• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

UU Cipta Kerja, Pintu Menuju Orde Babu?

Selasa 13 Oktober 2020 | 11:17
in Kolom
0
205
SHARES
209
VIEWS
Prima Mari Kristanto, penulis UU Cipta Kerja, Pintu Menuju Orde Babu?

UU Cipta Kerja, Pintu Menuju Orde Babu? Kolom ditulis oleh Prima Mari Kristanto, akuntan berkantor di Surabaya.

PWMU.CO – Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang diusulkan pemerintah dan disahkan DPR 5 Oktober 2020 lalu, digadang-gadang sebagai jembatan emas perbaikan ekonomi, bisnis, dan investasi di Indonesia.

Belajar dari sejarah, keberadaan investasi asing bukan hal baru. Bahkan telah hadir sejak empat abad yang lalu di Nusantara bersama kehadiran VOC—persekutuan dagang dari Belanda.

Kehadiran VOC itu tak lepas dari pendirian bursa saham pertama di dunia tahun 1602 dan bank sentral pertama di dunia tahun 1606 di Amsterdam. Keduanya memperkokoh posisi Amsterdam dan Belanda dalam ekonomi dunia.

Posisi kota Amsterdam, Ibukota Belanda, sebagai kiblat keuangan dunia pada masanya memudahkan VOC memperoleh modal dalam ekpansi ke seluruh dunia termasuk Nusantara.

Jawa Tanah Harapan

Sejak pendaratan pertama kapal VOC di pelabuhan Banten tahun 1596, VOC melihat Nusantara, khususnya Jawa, sebagai tanah harapan sebagaimana bangsa Eropa menemukan benua Amerika.

Perlahan dan pasti awalnya VOC melakukan praktik perdagangan, berlanjut pada kegiatan perkebunan. Ketersediaan lahan yang subur dan tenaga kerja yang melimpah memudahkan VOC menggunakan tenaga kerja lokal yang murah. Berbeda dengan perkebunan-perkebunan di Amerika yang harus impor budak dari Afrika.

Bangsa Belanda yang melakukan praktik imperialisme dan kolonialisme di Nusantara menggunakan kata koeli untuk para pekerja bawah. Kini koeli atau kuli telah menjadi kosa kata bahasa Indonesia yang artinya kurang lebih pekerja kasar pada level paling bawah, resiko kerja paling berat dengan gaji atau upah paling sedikit.

Kata kuli sendiri berasal dari bahasa India/Hind, quli yang artinya pekerja sewa. Kata quli selanjutnya populer di kalangan bangsa imperialis Eropa di Asia. Kuli-kuli di Nusantara pada era VOC tahun 1596-1799 sebagian besar dipekerjakan pada perkebunan atau bekerja di lahan mereka sendiri sebagai kuli tanam paksa.

Baca Juga:  Nasruddin Hoja Mencari Pasal yang Hilang

Memasuki era kolonialiasme mulai tahun 1800 setelah bangkrutnya VOC, peralihan status administratif menjadi Hindia Belanda (Netherland Indies) tidak membawa perubahan pada nasib masyarakat pribumi.

Trans Jawa: Anyer-Panarukan

Project pertama pemerintahan kolonial di bawah Gubernur Jenderal Daendels adalah pembangunan jalan trans Jawa: Anyer-Panarukan. Ini sebuah gebrakan. Project prestisius yang dimulai tahun 1816 mempekerjakan kaum narapidana dan rakyat jelata sebagai tenaga kerja rodi.

Tidak jauh berbeda dengan sistem-sistem ketenagakerjaan sebelumnya, sistem kerja rodi memakan korban jiwa dalam jumlah yang besar. Jalan trans Jawa menjadi urat nadi orientasi baru ekonomi “negara” Netherland Indies yaitu industri berbasis perkebunan khususnya industri gula.

Penemuan-penemuan ladang minyak dan bahan tambang lainnya serta perkebunan-perkebunan yang tetap dipertahankan menjadikan “negara” Netherland Indies cukup diperhitungkan sebagai tujuan investasi.

Penindasan dan Perjuangan Kemerdekaan

Sepintas “negara” Netherland Indies memberi banyak lapangan kerja pada masyarakat serta menyediakan jalur infrastruktur yang lengkap sebagai gaya hidup baru.

Akan tetapi kemajuan-kemajuan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi hasil perkebunan dan industri hanya sedikit dinikmati masyarakat pribumi sebagai penghuni kasta ekonomi paling rendah.

Kondisi di atas membangkitkan ghirah kaum nasionalis untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Kemerdekaan sebagai tujuan politik setali tiga uang dengan tujuan ekonomi yaitu menjadikan warga negara Indonesia menjadi pelaku utama dalam politik dan ekonomi di tanah airnya sendiri.

