
Muhammadiyah Tak Percaya Corona Bikinan Mafia Vaksin. Demikian disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti.
PWMU.CO – Abdul Mu’ti menjelaskan, Muhammadiyah dengan pandangan Islam berkemajuan berusaha untuk menjadikan Islam sebagai solusi negeri. Hal itu merupakan kontribusi Muhammadiyah sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Termasuk dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah prof Dr Abdul Mu’ti MEd menyampaikan itu dalam Pengajian dan Resepsi Milad Ke-108 Muhammadiyah yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kudus, melalui Zoom Clouds Meetings, Sabtu (21/11/20).
Dalam kesempatan tersebut Abdul Mu’ti menegaskan apa yang menjadi keyakinan dan komitmen Muhammadiyah dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang terkait dengan pandemi maupun masalah-masalah bangsa secara keseluruhan.
Covid-19 sebagai Musibah
Menurut Abdul Mu’ti, Muhammadiyah memandang pandemi Covid-19 dalam empat perspektif. Pertama sebagai musibah atau bencana. Dan bukan sebagai azab atau hukuman.
“Muhammadiyah memandang Covid-19 ini sebagai disaster (bencana) walaupun dalam konteks ilmu mengenai kebencanaan kita menyebutnya dengan bencana yang terjadi sebagai akibat perbuatan manusia,” ujarnya.
Muhammadiyah mendasarkan kesimpulan dan pandangan mengenai musibah itu berdasarkan firman Allah surat ar-Rum ayat 41, “Sungguh telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebakan karena perbuatan tangan manusia. Dan Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Menurut Abdul Mu’ti, kalau kita melihat ini sebagai musibah, maka kita tidak menghakimi mereka yang menjadi korban sebagai orang-orang yang mendapatkan laknat Allah. “Bagaimana kita bisa mengatakan mereka yang menjadi korban itu laknat Allah karena banyak korban itu adalah tokoh-tokoh Muhammadiyah,” ujarnya.
Dia menyampaikan, Muhammadiyah baru saja kehilangan dokter bedah yang luar biasa yaitu Prof dr Rifki Muslim SPB SPU. Juga kehilangan Dr dr Ainur dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
“Kita juga baru saja kehilangan Ketua PDM Klaten Abdul Rodhi orang yang sangat shaleh. Bagaimana seorang yang shaleh itu kemudian meninggal dunia karena Covid-19 kita sebut sebagai orang yang menerima azab,” ujarnya.
“Dan bagaimana kita menyebut negara yang kena Covid-19 itu sebagai adzab, padahal Arab Saudi juga terkena,” tambahnya.
Menurut Mu’ti, Muhammadiyah juga tidak setuju dengan teori konspirasi yang seringkali dimunculkan saat pandemi ini terjadi. “Bahkan (ada yang) mengatakan ini terjadi bagian dari bisnis, bagian dari rekayasa Cina, dan para kelompok-kelompok mafia yang ingin menjual vaksin kemudian untuk itu dia membuat virus,” ungkapnya.
“Ini menjadi masalah dan tantangan kita bersama-sama. Karena kalau itu benar terjadi, begitu naif dan jahatnya orang-orang yang melakukan itu. Teori konspirasi itu tidak bisa kita terima dan ini adalah bagian dari ujian dan musibah,” dia menambahkan.
Covid-19 Masalah Bersama
Kedua, Muhammadiyah memandang pandemi Covid-19 merupakan masalah bersama dan tanggung jawab semua. “Ini bukan masalah pemerintah saja tapi ini masalah masyarakat dan bangsa secara keseluruhan,” tuturnya.
Menurutt dia, sebagai bagian dari bangsa Indonesia maka ketika pemerintah pada bulan Maret menyatakan pandemi Covid-19 sebagai bencana nasional non-alam, maka Muhammadiyah juga langsung membentuk MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center).
“MCCC dibentuk sebagai tanggung jawab dan bagian komitmen Muhammadiyah dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa,” tegasnya.
Covid-19 Timbulkan Masalah Kompleks
Abdul Mu’ti melanjutkan, pandemi Covid-19 ini menimbulkan masalah yang kompleks. Seperti yang tampak jelas di bidang ekonomi.
“Dan kita menyaksikan bersama-sama berbagai data menunjukkan bahwa ekonomi kita ini sudah sempat minus 5 persen dan sekarang sudah mulai ada recovery tapi masih minus 3 persen,” ungkapnya.
Hal itu berdampak pada jumlah masyarakat miskin terus bertambah. Bahkan pertambahan itu jauh lebih banyak dari yang diprediksi oleh pemerintah.
“Jumlah mereka yang kehilangan pekerjaan juga semakin banyak dan itu merupakan masalah yang tidak sederhana. Karena dampak ekonomi ini akan sangat terasa dalam kehidupan kita sehari-hari,” ucapnya.
