
PWMU.CO– Armenia dan Azerbaijan yang sekarang sedang perang merupakan negara indah yang terletak di Pegunungan Kaukasus. Berdekatan dengan danau besar. Saking besarnya hingga dinamakan Laut Kaspia dan Laut Hitam.
Negeri Armenia yang Kristen dan Azerbaijan yang Islam pernah menjadi koloni Uni Sovyet Rusia. Keduanya merdeka tahun 1990. Negeri kecil ini sejak lama disebut dalam sejarah Kristen dan Islam. Armenia dan Azerbaijan sekarang perang berebut wilayah Nagorno Karabakh yang saling klaim menjadi bagiannya. Nagorno Karabakh sekarang yang mayoritas penduduknya bangsa Armenia menyatakan merdeka sepihak. Pernyataan merdeka ini mendorong Azerbaijan berusaha menguasainya.
Russia Beyond menjelaskan, Armenia, negara tertua di wilayah Kaukasus berasal dari negara kuno Urartu sejak abad ke-4 SM diperintah Dinasti Orontid. Pada abad ke-1 SM, negeri ini ditaklukkan oleh Kekaisaran Romawi. Kemudian bergantian negara tetangganya berebutan wilayah ini seperti Persia, Arab, Turki. Nasib Armenia juga berkaitan dengan Azerbaijan yang bertetangga.
Negara ini mengadopsi Kristen sebagai agama resminya pada abad ke-4 Masehi. Sepanjang sejarahnya yang bergolak, orang-orang Armenia bermigrasi ke berbagai negara bagian Kaukasus dan Eropa. Sementara Azerbaijan mengenal Islam sejak pasukan Khalifah Utsman bin Affan menguasai daerah itu yang sebelumnya dikuasai Persia. Islam makin menyebar di zaman Umaiyah dan Turki Seljuk dan Utsmani.
Sejak abad ke-16, tanah Armenia telah menjadi medan pertempuran antara Turki dan Persia. Medio abad ke-16, Armenia Timur berada di bawah pengaruh Persia, sedangkan Armenia Barat dikuasai oleh Turki, tetapi tidak untuk waktu yang lama.
Persia menjadikan Negeri Armenia sebagai negara satelit di dalam perbatasannya, sementara Turki menaklukkan menjadi bagian dari negaranya. Pada akhir abad ke-18, orang Armenia memulai pemberontakan untuk merdeka dari kekuasaan Persia. Saat itulah Kekaisaran Rusia turun tangan.
Salah satu penguasa Persia yang paling berpengaruh, Nader Shah (1688 – 1747), menaklukkan dua wilayah Georgia, Kartli (Iberia) dan Kerajaan Kakheti. Setelah Nader Shah mati, kedua wilayah itu disatukan sebagai Kerajaan Kartli-Kakheti.

Dikuasai Rusia
Pada 1783, di bawah Perjanjian Georgievsk, sebuah protektorat Kekaisaran Rusia atas Kartli-Kakheti didirikan. Bagi orang-orang Armenia, ini menunjukkan bagaimana mereka dapat bergabung dengan Kekaisaran Rusia untuk melindungi diri dari penaklukan Persia lebih lanjut.
Sebelumnya, pada 1701, politisi ternama Armenia Israel Ori (1658 – 1711) pergi ke Moskow untuk meminta Kaisar Rusia Pyotr Agung membantu mendapatkan kemerdekaan. Meskipun Pyotr menyetujui permintaanya, Ori tidak dapat menyelesaikan misinya. Dia meninggal dalam keadaan misterius pada1711.
Kerajaan Kartli-Kakheti akhirnya menjadi bagian dari Rusia di masa Kaisar Aleksandr I. Rusia membutuhkan langkah ini untuk menentang sikap politik agresif Persia yang menginginkan kendali atas wilayah Kaukasia.
Merana karena invasi Persia yang terus-menerus, orang-orang Armenia sangat membutuhkan bergabung dengan Kekaisaran Rusia yang sama-sama Kristen daripada dikuasai Peria yang muslim. Mereka melihat Armenia Barat yang dikuasai Turki Utmani terus menerus berupaya diislamkan.
Akibat bergabungnya Kerajaan Kartli-Kakheti ke Rusia, perang Rusia-Persia pecah pada tahun 1804 – 1813 pecah. Persia ingin kerajaan itu kembali berada di bawah pengaruhnya. Rusia memenangkan perang ini dengan telak.
Di bawah Perjanjian Gulistan (1813), wilayah Dagestan, sebagian besar wilayah Azerbaijan dan dan sebagian Armenia utara yang dikuasai Persia diambil alih Kekaisaran Rusia.

Persia Kalah
Tak lama kemudian, perang baru Rusia-Persia 1826 – 1828 kembali berkobar. Namun, kemenangan lagi-lagi jatuh ke tangan Kekaisaran Rusia.
Wilayah Persia kembali hilang di bawah Perjanjian Turkmenchay. Wilayah yang hilang itu seperti Armenia Timur, Erivan, dan Nakhichevan. Pada 1828, Provinsi Armenia dibentuk sebagai bagian dari Kekaisaran Rusia.
Relokasi orang-orang Armenia dari Iran dan Kekaisaran Turki Utsmani kembali ke tanah Armenia dimulai atas prakarsa Rusia. Ini menandai awal kebangkitan budaya Armenia.
Provinsi Armenia kemudian menjadi bagian dari Republik Transkaukasus Rusia yang lebih besar yang terdiri dari negara-negara Georgia, Armenia, Azerbaijan, dan Kaukasia lainnya.
Wilayah rancangan Rusia ini berpusat di Tbilisi, Georgia. Bahasa Rusia dipaksakan di sekolah-sekolah lokal. Ini memicu protes orang-orang Armenia dan Azerbaijan, yang pada akhirnya berbalik menentang kekuasaan Rusia. Tapi negara ini tak berumur panjang. Akhirnya pecah berdiri sendiri. Namun Uni Sovyet dengan tentara merahnya menyerang Azerbaijan dan Armenia antara 1920-1922 hingga akhirnya masuk Uni Sovyet.
Glasnost yang bergaung dalam pemerintahan Presiden Sovyet Mikail Gorbachev menjadikan negara-negara bagiannya merdeka termasuk negeri Armenia dan Azerbaijan. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post