Cita-cita merdeka terwujud dengan pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949 dari Belanda. Kemerdekaan menjadikan bangsa Indonesia bebas merumuskan cita-cita ekonomi dan politiknya.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan cita-cita tersebut adalah, “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Baca Juga:  NKRI Harga Mati, Katanya

Petunjuk-petunjuk pelaksanaan cita-cita tersebut dijabarkan di dalam Batang Tubuh UUD 1945 pada pasal demi pasal yang jelas. Mengenai cita-cita ekonomi Indonesia merdeka menurut Bung Hatta—konseptor ekonomi dan Proklamator Kemerdekaan RI—ada pada pasal 27, pasal 33, dan pasal 34.

Pasal 27 tentang hak warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 33 tentang sistem ekonomi kekeluargaan, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara, bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal 34 dasar pemberian jaminan sosial pada fakir miskin dan anak-anak terlantar yang seharusnya dipelihara oleh negara.

Periode Indonesia Medeka tahun 1945 hingga 1965 yang dikenal sebagai Orde Lama belum mampu mewujudkan cita-cita ekonomi dan politik yang ideal.

Sistem ekonomi terpimpin dan politik demokrasi terpimpin yang anti-modal asing tamat setelah pertanggungjawaban Presiden Sukarno ditolak MPRS pada tahun 1967.

Presiden Soeharto tampil menggantikan Presiden Sukarno sebagai pejabat presiden pada tahun 1967 untuk melanjutkan cita-cita kemerdekaan dalam Orde Baru. Program-program ekonomi periode Orde Baru tertolong oleh kenaikan harga minyak mulai tahun 1969. Berturut-turut memasuki tahun 1970-an hingga 1980-an pembenahan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan industri tidak menemui hambatan yang berarti.

Dari Macan Asia hingga Teradinya Krisis

Tahun 1990-an ekonomi Indonesia mendapatkan julukan sebagai Macan Asia dengan kepercayaan lembaga-lembaga keuangan dunia memberi pinjaman modal pada sektor swasta. Tetapi tanpa disadari, banjirnya modal asing di Indonesia pada swasta menjadi masalah memasuki tahun 1997.

Kebutuhan devisa yang besar untuk pengadaan bahan baku impor dan membayar angsuran pinjaman menyebabkan guncangan sektor moneter. Puncaknya tahun 1998 nilai tukar mata uang dolar Amerika terhadap rupiah yang melonjak drastis menyebabkan krisis ekonomi, politik dan merambah segala bidang.

Baca Juga:  Kisah Runtuhnya Peradaban Islam di Andalusia

Tanpa disadari Indonesia menjadi korban praktik liberalisme ekonomi yang ditandai masuknya modal asing secara besar-besaran tanpa kemampuan melakukan pengendalian akan dampaknya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Era Reformasi setelah pergantian Presiden Soeharto oleh Presiden BJ Habibie pada 21 Mei 1998 sebagai era transisi menata ulang landasan ekonomi dan politik di Indonesia.

Dasar-dasar politik ekonomi yang penting pada era reformasi antara lain independensi Bank Indonesia, pemberdayaan UKM, koperasi, penyehatan BUMN dan perbankan.

Pergantian Presiden Habibie ke KH Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo saat ini masih mengemban misi pemulihan ekonomi akibat krisis moneter tahun 1997/1998.

UU Cipta Kerja dan Kekhawatiran Terulangnya Sejarah

UU Cipta Kerja diyakini pemerintah dan DPR akan membawa kemajuan ekonomi di Indonesia. Tapi tidak mudah mewujudkan stabilitas ekonomi pascareformasi, sebagaimana stabilitas ekonomi dan politik era Orde Baru.

Kesadaran seluruh elemen bangsa untuk menjaga ketenangan penting demi mencari jalan keluar pro kontra UU Cipta Kerja. Investasi asing sebagai dilema atau seperti buah simalakama. Di satu sisi dibutuhkan namun pada sisi lain dikhawatirkan menjadikan hadirnya penjajahan ekonomi.

Orde Baru yang ditopang modal asing besar-besaran pada akhirnya terguncang. Kekhawatiran sejumlah pihak pada UU Cipta Kerja—termasuk dari Ormas Muhammadiyah, NU dan sejumlah akademisi perguruan tinggi—layak didengar pemerintah dan DPR.

Semua tidak ingin bersama omnibus law Indonesia memasuki era Orde Babu. Babu sebagaimana kuli, hanya menjadi pesuruh bangsa lain dalam tata kelola ekonomi di tanah air sendiri.

