Belajar dari Kaos Kaki Beda Warna Timnas U-19

Belajar dari kaos kaki beda warna, hitam dan putih. (Foto okenews.com)

Belajar dari Kaos Kaki Beda Warna Timnas U-19, kolom ditulis oleh Ichwan Arif guru SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik.

PWMU.CO – Belajar dari kaos kaki beda warna Timnas U-19 dalam mengembangkan dan mengasah skill pemain saat mengikuti pemusatan latihan di Jakarta, Sabtu (5/9/20).

Kita patut mengapresiasi metode unik pelatih Tim Nasional (Timnas) Shin Tae-yong ini. Pelatih berkewarganegaraan Korea Selatan (Korsel) itu meminta para pemain menggunakan kaos kaki berbeda warna. Metode ini untuk melihat kaki lemah para pemainnya. Pemain diminta menandai kaki lemahnya lewat warna kaos kaki.

Ada kaos kaki warna hitam dan putih. Kaki yang memiliki kekuatan memakai warna hitam, sedangkan putih untuk kaki yang memiliki kelemahan. Dan kelemahan itulah yang harus terus diasah dalam mengolah, mengontrol, menggocek, maupun menendang bola.

Si Rubah Tanah kelahiran Gyeongbuk 11 April 1969 ini penggunaan kaos kaki beda warna dalam menggebleng anak asuhnya sudah pernah mempraktikkan saat melatih timnas junior Korsel. Menggunakan strategi ini, juru taktik ingin melihat dan melatih pemain Indonesia agar mereka bisa meningkatkan sisi kaki mereka yang lemah.

Upaya coach Shin Tae-yong ini memproses pemain untuk sadar dan berani mengakui kekurangan dan kelemahan yang dimiliki. Selanjutnya, pelatih akan memasilitas dengan strategi latihan yang nantinya kelemahan tersebut bisa menjadi titik keunggulan.  

Orangtua Jadi Sahabat Anak

Untuk mengasah talenta anak, metode coach ini sebenarnya cocok juga. Menyadarkan dengan cara memeta kemampuan baik kelemahan dan kekuatan adalah proses diri untuk bisa mengembangkan potensi anak.

Orangtua harus menjadi pendamping sekaligus guru yang memiliki kemampuan ganda. Bukan sekadar mendampingi belajar secara fisik, tetapi mampu menjadi guru yang bisa memberikan evaluasi. Terus meningkatkan keungguan dan kelemahan yang bisa terus dilatih sehingga menjadi keunggulan.

Semisal, anak secara akademik nilai matematika atau bahasa Inggrisnya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka orangtua harus sudah paham dan mengerti. Dia harus melakukan komunikasi ke anak. Ini adalah langkah awal supaya anak bisa jujur dan bisa membuat kesepakatan bersama dalam mencari dan menemukan solusinya.

Jangan sampai sebaliknya, orangtua abai dan tidak paham permasalahan yang dialami anak. Orangtua harus menjadi orang pertama yang bisa menerima kejujuran anak. Mana kemampuan yang layak dan cocok yang diberi ‘kaos kaki warna hitam dan mana kemampuan yang harus diberi warna putih’.

“Bagaimana kalau anak tidak memahami kekurangan atau malah dia diam seribu bahasa ketika orangtua bertanya?”

Komunikasi yang baik, tidak menggurui adalah cara yang bisa dilakukan. Semakin orangtua bisa memosisikan sebagai teman, sahabat, InsyaAllah anak bisa terbuka, bisa curhat. Maka, orangtua harus bisa menjalin kedekatan dengan anak.

Kembangkan Potensi Diri

Untuk bisa mengembangkan potensi anak, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada alur proses yang harus dilalui. Cara coach dengan mewajibkan para pemain memakai kaos kaki beda warna adalah cara untuk mengenal diri tiap pemainnya. Orangtua pun harus mampu mengenal anak supaya mampu mengembangkan potensi diri.

Mengenal diri sendiri merupakan tahapan pertama bagi orangtua supaya bisa mengembangkan potensi diri anak. Orangtua akan memiliki data diri anak sebagai bahan untuk mengatur strategi pembinaan lebih lanjut. Orangtua akan memiliki peta diri anak untuk selanjutnya sebagai mengembangkan  kemampuan anak.

Ketika anak memiliki hobi melukis, tetapi kurang menguasai beberapa teknik orangtua harus mampu mengetahui dan bisa menutupi kekurangan itu.

Seperti lining (membuat garis panjang melalui cat dengan kuas liner atau round yang panjang), teknis penggunaan kuas basah atau kering, cross-hatching (teknik melukis dengan menyapukan kuas dengan melakukan gerakan yang membentuk X), teknis blending (mencampurkan dua atau lebih warna langsung di atas kanvas), atau smudging menciptakan efek gradasi dengan hanya satu warna di atas warna lain yang telah kering.

Dengan cara apa? Kalau orangtua tidak mampu memberikan materi atau pelatihan khusus, maka harus mampu memberikan fasilitas. Bisa mengikutkan les kelas melukis atau mengikuti anak dalam komunitas di bidangnya. Ini contoh real supaya anak bisa mengembangkan potensi diri.

Memudahkan Mencapai Tujuan

Dengan mengetahui potensi anak, baik kelebihan dan kekurangan, orangtua bisa memberikan sumbangsih pada proses pencapaian diri anak. Kelebihan dan kekurangan harus cepat diketahui dan dikenali sehingga bisa memuluskan upaya dalam mencapai tujuan dan target yang hendak dicapai anak.

Anak memiliki kemampuan menulis novel, maka orangtua harus jeli dan sigap untuk bisa memberikan dan menambah imun wawasan diri anak. Apa saja? Mulai dari menyediakan referensi maupun memberikan tutor sebaya anak untuk bisa asah kemampuan menulisnya.

Kuatkan Karakter ‘Berani’

Orangtua adalah guru karakter anak. Jangan sampai malah memosisikan diri sebagai guru karakter urutan kesekian bagi anak. Menanamkan karakter berani menerima saran dan kritis serta berani mencoba adalah orangtua.

Adakalahnya anak menjadi kerdil kalau apa yang sudah dilakukan itu mendapat saran dan sasaran kritikan. Motivasinya mulai kendor, menurun. Orangtua harus mampu memupus anggapan itu. Dia harus bisa menguatkan mental anak. Yakinkah, orang hebat, sukses itu tumbuh dalam kritik dan saran.

Orangtua memberikan pembelajaran hidup pada anak, saran dan kritis adalah proses introspeksi diri. Menghilangkan rasa benar sendiri dengan menjadi semua kritik dan saran untuk menjadi diri lebih baik lagi.

Keluar dari Zona Nyaman

Selain itu, orangtua harus terus memupuk prinsip tidak takut mencoba hal baru pada diri anak. Menyingkirkan rasa takut gagal saat mencoba hal baru menjadi elemen sangat penting. Anak yang ingin sekali bisa meningkatkan skill public speaking selama tidak bisa kalau hanya belajar teori semata.

Orangtua harus memberikan ‘panggung’ pada anak untuk bisa berlatih. Atau juga bisa koordinasi dengan sekolah supaya memberikan jadwal kultum atau ikut di organisasi sekolah. Karakter berani ini sekaligus sebagai upaya anak bisa mendorong diri sendiri untuk keluar dari zona nyaman.

Sudah saatnya kita akan memberikan kaos kaki beda warna pada anak kita supaya dia bisa mengembangkan dan meningkatkan potensi diri. Selamat mencoba! (*)

Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version