: antara Harapan dan Tantangan”.

Dosen UIN Syarief Hidayatullah Jakarta itu mengatakan, lembaga pendidikan Islam harus berorientasi untuk mewujudkan lulusan yang benar-benar berkompeten. Menurut dia, ada 3 kompetensi yang harus dimiliki lulusan institusi pendidikan Islam, yaitu kompetensi kurikuler, bahasa internasional, dan kepemimpinan.

(Baca juga: Pentingnya Paradigma Pendidikan Berkemajuan di Muhammadiyah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Siapkan Diri Jadi Research University)

Kompetensi kulikuler, kata Mu’thi, berkaitan dengan kualifikasi akademik sesuai jurusan masing-masing. “Soal bahasa internasional juga jangan penting, terutama penguasaan bahasa Inggris,” ujarnya. Terakhir, kompetensi kepemimpinan berkaitan dengan soft skill yang dibutuhkan masyarakat dan dunia kerja. “Dalam konteks kini lulusan pendidikan harus memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk menjawab tantangan kehidupan.”

Di awal ceramahnya, Mu’ti, menjelaskan bahwa pendidikan Islam dalam pengertian sehari-hari bisa bermakna sebagai mata pelajaran atau mata kuliah. Di samping itu, pendidikan Islam juga berarti institusi yang berbentuk pesantren, madrasah, atau sekolah, dan lembaga pendidikan nonformal seperti halnya diniyah. (Bi/MN)

Exit mobile version