
On Off Mood Kita, kolom ditulis oleh Ichwan Arif guru SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik.
PWMU.CO – “Aku sedang tidak mood, nih.” Sob, kalimat ini sering kita dengar dari teman. Ucapan ini juga sering ditambah dengan tampilan wajah sedikit cemberut dan muram.
Sob, bicara soal mood sama saja dengan bicara tentang suasana hati. Mood adalah keadaan emosional yang bersifat sementara, kadang suasana yang baik atau malah sebaliknya.
Kalimat tersebut bisa menjadi peringatan agar tidak mengganggu untuk sementara waktu, sampai mood kembali membaik. Saat tubuh mengalami mood yang sedang buruk, maka hormon kortisol (hormon yang menentukan respon terhadap situasi yang menegangkan bisa memicu stress) juga dihasilkan kelenjar adrenal (kelenjar kecil yang berperan dalam memproduksi beberapa jenis hormon di dalam tubuh).
Sob, ketika kita bisa manajemeni kondisi mood dengan dengan bijak dan cepat, maka aktivitas kita terus berjalan secara normal. Mood yang tertekan cenderung merespon negatif, sedangkan mood senang cenderung merespon dengan semangat.
Sebar Energi Negatif
Suatu hari anak saya curhat dan berkata, “Ayah, aku sebel dengan temanku.” Dia ungkapkan itu sambil menampakkan wajah cemberutnya.
“Ada apa?” kataku, pelan.
“Masak, dia tidak ikut mengerjakan tugas kelompok. Enak saja,” ujarnya kesal.
“Mengapa tidak ikut?” tanyaku. Anak saya diam dan menaikkan kedua pundaknya, menandakan dia tidak tahu.
Suasana hati anak saya mulai tidak stabil. Uring-uringan sendiri di kamar. Ekspresi muram. Membanting tas dan alat tulis di meja belajarnya.
Sob, ketika rasa kesal dan marah, sebenarnya dia sedang menyebarkan energi negatif. Energi ini sedang membumbung dan menguasai dirinya. Praktis, aktivitas yang dimunculkan juga akan mengarah ke sana. Membanting tas maupun alat tulis sebagai bukti real-nya.
Dari permasalahan anak saya, kalau kita perhatikan, ketika kita beraksi negatif terhadap setiap peristiwa, yang terjadi adalah peristiwa tetap terjadi. Peristiwa tidak akan berubah, tetapi perubahan suasana hati anak saya yang muncul karena tidak bisa mengendalikan peristiwa tersebut.
Dapatkan kita bisa mengendalikan mood ini, semisal kita menghadapi masalah serupa?
Mengubah Persepsi Sikap
Ketika uring-ringan, jutek, mood negatif akan muncul ke permukaan. Peristiwa yang menyebabkan mood terjun bebas itu tidakakan berubah. Kita hanya bisa mengubah persepsi atau sikap kita terhadap peristiwa itu.
Sob, andai kita bayangkan dari permasalahan tadi. Jika permasalahan ketidakhadiran teman anak saya itu karena orangtua, saudara, atau diri sendiri sakit sehingga dia tidak bisa hadir mengikuti mengerjakan tugas kelompok. Apa anak saya harus membanting tas maupun alat tulisnya. Tentunya akan berbeda.
Sob, inilah namanya mengubah persepsi sikap ini. Ketika kita mampu mengubah setiap permasalahan yang menjadi pemicu, InsyaAllah mood positif akan bisa dikuasai. Sebaliknya bad mood, bisa menjauh dan menghilang.
On Off Mood, Kita Mengendalikan
Sob, remote mood itu ada di tangan kita. Kapan kita harus memainkan? Mau menyalakan atau mematikan tergantung diri kita. On off mood kita ada di hati kita sendiri. Mulai sekarang, jangan mau orang lain mengatur mood kita. Kita harus bisa memanajemeni sendiri sehingga bisa terhindar dari sikap dan suasana negatif.
Bahagia, sedih, benci, dendam, kesal, jutek itu kita yang memilih. Kita yang mementukan. Jadi, mengapa nggak memilih bahagia terus saja. Pegang remote mood tersebut, semoga suasana senang dan bahagia selalu menaungi kita. Semoga. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post