PWMU.CO – Tidak ada alasan bagi umat Islam, termasuk warga Muhammadiyah, untuk tidak bisa menerjemahkan Alquran. Sebab kini telah lahir berbagai metode yang mudah dan menyenangkan. Salah satunya adalah metode menerjemahkan dan membaca kitab kuning Tamziy.
Metode yang ditemukan oleh Abaza dari Indramayu Jawa Barat pada tahun 2009 itu, digunakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Modo dalam “Pelatihan Terjamah Alquran 30 Juz”, di Aula SMK Muhammadiyah 6 Modo, Lamongan, Ahad (16/10) kemarin.
Pelatihan diikuti 47 peserta dan berlangsung selama 7 jam. Menurut Fatkhur Rohman, trainer Tamyiz yang melatih pada cara itu, metode ini sudah terbukti dan bisa diterapkan di semua jenjang usia: mulai anak dan remaja, hingga dewasa.
(Baca: Beginilah Cara Mudah Baca Tafsir Quran untuk Pemula)
“Metode Tamyiz ada dua jenjang. Pada jenjang pertama, peserta ditargetkan bisa menterjemah Alquran ‘kata perkata’. Dan jenjang kedua peserta dilatih agar bisa membaca kitab kuning,” jelas Wakil Ketua Bidang Tabligh dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Mojokerto.
Fatkhur juga menyampaikan bahwa teknik pengajaran metode ini ada dua cara. “Laduni, yaitu ilat kudu muni (lidah harus bersuara),” jelasnya disambut tawa peserta. Pada teknik laduni, jelasnya, peserta harus mengulang-ulang pelajaran dengan suara keras. “Teknik kedua adalah sentot, yaitu setelah disuarakan peserta harus mempraktikkan, serta berbuat inovasi dan kreatif.”
Dengan joke-joke segar, Fatkhur menyampaikan materi Tamyiz sehingga peserta dibuat enjoy dan bergembira. Suasana enjoy itu pula yang melekat dalam metode ini. “Salah satu kelebihan Tamyiz adalah dalam setiap materi menggunakan teknik menyanyi yang digubah dari lagu-lagu yang familier di masyarakat,” jelas salah satu pengasuh Muhammadiyah Boarding School (MBS) Jombang.
(Baca juga: Berusia 85 Tahun, Bukan Halangan untuk Belajar Baca-Tulis Quran)
Misalnya pada saat peserta diajak mempelajari dan menghafal ciri-ciri huruf dan isim (kata benda). Fatkhur menggunakan gubahan lagu shalawat dan beragam lagu anak anak. Yang juga menarik, dalam aplikasinya kepada siswa dan santri, guru dilarang menyampaikan istilah bahasa Arab, nahwu, dan sharaf. “Kalau itu diucapkan, dikuatirkan menjadi momok bagi siswa. Yang jelas metode Tamyiz ini juga mempelajari hal tersebut.” Dalam buku Modul Tamyiz dan materi di dalamnya juga tidak ada kata berbahasa Arab, nahwu dan sharaf. “Ketiganya sudah terintegrasi di dalam sistem pengajaran dan tanpa disadari.”
Kepada peserta yang terdiri dari utusan guru Taman Pendidikan Quran (TPQ), Madarasah Diniyah (MADIN), Madrasah Muhamamdiyah se-Cabang Modo, Ngimbang ,dan Kedungpring, Fatkhur berpesan agar peserta terus mengulang materi sebanyak-banyaknya sehingga tertanam dalam alam bawah sadar.
(Baca juga: Cara Menyenangkan agar Bisa Mahir Baca Alquran)
Ketua PCM Modo Drs Ali Shodiqin, mengatakan program ini merupakan amanat Musycab VI, sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas dai dan guru TPQ, Madin, dan Madrasah. “Para peserta yang merupakan angkatan pertama ini juga disiapkan sebagai trainner bagi santri dan siswa di lembaga masing masing. Pertemuan selanjutnya akan diadakan 2 pekan berikutnya,” ujarnya.
Saat membuka pelatihan ini, Ketua Majelis Tabligh PDM Lamongan Masroin Asyafani mengapresiasi langkah Majelis Tabligh PCM Modo. “Semoga PCM yang lain mengikuti langkah cerdas ini.” (M Su’ud)