H Noroqib, Jadi Guru karena Ingin Jalan ke Surga Lebih Dekat, ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO – Naluri sebagai guru membuat Noroqib selalu bergairah mengabdikan dirinya untuk penyebarluasan ilmu. Walau jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah cukup jauh, ia tetap semangat mengajar.
Sebab bagi Noroqib mengajar adalah panggilan jiwa. Juga bentuk jihad di jalan Allah. Ia meyakini bahwa dengan mengajar jalan menuju surga lebih dekat.
Ia harus menempuh jarak 60 km dari rumahnya di Kota Lamongan ke kampung halamannya di Payaman, Solokuro untuk mengajar. Tak hanya itu, ia juga harus melewati Bengawan Solo dengan perahu sebelum jembatan Karanggeneng dibangun seperti saat ini.
Keluarga Noroqib
Noroqib lahir di Desa Payaman, Kecamatan Solokuro pada tanggal 11 Juni 1966. Ia adalah anak ke delapan dari 10 bersaudara. Selenkapnya: Akhwan (alm), M Yasin Chudlori (alm), Zaenah, M. Zayin Chudlori, Abdul Hakim, Shohib (alm), Ahmad Nafiq, Noroqib, Marzuq dan Sa’diyah.
Ayah Noroqib, Haji Chudlori adalah seorang tokoh Muhammadiyah yang menjadi Carik alias sekretaris desa. Ibunya, Hajah Islah adalah pedagang yang dikenal sangat dermawan. Dia aktivias Aisyiyah.
Nuroqib menikah dengan Lilik Rahmah, putri dari Moh. Sahlan Anwar dan Darti’ah pada tanggal 17 Oktober 1993. Akad nikahnya dilaksanakan di Masjid Al Azhar Muhammadiyah Lamongan. Lilik Rahmah sehari-hari adalah guru di MAN Lamongan. Mereka berdua sama-sama aktivis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dari penikahan itu lahir dua anak. Yaitu M. Alif Bahtiar dan Diah Rosyida Maulidina. Ali adalah alumnus Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki dan Universitas Trunojoyo Madura tahun 2016. Sedangkan Diah alumnus Pondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta tahun 2019.
Sekolah dan Nyantri
Noroqib menempuh pendidikan di MIM Payaman, Solokuro, lulus tahun 1980. Selanjutnya nyatri dan sekolah di Pondok Pesantren Karangasem Paciran asuhan KH Abdurrahman Syamsuri atau yang biasa dipanggil Yi Man.
Di situ ia sekolah dari MTsM (lulus tahun 1983),SMAM 6 dan MAM 1 Karangasem Paciran (lulus tahun 1986). Perguruan tingginya ditempuh di Fakultas Tarbiyah IAIN—kini UIN—Maulana Malik Ibrahim Malang (lulus 1991).
Walaupun lulusan Fakultas Tarbiyah tapi ia mahir berbahasa Inggris. Keahlian berbahasa Inggris Noroqib diperoleh karea mengikuti kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, Kediri, setelah ia lulus dari IAIN.
Kemampuan berbahasa Inggris ini dia manfaatkan untuk mengajar di berbagai sekolah. Pada tahun 1990-an guru bahasa Inggris sangat langka
Noroqib mengajar di MA Al Ishlah Sendangagung (1991-2018), MTsM Payaman, MAM Payaman, MTsM 15 Lamongan (1993-2020), MAM 9 Lamongan (1993-2020), SMAM Brangsi (1992-1999). Ia pernah menjabat sebagai Kepala MTsM 15 Lamongan selama dua periode (2005-2012).
Pada tahun 1994, Nuroqib mendapat amanat dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Payaman sebagai Kepala MAM Payaman. Tapi SK kepala madrasah yang turun ternyata bukan atas nama dia. Noroqib legowo dan merasa bahwa Allah lebih mencintai ia untuk menjadi guru biasa daripada menjadi kepala madrasah.