Kemudian, sambungnya, kita juga melihat terjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka-angka sekarang ini menunjukkan betapa pandemi Covid-19 belum sama sekali menunjukkan penurunan yang signifikan. Bahkan jumlah mereka yang terdampak juga semakin meningkat.
“Bahkan kalau kita lihat di Jakarta misalnya makam yang disedikan Gubernur DKI Jakarta sekarang sudah hampir penuh. Karena jumlah mereka yang meninggal dunia terus meningkat. Maka ini bukan merupakan masalah kesehatan yang tidak sederhana, karena memang keterbatasan dan kemampuan berbagai unit pelayanan kesehatan yang sangat terbatas,” ujarnya.
Masalah sosial juga mendapat dampak dari pandemi Covid-19 ini. “Kita melihat KDRT itu meningkat dan pada saat yang lain angka perceraian cukup tinggi. Segaian angka perceraian akibat persoalan ekonomi dan juga masalah pendidikan bahwa belajar dari rumah itu belum bisa menjadi solusi,” terangnya
Berikutnya adalah masalah keagamaan. Menurut Abdul Mu’ti, berbagai persoalan muncul, bahkan kemudian sebagian kegaduhan sosial, terjadi karena persoalan keagamaan itu.
Yang juga menjadi dampak dari Covid-19 adalah masalah politik. “Banyak yang menggunakan persoalan Covid-19 ini sebagai bagian dari instrumen agenda-agenda politik. Yang kadang-kadang memang sebagiannya tidak memiliki dasar dan arah yang dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Menurut Mu’ti, masih banyak persoalan-persoalan lain yang kompleks, yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.
Pandemi Bukan Masalah Sederhana
Karena itu Muhammadiyah memandang pandemi Covid-19 ini bukan masalah yang sederhana dan sepele. Tapi ini masalah yang sangat komplek dan itu punya dampak yang sangat panjang.
Karena itu maka perpektif yang ketiga soal pandemi Covd-19 ini Muhammadiyah memandang agama sebagai solusi. “Penegasan ini menjadi penting karena ada sebagian kita saksikan bersama-sama di mana agama dan komonitas agama justru menjadi bagian masalah,” ucap Mu’ti.
Misalnya ketika PSBB mulai diberlakukan ada sekelompok ormas agama yang tidak mau mengikuti protokol itu. “Mereka mengatakan kalau Tuhan menghendaki sakit juga sakit dan kalau Tuhan menghendaki sehat juga sehat. Ternyata komunitas itu dinyatakan pasitif Covid dan kemudian mereka baru menyadari tentang arti pentingnya mengikuti PSBB itu,” ungkanya.
Perspektif keempat, Muhammadiyah sudah melakukan berbagai langkah dan solusi. Misalnya solusi yang berkaitan dengan persoalan keagamaan. “Muhammadiyah menerbitkan fatwa yang berkaitan dengan bagaimana melaksanakan ibadah selama pandemi,” terangnya.
“Secara kesehatan Muhammadiyah juga berusaha untuk bagaimana bisa melaksanakan gerakan yang kita sebut sebagai bagian solusi-solusi yang memberikan sumbangan untuk mengurangi terjadinya berbagai macam persoalan,” tambahnya.
Mu’ti memberikan informasi, selama pandemi Covid-19 sampai pada data bulan September Muhammadiyah sudah mendistribusikan dana sebesar lebih dari Rp 300 miliar, melibatkan lebih dari 81 rumah sakit.
“Dan lebih dari 70 ribu relawan, yang terdiri dari para relawan kesehatan dokter, perawat, bidan, dan seterusnya. Sebagian dari relawan itu telah wafat mendahului kita. Dan mereka kita doakan semoga Husnul Khotimah dan seluruh amal jariyah mereka mendapatkan balasan yang terbaik disisi Allah SWT,” tuturnya.
Dari sisi sosial Muhammadiyah telah memberikan banyak santunan, baik yang dihimpun melalui Lazizmu maupun santunan yang disalurkaan melalui beberapa lembaga.
“Juga berbagai masalah yang berkaitan dengan budaya. Bagaimana kita memiliki budaya sehat, budaya memakai masker, cuci tangan, dan juga ketika bertemu tidak bebas bersalaman ini sebagai bagian dari ikhtiar kita terhindar dari Covid-19,” tegasnya.
Pada sisi ekonomi, sambungnya, kita juga melihat bagaimana majelis-lembaga kita, melakukan berbagai macam langkah agar masyarakat ini bisa bertahan dan mengembangkan usaha, baik usaha yang bersifat mikro maupun usaha bersifat makro
“Mudah-mudahan kita sekalian dapat berbuat, berkhidmat dan berdakwa untuk menjadikan Indonesia ini sebagai baldatun tayyibatun warabbun ghafur,” harapnya. (*)
Muhammadiyah Tak Percaya Corona Bikinan Mafia Vaksin: Penulis Slamet Hariadi. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post