Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Larangan Mencela Waktu ini berangkat dari hadits riwayat Muslim.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَقُولُ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَلَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ يَا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فَإِنِّي أَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ لَيْلَهُ وَنَهَارَهُ فَإِذَا شِئْتُ قَبَضْتُهُمَا. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Azza wa Jalla berfirman: Anak Adam suka mencela-Ku. Katanya; ‘Alangkah sialnya masa.’
Karena itu janganlah kamu berkata demikian. Karena sesungguhnya Akulah pencipta masa. Akulah yang menggilir siang dan malamnya. Jika Aku mau, Aku kuasa menghentikan pergantian keduanya.”
Tancapkan Himmah yang Terbaik
Alhamdulillah, saat ini kita telah memasuki tahun baru 2021 Masehi. Wajib untuk kita selalu bersyukur atas karunia ini, bersyukur dalam hal ini adalah dengan jalan terus bercita-cita atau memiliki sebuah keinginan yang kuat (himmah) untuk yang terbaik bagi diri kita, khususnya dalam rangka menjalankan ketaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tahun ini kita masih berhadapan dengan masa pandemi Covid-19 yang konon virusnya penyebabnya telah mengubah diri menjadi lebih banyak varian. Maka kewaspadaan harus terus ditingkatkan sebagai upaya atau ikhtiyar kita dalam rangka menghindarinya.
Standar hidup sehat yang sudah dicanangkan yaitu dengan selalu memakai masker dan menjaga jarak dengan tidak melakukan kerumunan serta selalu mencuci tangan menjadi hal yang harus tetap dilakukan. Semoga dengan hikmah adanya Covid-19 ini kita terus dapat meningktakan kualitas kehambaan diri kita kepada Allah.
Jangan Mencela Waktu
Sebagaimana dalam hadits di atas, Allah melarang kita untuk mencela waktu. Karena semua yang ada di alam semesta yang luas nan indah ini adalah ciptaan Allah, termasuk di dalamnya adalah waktu.
Hadits di atas termasuk hadits qudsi, karena merupakan Firman Allah akan tetapi tidak tercantum di dalam al-Quran.
Banyak sekali dalam firman-Nya yang menegaskan tentang pentingnya waktu. Sehingga dalam banyak ayat pula Allah berfirman yang di mulai dengan bersumpah akan waktu.
Allah bersumpah dengan waktu-waktu yang telah diciptakan-Nya untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh hamba-hamba-Nya. Pasti ada sesuatu yang sangat penting di balik sumpah Allah atas waktu-waktu tersebut. Seyogyanya kita memperhatikan dengan serius terhadap firman Allah lebih khusus yang berkenaan dengan waktu yang Allah bersumpah denganya itu.
Addahr dalam Al-Quran
Di dalam al Quran ada dua kata ad-dahr. Pertama, dalam surah yang ke-76 ayat 1. Dan surah ini diberi nama ad-Dahr dan surah ini juga dinamai surah al-Insan.
هَلۡ أَتَىٰ عَلَى ٱلۡإِنسَٰنِ حِينٞ مِّنَ ٱلدَّهۡرِ لَمۡ يَكُن شَيۡٔٗا مَّذۡكُورًا ١ إِنَّا خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن نُّطۡفَةٍ أَمۡشَاجٖ نَّبۡتَلِيهِ فَجَعَلۡنَٰهُ سَمِيعَۢا بَصِيرًا ٢ إِنَّا هَدَيۡنَٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرٗا وَإِمَّا كَفُورًا ٣ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ سَلَٰسِلَاْ وَأَغۡلَٰلٗا وَسَعِيرًا ٤
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.”
Dalam ayat ini Allah memberikan penjelasan tentang asal-muasal kita sebagai manusia. Bahwa kita yang dulunya tidak ada menjadi ada dengan cara Allah menciptakan diri ini, ada yang mau bersyukur tetapi banyak pula yang ingkar, dan ancaman Allah bagi yang tidak mau bersyukur adalah siksa neraka.
Seringkali manusia lupa dari mana asal-muasal dirinya, apalagi jika telah merasa sukses atau sedang berkuasa. Seringkali tindakannya tidak lagi sesuai dengan kebenaran dan keadilan tanpa ia sendiri sadari.
Perilakunya jauh dari akhlak yang terpuji dan malah sebaliknya. Mudah sekali dengan kekuasaan yang dimilikinya melakukan Tindakan semaunya sendiri tanpa berpikir akibat bagi kehidupannya di akhirat.
Kedua dalam surah al Jatsiyah surah ke-45 ayat ke 24:
وَقَالُواْ مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُهۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنۡ عِلۡمٍۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa.’ Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
Begitulah dugaan manusia itu seringkali tidak benar. Kebenaran itu jika disandarkan pada metode berfikir yang qurani, tanpa itu bisa dipastikan bahwa dugaan manusia pasti salah, sebagaimana isyarat ayat di atas.
Semoga di tahun 2021 M ini, kita selalu mendapatkan bimbingan Allah untuk terus istikomah dalam rangka menjalankan ketaatan kepada-Nya, dengan segala bentuk pengabdian dalam menggapai ridla-Nya. Amin (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Keutamaan Amalan Nabi Daud ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 15 Tahun XXV, 1 Januari 2021/18 Jumadil Ula 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.
Discussion about this post