Nuroqib menikah dengan Lilik Rahmah, putri dari Moh. Sahlan Anwar dan Darti’ah pada tanggal 17 Oktober 1993. Akad nikahnya dilaksanakan di Masjid Al Azhar Muhammadiyah Lamongan. Lilik Rahmah sehari-hari adalah guru di MAN Lamongan. Mereka berdua sama-sama aktivis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dari penikahan itu lahir dua anak. Yaitu M. Alif Bahtiar dan Diah Rosyida Maulidina. Ali adalah alumnus Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki dan Universitas Trunojoyo Madura tahun 2016. Sedangkan Diah alumnus Pondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta tahun 2019.
Aktivis sejak Nyantri
Santri KH Abdurrahman Syamsuri ini dikenal sudah aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sejak di pesantren. Di desa kelahirannya, ia tergabung pada organisasi Ikatan Pelajar Perantau (IPP) yang anggotanya adalah para pelajar dan mahasiswa Payaman yang mondok atau belajar di luar desa. Ia juga pernha menjadi Ketua Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Payaman.
Pada tahun 2006-2009 Noroqib menjadi Sekretaris Pondok Pesantren Al Mizan dan Panti Asuhan Muhammadiyah Lamongan mendampingi KH Abdul Fatah. Setelah KH Abdul Fatah wafat, ia mendampingi KH Sutaman sebagai sekretaris pada periode 2017- 2019.
Selain menjadi pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah Lamongan, Noroqib mendapat amanat sebagai Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lamongan periode 2010-2015 dan Wakil Ketua PCM Lamongan periode 2015-2020.
Di tingkat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Noroqib menjabat sebagai Sekretaris Lazismu periode 2010-2015 dan pada periode 2015-2020 ia menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren Muhammadiyah (LPPM).
Sosok yang Disiplin
Noroqib dikenal sangat disiplin, regas, dan penuh tanggung jawab. Hal itu tercermin misalnya pada saat pelaksanaan Baitul Arqam AUM dan PRM se-Cabang Lamongan. Selama dua hari satu malam ia selalu menunggui peserta. Ia datang lebih awal dan pulangnya paling akhir. Saya selaku instruktur kagum dengan dedikasi dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan.
Menurutmu Lilik Rahmah, suaminya itu dikenal sangat disiplin, tegas, dan tidak tegaan. Jjiwa sosialnya tinggi. Ia tidak banyak bicara tapi ulet dalam bekerja dan mempunyai keinginan sangat kuat untuk bisa direalisasikan. “Walaupun kondisi sakit ia tidak menyerah. Termasuk saat melaksanakan ibadah haji pada tahun 2017,” ungkapnya
Setiap tiga hari sekali ia meninggalkan rumah untuk mengajar di kampung halaman, di Payaman dan sekitarnya. Tiga hari lainnya digunakan untuk mengajar dan mengabdi di lingkungan Panti Asuhan Muhammadiyah Lamongan.
“Meskipun kadang badannya dirasa tidak enak atau hujan turun ia tetap berangkat mengajar,” cerita Lilik Rahmah.
Menurut Direktur Al Mizan Mujianto, Noroqib memang pribadi yang selalu konsen dalam pendidikan. “Bagaimanapun keadaannya, mengajar adalah prioritas dalam jadwal harian beliau. Selain itu beliau juga pekerja keras, bersinarnya MTsM 15 Lamongan sebagai bukti kerja kerasnya,” terangnya.
Kedisiplinan Noroqib juga diakui KH Sutaman, Ketua Panti Asuhan periode 2017- 2019. “Pak Noroqib itu orangnya sangat disiplin dan menghargai waktu. Saat mengajar datang lebih awal. Begitu pula saat menghadiri undangan rapat. Ia berprinsip lebih baik menunggu daripada ditunggu,” kata dia.
Sutaman juga mengakui semangat juang Noroqib yang tinggi. “Etos jihad dan juang Pak Noroqib memang tinggi,” ujarnya. Dia tak menyangka kepergian Noroqib memenuhi panggilan Allah SWT secepat ini. “Kita merasa kehilangan sekali,” tambahnya.
Noroqib wafat pada tanggal 10 September 2020 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah mengampuni segala dosanya dan menerima segala amal kebajikannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post