Maka pendidikan berkelanjutan dan berkemajuan sebagai salah satu metode terbaik agar bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa babu di era milenial. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Prima Mari KristantoUU Cipta KerjaUU Omnibus LawVOC
Share82SendTweet51

Related Posts

Prima Mari Kristanto penulis Jejak Khilafah.
Kolom

Pro Kontra Kader Muhammadiyah Jadi Komisaris BUMN

Selasa 12 Januari 2021 | 15:48
517
Lahir, Komunitas Investor Warga Muhammadiyah di Pasar Modal
Kabar

Lahir, Komunitas Investor Warga Muhammadiyah di Pasar Modal

Sabtu 9 Januari 2021 | 15:45
622
NKRI
Kolom

NKRI Harga Mati, Katanya

Senin 28 Desember 2020 | 15:38
210
Prima Mari Kristanto penulis Jejak Khilafah.
Kolom

Bank Syariah Indonesia Bukan Musuh Muhammadiyah

Selasa 22 Desember 2020 | 18:51
635
Prima Mari Kristanto penulis Jejak Khilafah.
Kolom

Mananti Lahirnya Kepala Daerah Pilihan Tuhan

Senin 7 Desember 2020 | 14:10
126
Prima Mari Kristanto penulis Jejak Khilafah.
Kolom

MUI dan Agenda Ekonomi Umat

Sabtu 28 November 2020 | 12:14
198
Next Post
Berpikir di Luar Kebiasaan

Berpikir di Luar Kebiasaan

Angel temen tuturanmu

Angel Temen Tuturanmu

Pesan Din Syamsuddin untuk Para Guru

Pesan Din Syamsuddin untuk Para Guru

MDMC Terima Penghargaan BNPB

MDMC Terima Penghargaan BNPB

Guru Hebat di Tengah Krisis

Guru Hebat di Tengah Krisis

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
570

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
181

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
360

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more
Keutamaan Amalan Nabi Daud
Ngaji Hadits

Keutamaan Amalan Nabi Daud

Jumat 25 Desember 2020 | 06:26
438

Keutamaan Amalan Nabi Daud (Ilustrasi freepik.com) Keutamaan Amalan Nabi Daud ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more

Berita Terkini

Muhammadiyah Bantu Banjir Kalimantan Selatan

Muhammadiyah Bantu Banjir Kalimantan Selatan

Minggu 17 Januari 2021 | 19:44
Bantuan Gempa

Bantuan Gempa Mamuju Berdatangan

Minggu 17 Januari 2021 | 16:17

Teladan dari Syekh Ali Jabir

Minggu 17 Januari 2021 | 16:07
Perempuan Tangguh, Keunggulan dan Tantangannya

Perempuan Tangguh, Keunggulan dan Tantangannya

Minggu 17 Januari 2021 | 15:47
Smamio Juara Umum ME Awards 2020 Tingkat SMA/MA, Nyatakan Sekolah Riset

Smamio Campus Tour Virtual Libatkan Alumni di 30 PT Favorit

Minggu 17 Januari 2021 | 12:45
Rahasia 98 Persen Siswa Smamsatu Diterima PT

Smamsatu Gelar Lomba Video Prokes, Ini Ketentuannya

Minggu 17 Januari 2021 | 10:36
Pengalaman bersama Almarhum Mas Choliq Benahi Kantor Wilayah, tulisan Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid MSi ini penuh inspirasi. Selamat membaca!

Muhammadiyah Jatim Galang Dana untuk Bencana Indonesia

Minggu 17 Januari 2021 | 08:54
Hubungan bencana

Hubungan Bencana dan Perilaku Manusia

Minggu 17 Januari 2021 | 08:05
Bencana Bertubi-tubi dan Lima Kesadaran Spiritual

Bencana Bertubi-tubi dan Lima Kesadaran Spiritual

Minggu 17 Januari 2021 | 07:26
Atasi Pandemi dengan llmu, Ulama Pernah Tulis 20 Buku soal Itu

Atasi Pandemi dengan llmu, Ulama Pernah Tulis 20 Buku soal Itu

Minggu 17 Januari 2021 | 06:02

Berita Populer Hari Ini

  • Tiga Peristiwa Ini Tunjukkan Siapa Sebenarnya Syekh Ali Jaber

    Tiga Peristiwa Ini Tunjukkan Siapa Sebenarnya Syekh Ali Jaber

    13961 shares
    Share 5584 Tweet 3490
  • Warganet Tinggalkan WA, Pilih BiP

    7528 shares
    Share 3011 Tweet 1882
  • Ali Jaber Wafat, Presiden Belum Ucapkan Belasungkawa

    919 shares
    Share 368 Tweet 230
  • Jungkir Balik Covid-19 Pertanda Dajjal

    3808 shares
    Share 1523 Tweet 952
  • Ini Kebijakan Muhammadiyah saat PPKM dan Fatwa Tarjih Vaksinasi Covid-19

    1103 shares
    Share 441 Tweet 276
  • 12 Tafsir Langkah Muhammadiyah dari Mas Mansur

    364 shares
    Share 146 Tweet 91
  • As’ad Yasin, Sosok Penerjemah Kitab Fi Zhilalil Quran Sayid Quthub

    2524 shares
    Share 1010 Tweet 631
  • Smamio Campus Tour Virtual Libatkan Alumni di 30 PT Favorit

    312 shares
    Share 125 Tweet 78
  • Ayat Alif Laam Miim Bikin Merinding Orang Yahudi

    10098 shares
    Share 4039 Tweet 2525
  • Pemecatan Ketua KPU Dinilai Berlebihan

    361 shares
    Share 144 Tweet 90
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 081233867797
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama